Nasihat Mbah Nun tentang Perjalanan Menuju Keabadian

Nasihat Mbah Nun
Sumber : Maiyah
“Hati para kekasih Allah amat kesepian dari manusia, berbicara tak dipahami, bercerita tak dipercaya, mengingatkan tak dituruti. Mungkin justru karena itu Allah mengangkat mereka menjadi kekasih-Nya.” Emha Ainun Nadjib

Kesendirian Para Kekasih Allah: Perjalanan Menuju Keabadian

Dalam kehidupan manusia, ada sosok-sosok yang secara batiniah berada di puncak pencapaian spiritual. Mereka adalah para kekasih Allah, orang-orang yang hatinya terpaut kuat pada Sang Pencipta, sehingga dalam keseharian mereka, dunia seolah menjadi bayang-bayang yang samar. Emha Ainun Nadjib, seorang budayawan dan pemikir Indonesia, menggambarkan mereka sebagai sosok yang kesepian dari manusia. Dalam kesunyian itu, mereka berbicara tak dipahami, bercerita tak dipercaya, dan mengingatkan tak dituruti.

Kesepian yang dialami para kekasih Allah bukanlah kesepian biasa. Ini adalah kesepian yang mendalam, lahir dari pemahaman yang berbeda dengan mayoritas manusia. Hati mereka sudah terisi penuh dengan cinta dan kesadaran Ilahi sehingga tidak lagi merasakan kebutuhan yang sama dengan orang kebanyakan. Mereka menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah fana dan sementara, sedangkan kehidupan sejati adalah kehidupan setelah mati. Pandangan ini membuat mereka tampak berbeda, bahkan asing, di mata orang lain.

Ketika para kekasih Allah berbicara, kata-kata mereka sering kali tidak dipahami oleh orang lain. Ini bukan karena mereka tidak berbicara dengan jelas, tetapi karena apa yang mereka sampaikan melampaui pengalaman dan pemahaman umum. Mereka berbicara tentang cinta yang tulus kepada Tuhan, tentang pengorbanan diri demi meraih keridhaan-Nya, dan tentang makna hidup yang lebih dalam dari sekadar mengejar materi. Pesan-pesan ini kerap kali jatuh di telinga yang belum siap mendengarnya, sehingga mereka dianggap aneh atau bahkan diabaikan.

Ketika mereka bercerita tentang pengalaman spiritual dan kedekatan mereka dengan Tuhan, sering kali cerita-cerita ini tidak dipercaya. Banyak orang yang hidupnya terpaku pada hal-hal yang bisa dilihat dan dirasakan secara langsung. Pengalaman spiritual yang bersifat pribadi dan batiniah sulit untuk dipahami, apalagi diyakini, oleh mereka yang belum merasakannya sendiri. Kesaksian para kekasih Allah tentang tanda-tanda kasih sayang Tuhan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyata atau hanya buah dari imajinasi.

Baca Juga  Dawuh KH. Maimoen Zubair tentang Bulan April dan Rejeki

Dalam menjalankan tugas mereka sebagai pembawa pesan kebenaran, para kekasih Allah sering kali mengingatkan manusia tentang jalan yang benar, tentang pentingnya menjalani hidup sesuai dengan perintah Tuhan. Namun, banyak yang tidak menuruti nasihat ini. Manusia cenderung lebih mudah tergoda oleh kenikmatan duniawi dan kesenangan sesaat daripada merenungi dan menjalani kehidupan yang penuh dengan pengabdian dan pengorbanan. Ketidakpatuhan ini menambah kesepian para kekasih Allah, membuat mereka merasa terasing di tengah-tengah keramaian dunia.

Mungkin justru karena itulah Allah mengangkat mereka menjadi kekasih-Nya. Kesendirian yang mereka rasakan adalah bentuk ujian dan latihan untuk mencapai derajat keikhlasan yang tinggi. Dengan kesepian itu, hati mereka semakin bersih dari keterikatan pada makhluk, dan hanya terpaut pada Sang Pencipta. Dalam sunyi, mereka menemukan ketenangan dan kedamaian yang sejati, karena mereka yakin bahwa Allah senantiasa bersama mereka. Ketika mereka merasa tidak dipahami oleh manusia, mereka semakin mendekatkan diri pada Allah yang Maha Memahami. Ketika cerita mereka tidak dipercaya, mereka mengadu pada Allah yang Maha Mendengar. Dan ketika nasihat mereka tidak diikuti, mereka menyerahkan segalanya pada Allah yang Maha Bijaksana.

Perjalanan para kekasih Allah adalah perjalanan menuju keabadian. Mereka meninggalkan jejak yang dalam, meskipun tidak selalu diakui atau dimengerti oleh orang-orang sezamannya. Seperti bintang di langit, mereka bersinar terang, memberikan arah dan petunjuk bagi mereka yang mau mencari cahaya kebenaran. Kehidupan mereka menjadi teladan bagi generasi berikutnya, menunjukkan bahwa meskipun dunia ini penuh dengan godaan dan tantangan, selalu ada jalan menuju ridha Allah bagi mereka yang berani menjalani kesunyian dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Dalam kesepian mereka, para kekasih Allah menemukan makna sejati dari penghambaan. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada pengakuan atau penerimaan manusia, tetapi pada kedekatan dengan Tuhan. Mereka hidup dalam dunia, tetapi hati mereka telah melampaui dunia ini. Dengan segala kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi, mereka tetap teguh dalam keimanan dan ketakwaan, menjadi cerminan cinta Ilahi yang tak tergoyahkan oleh apapun.

Baca Juga  Quote Gus Dur tentang Menggali Kebaikan dalam Diri

Kisah-kisah mereka mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini, mencari ridha Allah adalah tujuan utama. Meskipun jalan menuju-Nya penuh dengan kesepian dan tantangan, namun balasannya adalah kedamaian abadi dan cinta Ilahi yang tak terhingga. Para kekasih Allah adalah bukti hidup bahwa siapa pun yang berani menjalani hidup dengan penuh keikhlasan dan keteguhan hati, meskipun harus menghadapi kesepian dan ketidakpahaman, akan mendapatkan tempat istimewa di sisi-Nya.

Dengan demikian, kesepian yang dirasakan para kekasih Allah bukanlah kesepian yang sia-sia. Itu adalah jalan yang harus mereka tempuh untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah. Melalui kesunyian, mereka mendekat pada keabadian, dan dengan segala tantangan yang mereka hadapi, mereka mengajarkan kepada kita tentang arti sebenarnya dari penghambaan dan cinta sejati kepada Tuhan. Emha Ainun Nadjib dengan indah menggambarkan realitas ini, mengingatkan kita bahwa dalam setiap kesepian dan ketidakpahaman, ada kebesaran dan keindahan yang menunggu di sisi Allah.