Dawuh Gus Iqdam tentang Menuju Pembangunan Bangsa

Gus Iqdam Blitar
Sumber : Google
“Bajingan-bajingan ini kalau nggak ada yang ngurus kan bahaya. Kalau nggak ada yang ngurus jadi perusak bangsa. Tapi kalau sudah diurus begini, insyaAllah jadi pembangun bangsa,”
Gus Iqdam Muhammad
Setiap masyarakat memiliki individu yang berada di pinggiran norma sosial, seringkali disebut “bajingan” dalam bahasa sehari-hari. Orang-orang ini, jika tidak diarahkan dengan baik, berpotensi menjadi ancaman bagi masyarakat dan bangsa. Namun, seperti yang dinyatakan dalam kutipan “Bajingan-bajingan ini kalau nggak ada yang ngurus kan bahaya. Kalau nggak ada yang ngurus jadi perusak bangsa. Tapi kalau sudah diurus begini, insyaAllah jadi pembangun bangsa,” terdapat keyakinan bahwa dengan pembinaan yang tepat, mereka bisa diubah menjadi kekuatan positif bagi pembangunan bangsa.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Ayat ini menunjukkan bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakangnya, memiliki potensi untuk mencapai kemuliaan melalui ketakwaan dan perbaikan diri.

Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk berubah dan menjadi lebih baik. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menggarisbawahi bahwa kesalahan adalah bagian dari sifat manusia, tetapi yang terpenting adalah kemampuan dan kemauan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Sejarah Islam penuh dengan contoh transformasi luar biasa dari individu yang sebelumnya dikenal sebagai “bajingan” atau penjahat. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah kisah sahabat Rasulullah SAW, Khalid bin Walid. Sebelum masuk Islam, Khalid adalah musuh yang gigih melawan kaum Muslimin dan bertanggung jawab atas kekalahan mereka dalam beberapa pertempuran. Namun, setelah masuk Islam, Khalid bin Walid menjadi salah satu panglima perang terbaik dalam sejarah Islam dan mendapat julukan “Pedang Allah”. Transformasi Khalid bin Walid menunjukkan bahwa dengan bimbingan dan arah yang benar, seseorang yang sebelumnya dianggap sebagai ancaman bisa berubah menjadi pilar kekuatan bagi umat.

Baca Juga  Dawuh KH. Chudlori tentang Sifat Iri Hati

Dalam konteks modern, kita juga dapat melihat contoh-contoh nyata dari orang-orang yang berubah dari kehidupan yang bermasalah menjadi kontributor besar bagi masyarakat. Nelson Mandela, misalnya, adalah seorang tokoh yang awalnya ditahan karena aktivitas melawan apartheid di Afrika Selatan. Setelah bertahun-tahun di penjara, Mandela keluar dengan komitmen yang kuat untuk rekonsiliasi dan pembangunan bangsa. Mandela pernah berkata, “It always seems impossible until it’s done.” Perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa perubahan yang tampak mustahil bisa terjadi dengan ketekunan dan visi yang jelas.

Di Indonesia, kita juga memiliki contoh tokoh nasional yang percaya pada potensi perubahan manusia. Bung Karno, Presiden pertama Indonesia, pernah mengatakan, “Jangan mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya hujan emas. Selama kemerdekaan belum ada jaminan atas setiap orang Indonesia untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka perjuangan kita harus terus berlanjut.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa tugas kita bukan hanya membebaskan diri dari penindasan, tetapi juga membangun dan membimbing masyarakat untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Mengubah “bajingan” menjadi pembangun bangsa memerlukan pendekatan yang holistik dan penuh kasih. Dalam Surah An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Ayat ini memberikan panduan bahwa dalam usaha mengubah seseorang, kita harus menggunakan kebijaksanaan, pelajaran yang baik, dan cara yang lembut.

Pembinaan yang efektif juga memerlukan lingkungan yang mendukung. Oprah Winfrey, seorang tokoh media dan filantropis, pernah berkata, “Surround yourself only with people who are going to lift you higher.” Dalam konteks ini, menyediakan lingkungan yang positif dan mendukung sangat penting dalam proses perubahan seseorang. Lingkungan yang penuh dengan kasih sayang, dukungan, dan kesempatan akan membantu individu merasa diterima dan termotivasi untuk berubah.

Baca Juga  Quote Gus Mus tentang Kekuatan dalam Keteguhan

Selain itu, pendidikan dan pembinaan agama memainkan peran kunci dalam transformasi seseorang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim). Pendidikan, baik formal maupun informal, memberikan landasan moral dan intelektual yang dibutuhkan untuk perubahan positif.

Tokoh-tokoh besar seperti Mahatma Gandhi juga memberikan pelajaran penting tentang kekuatan perubahan. Gandhi pernah berkata, “Be the change that you wish to see in the world.” Pesan ini mengajak kita untuk memulai perubahan dari diri sendiri dan memberikan contoh bagi orang lain. Dalam konteks pembinaan, menjadi teladan yang baik sangat penting untuk menginspirasi orang lain mengikuti jejak perubahan tersebut.

Proses pembinaan juga harus mencakup aspek rehabilitasi. Banyak orang yang terjerumus dalam kenakalan membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah yang mendasarinya, seperti ketergantungan narkoba, gangguan mental, atau lingkungan yang tidak mendukung. Program rehabilitasi yang efektif dapat memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah ini dan memulai hidup baru.

Selain rehabilitasi, penting juga untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat. Proyek-proyek sosial, program kerja, dan kegiatan komunitas dapat memberikan mereka rasa tujuan dan pencapaian. Seperti yang dikatakan oleh Albert Schweitzer, seorang teolog dan filsuf, “The purpose of human life is to serve, and to show compassion and the will to help others.” Dengan memberikan kesempatan untuk berkontribusi, kita tidak hanya membantu mereka berubah, tetapi juga memperkuat masyarakat secara keseluruhan.

Kesimpulannya, kutipan “Bajingan-bajingan ini kalau nggak ada yang ngurus kan bahaya. Kalau nggak ada yang ngurus jadi perusak bangsa. Tapi kalau sudah diurus begini, insyaAllah jadi pembangun bangsa” mengandung pesan yang sangat kuat tentang pentingnya pembinaan dan bimbingan dalam mengubah individu yang bermasalah menjadi kontributor positif bagi masyarakat. Dengan bimbingan yang tepat, pendidikan, lingkungan yang mendukung, dan kesempatan untuk berkontribusi, setiap individu memiliki potensi untuk berubah dan menjadi pembangun bangsa. Mari kita terus berusaha memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan, karena setiap langkah kecil dalam pembinaan adalah langkah besar menuju masyarakat yang lebih baik dan bangsa yang lebih kuat.