“Jangan melanggar aturan agar mendapatkan ilmu dan keberkahan, jadi kalo memang belum bisa membahagiakan pada kiai, para masyaikh, minimal jangan mengecewakan.”
Gus Rifqil Muslim Suyuthi
Menjalani kehidupan yang penuh berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat memerlukan kepatuhan terhadap aturan dan penghormatan terhadap mereka yang telah membimbing kita, seperti para kiai dan masyaikh. Dalam hal ini, kutipan “Jangan melanggar aturan agar mendapatkan ilmu dan keberkahan, jadi kalo memang belum bisa membahagiakan pada kiai, para masyaikh, minimal jangan mengecewakan” memberikan panduan yang bijak tentang pentingnya kepatuhan dan penghormatan.
Dalam ajaran Islam, kepatuhan terhadap aturan adalah hal yang sangat ditekankan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah An-Nisa ayat 59, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Ayat ini menggarisbawahi pentingnya taat kepada Allah, Rasul, dan pemimpin, termasuk para kiai dan masyaikh yang memberikan bimbingan spiritual.
Kepatuhan terhadap aturan bukan hanya sekadar mengikuti perintah, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap kebijaksanaan yang lebih tinggi. Para kiai dan masyaikh, sebagai pemimpin spiritual, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. Dengan menghormati mereka dan tidak mengecewakan, kita menunjukkan rasa syukur dan hormat terhadap upaya mereka dalam membimbing kita menuju jalan yang benar.
Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menghormati dan mengikuti para pemimpin dalam haditsnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda.” Hadits ini mengajarkan pentingnya menghormati orang yang lebih tua dan memiliki kedudukan tinggi dalam pengetahuan dan kebijaksanaan, termasuk para kiai dan masyaikh.
Menghormati para kiai dan masyaikh juga berarti menjaga sikap dan perilaku kita agar tidak mengecewakan mereka. Jika kita belum bisa membahagiakan mereka dengan pencapaian atau prestasi besar, setidaknya kita harus berusaha untuk tidak mengecewakan mereka dengan tindakan yang melanggar aturan atau norma. Ini adalah bentuk penghormatan yang mendalam, yang menunjukkan bahwa kita menghargai ajaran dan bimbingan mereka.
Albert Einstein, seorang ilmuwan terkenal, pernah berkata, “Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta.” Kutipan ini menunjukkan bahwa ilmu dan keberkahan yang sejati harus didasarkan pada landasan moral dan spiritual yang kuat. Dengan menghormati para pemimpin spiritual dan mematuhi aturan yang ada, kita memastikan bahwa ilmu yang kita peroleh tidak hanya bermanfaat secara intelektual, tetapi juga diberkahi secara spiritual.
Selain itu, kepatuhan dan penghormatan terhadap para kiai dan masyaikh juga mencerminkan sikap rendah hati dan keinginan untuk terus belajar. Ketika kita mengikuti aturan dan menghormati mereka, kita mengakui bahwa kita masih dalam proses belajar dan membutuhkan bimbingan. Ini adalah sikap yang sangat penting dalam menuntut ilmu, karena ilmu yang sejati hanya bisa diperoleh dengan hati yang terbuka dan siap untuk menerima.
Dalam konteks ini, penting untuk merenungkan kata-kata bijak dari Confucius, seorang filsuf Tiongkok terkenal, yang mengatakan, “Tiga cara untuk belajar kebijaksanaan: Pertama, dengan refleksi, yang paling mulia; Kedua, dengan imitasi, yang paling mudah; dan Ketiga, dengan pengalaman, yang paling pahit.” Dengan mematuhi aturan dan menghormati para kiai dan masyaikh, kita belajar kebijaksanaan melalui refleksi dan imitasi, menghindari pengalaman pahit yang mungkin timbul dari pelanggaran aturan dan mengecewakan mereka.
Kepatuhan terhadap aturan juga merupakan cerminan dari ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap aturan yang diberikan oleh para kiai dan masyaikh adalah untuk kebaikan kita dan dalam kapasitas kita untuk mematuhinya.
Lebih lanjut, penting untuk diingat bahwa dalam mematuhi aturan dan menghormati para kiai dan masyaikh, kita juga sedang membangun karakter yang kuat dan berintegritas. John Wooden, seorang pelatih basket legendaris, mengatakan, “Kemampuan mungkin membawa Anda ke puncak, tetapi karakter yang menjaga Anda tetap di sana.” Dengan mematuhi aturan dan menghormati para pemimpin spiritual kita, kita mengembangkan karakter yang kuat, yang akan membantu kita dalam meraih kesuksesan dan mempertahankannya dengan keberkahan.
Pada akhirnya, kepatuhan dan penghormatan bukan hanya tentang mematuhi aturan secara mekanis, tetapi juga tentang memahami dan menghargai nilai-nilai yang mendasarinya. Ini adalah tentang membangun hubungan yang saling menghormati dan penuh kasih dengan para kiai dan masyaikh, yang pada gilirannya akan membuka pintu keberkahan dan ilmu yang sejati.
Mengakhiri narasi ini, mari kita renungkan kembali pentingnya kepatuhan dan penghormatan. Dalam Al-Quran, Surah Al-Isra ayat 23, Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” Ayat ini mengajarkan pentingnya berbuat baik dan menghormati orang tua kita, yang bisa diperluas kepada para kiai dan masyaikh sebagai figur otoritas dan pembimbing dalam kehidupan kita.
Dengan mematuhi aturan dan menghormati para pemimpin spiritual, kita tidak hanya mendapatkan ilmu dan keberkahan, tetapi juga membangun karakter yang mulia dan mendapatkan ridha Allah SWT. Marilah kita berusaha untuk selalu menjaga sikap dan perilaku kita agar tidak mengecewakan, bahkan jika belum bisa membahagiakan para kiai dan masyaikh. Semoga dengan demikian, kita dapat meraih ilmu yang bermanfaat dan keberkahan dalam kehidupan ini.