Nasihat Kiai Said Aqil tentang Memahami Al-Qur’an

Nasihat Kiai Said Aqil
sumber : nahdlatul ulama
“Orang yang memahami Al-Quran modal terjemahan, sama dengan orang awam yang membaca buku kedokteran, lalu ia membuka praktik.”
KH. Said Aqil Siraj

Memahami Al-Qur’an dengan Kedalaman: Pentingnya Pembelajaran yang Komprehensif

Pemahaman yang dangkal terhadap Al-Qur’an dapat diibaratkan seperti seseorang yang membaca buku kedokteran hanya berdasarkan terjemahan dan kemudian merasa siap membuka praktik medis. Analogi yang disampaikan oleh KH. Said Aqil Siraj ini menekankan betapa pentingnya pemahaman yang mendalam dan komprehensif terhadap Al-Qur’an, melebihi sekadar membaca terjemahannya. Hal ini karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki kedalaman makna, konteks, dan tafsir yang membutuhkan pemahaman yang lebih dari sekadar bahasa teks.

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, dan bahasa tersebut memiliki keunikan tersendiri yang tidak selalu mudah diterjemahkan secara sempurna ke dalam bahasa lain. Bahasa Arab memiliki kaya akan makna dan nuansa yang sering kali tidak dapat diungkapkan secara utuh melalui terjemahan. Selain itu, banyak kata dalam bahasa Arab yang memiliki banyak makna tergantung pada konteks penggunaannya. Oleh karena itu, memahami Al-Qur’an hanya melalui terjemahan bisa menyebabkan kesalahpahaman atau penyederhanaan makna yang sebenarnya sangat kompleks.

Misalnya, kata “jihad” sering kali disalahpahami oleh banyak orang karena terjemahannya yang seringkali diartikan sebagai “perang suci”. Padahal, dalam konteks yang lebih luas, jihad berarti perjuangan atau usaha keras dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk melawan hawa nafsu dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tanpa pemahaman yang mendalam dan kontekstual, banyak orang bisa salah mengartikan dan menerapkan ajaran Al-Qur’an, yang pada akhirnya bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Untuk memahami Al-Qur’an dengan benar, seseorang perlu mempelajari tafsir, ilmu hadis, sejarah Islam, serta konteks sosial dan budaya pada saat ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan. Tafsir adalah ilmu yang menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan penjelasan para ulama dan ahli tafsir yang telah mempelajari Al-Qur’an secara mendalam. Mereka tidak hanya mengandalkan terjemahan teks, tetapi juga menggunakan pengetahuan bahasa Arab yang mumpuni, latar belakang sejarah, dan hadis Nabi Muhammad SAW sebagai penjelasan tambahan.

Baca Juga  Quote Sujiwo Tejo tentang Pemerintah sebagai Pengelola Rakyat

Ilmu hadis juga sangat penting karena banyak ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dijelaskan melalui hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai salah satu sumber hukum Islam selain Al-Qur’an. Tanpa memahami hadis, seseorang tidak akan bisa memahami konteks dan aplikasi praktis dari banyak ajaran Al-Qur’an.

Sejarah Islam atau Asbabun Nuzul, yang berarti sebab-sebab turunnya ayat, juga penting untuk dipahami. Setiap ayat Al-Qur’an diturunkan dalam konteks tertentu, menjawab permasalahan yang ada pada masa itu. Dengan memahami konteks sejarah ini, kita bisa mengerti mengapa suatu ayat diturunkan dan bagaimana penerapannya dalam konteks kekinian. Misalnya, ayat-ayat tentang perang dalam Al-Qur’an banyak diturunkan dalam konteks perang defensif di masa awal Islam ketika umat Muslim sedang terancam. Memahami konteks ini membantu kita menerapkan ajaran tersebut dengan bijak dalam situasi modern yang berbeda.

Pemahaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an juga membutuhkan keterbukaan pikiran dan kesediaan untuk terus belajar. Seorang Muslim harus menyadari bahwa pemahaman mereka tentang Al-Qur’an tidak pernah selesai dan selalu bisa diperbarui dan diperdalam. Ini adalah perjalanan seumur hidup yang memerlukan kerendahan hati, keingintahuan intelektual, dan ketekunan.

Sama halnya dengan profesi medis, di mana seorang dokter harus melalui pendidikan yang panjang dan mendalam sebelum membuka praktik, memahami Al-Qur’an juga memerlukan pendidikan dan bimbingan yang mendalam. Dokter tidak hanya belajar dari buku teks, tetapi juga dari pengalaman klinis, penelitian, dan bimbingan dari para ahli. Demikian juga, seorang Muslim harus belajar dari para ulama yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Al-Qur’an dan Islam, serta dari pengalaman spiritual dan praktik ibadah sehari-hari.

Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam tentang Menuju Pembangunan Bangsa

Selain itu, memahami Al-Qur’an juga memerlukan pendekatan yang holistik. Ini berarti mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk linguistik, teologi, sejarah, dan bahkan ilmu sosial dan alam. Pendekatan ini memungkinkan kita untuk memahami ajaran Al-Qur’an dalam konteks yang lebih luas dan relevan dengan kehidupan modern. Misalnya, ayat-ayat yang berbicara tentang alam semesta dapat dipahami lebih dalam dengan pengetahuan sains modern, yang menunjukkan betapa ilmiah dan relevannya ajaran Al-Qur’an.

Peran pendidikan formal dalam memahami Al-Qur’an juga sangat penting. Sekolah dan institusi pendidikan Islam harus memberikan kurikulum yang komprehensif dan mendalam tentang Al-Qur’an, termasuk bahasa Arab, tafsir, hadis, dan sejarah Islam. Ini akan membantu generasi muda Muslim untuk memiliki dasar yang kuat dalam memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an. Selain pendidikan formal, pendidikan informal melalui majelis taklim, ceramah, dan kajian Al-Qur’an juga sangat bermanfaat.

Selain itu, teknologi modern juga bisa dimanfaatkan untuk mendalami Al-Qur’an. Banyak aplikasi, website, dan platform online yang menyediakan tafsir, terjemahan, dan penjelasan mendalam tentang Al-Qur’an. Ini memudahkan umat Islam untuk belajar dan memperdalam pemahaman mereka tentang Al-Qur’an kapan saja dan di mana saja. Namun, penting untuk memastikan bahwa sumber-sumber tersebut terpercaya dan berdasarkan pengetahuan yang sahih.

Memahami Al-Qur’an juga harus disertai dengan niat yang tulus dan hati yang bersih. Niat yang benar adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengamalkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang bersih berarti menjauhkan diri dari kesombongan, prasangka buruk, dan niat yang tidak baik. Dengan niat dan hati yang baik, Allah akan membukakan pintu hikmah dan pengetahuan yang lebih dalam tentang Al-Qur’an.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang bijak dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, atau politik, pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an akan memberikan panduan yang tepat dan adil. Selain itu, pemahaman ini juga akan memperkuat iman dan takwa kita, serta meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah.

Baca Juga  KH. Abdullah Kafabihi Mahrus : Orang yang punya ilmu (santri) maka mereka berpredikat seperti para Nabi.

Kesimpulannya, memahami Al-Qur’an tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca terjemahannya. Pemahaman yang benar dan mendalam memerlukan ilmu yang komprehensif, termasuk bahasa Arab, tafsir, hadis, dan sejarah Islam. Pendidikan formal dan informal, teknologi modern, serta niat yang tulus dan hati yang bersih adalah elemen-elemen penting dalam proses ini. Seperti analogi KH. Said Aqil Siraj, pemahaman yang dangkal tentang Al-Qur’an bisa berbahaya dan menyesatkan, seperti seseorang yang membuka praktik medis hanya berdasarkan bacaan buku kedokteran tanpa pendidikan yang memadai. Oleh karena itu, setiap Muslim harus berusaha untuk memahami Al-Qur’an dengan mendalam dan komprehensif, agar dapat mengamalkan ajarannya dengan benar dan bijak.