Dawuh Gus Kautsar tentang Potensi Menjadi Baik

Dawuh Gus Kautsar
Sumber : Google
“Orang yang berbuat salah punya potensi untuk menjadi orang baik, luruskan jalannya bukan dengan memusuhi orangnya”.
Gus Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar – Ploso Kediri
Setiap manusia memiliki potensi untuk berubah dan memperbaiki diri. Tidak ada satu pun dari kita yang sempurna, dan dalam perjalanan hidup ini, kesalahan adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa “Orang yang berbuat salah punya potensi untuk menjadi orang baik, luruskan jalannya bukan dengan memusuhi orangnya.” Ungkapan ini mengandung hikmah mendalam tentang bagaimana kita harus bersikap terhadap orang yang melakukan kesalahan, yaitu dengan membimbing mereka menuju jalan yang benar, bukan dengan memusuhi atau menjauhi mereka.

Dalam konteks sosial, sering kali kita melihat orang yang melakukan kesalahan diperlakukan dengan cemoohan dan penolakan. Sikap ini tidak hanya merugikan orang yang bersangkutan, tetapi juga tidak produktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Alih-alih memperbaiki, tindakan memusuhi hanya akan membuat mereka merasa terasing dan terpojok, yang bisa memperburuk perilaku mereka. Sebaliknya, sikap yang penuh pengertian dan bimbingan dapat membantu mereka menyadari kesalahan dan mendorong mereka untuk berubah menjadi lebih baik.

Dalam ajaran agama, kita diajarkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2). Ayat ini mengingatkan kita bahwa sebagai sesama manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk saling membantu dalam kebaikan. Ketika ada seseorang yang melakukan kesalahan, alangkah baiknya jika kita mendekati mereka dengan niat untuk membantu, bukan menghakimi.

Salah satu tokoh nasional Indonesia, Gus Dur, pernah berkata, “Tidak penting apa agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.” Kutipan ini mencerminkan bahwa kebaikan sejati melampaui batasan-batasan sosial, budaya, dan agama. Ini juga berarti bahwa potensi untuk menjadi baik ada pada setiap orang, terlepas dari latar belakang mereka atau kesalahan yang pernah mereka buat. Tugas kita adalah melihat potensi tersebut dan membantu mereka mengarahkannya ke jalan yang benar.

Baca Juga  Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Keharuman Sholawat

Membimbing orang yang berbuat salah memerlukan pendekatan yang penuh empati dan pengertian. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan empati, kita dapat melihat dari perspektif mereka, memahami alasan di balik tindakan mereka, dan menemukan cara terbaik untuk membantu mereka. Ketika kita mendekati orang yang melakukan kesalahan dengan hati yang terbuka dan penuh kasih sayang, kita memberikan mereka kesempatan untuk berubah tanpa merasa dihakimi atau disalahkan.

Pendekatan yang efektif dalam membimbing orang yang berbuat salah adalah dengan dialog yang konstruktif. Alih-alih mengkritik secara langsung dan keras, cobalah untuk memulai percakapan yang mendorong mereka untuk merenungkan tindakan mereka. Tanyakan apa yang mereka rasakan, apa yang memotivasi tindakan mereka, dan bagaimana mereka melihat dampak dari tindakan tersebut. Dengan cara ini, mereka akan merasa dihargai dan didengarkan, yang bisa membuka pintu bagi perubahan positif.

Selain dialog, memberikan contoh yang baik juga sangat penting. Sebagai individu, kita harus menjadi teladan dalam perilaku dan sikap. Ketika orang yang berbuat salah melihat bahwa kita menjalani nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan lebih terinspirasi untuk mengikuti jejak kita. Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, mengajarkan, “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” yang artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Prinsip ini sangat relevan dalam konteks membimbing orang yang berbuat salah, karena kita harus siap untuk menjadi teladan yang baik bagi mereka.

Penting juga untuk memberikan dukungan moral kepada orang yang sedang berusaha memperbaiki diri. Perjalanan menuju perubahan tidaklah mudah, dan mereka mungkin akan menghadapi berbagai rintangan dan godaan. Dalam situasi ini, dukungan dan dorongan dari orang-orang di sekitar mereka sangatlah berharga. Kita bisa menjadi sumber motivasi dan pengingat bahwa setiap usaha yang mereka lakukan untuk berubah adalah langkah yang berharga menuju kebaikan.

Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam tentang Menyikapi Masalah dengan Bijak

Selain dukungan moral, memberikan kesempatan kedua juga sangat penting. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri dan menebus kesalahan mereka. Memberikan kesempatan kedua berarti kita percaya pada potensi mereka untuk berubah. Ini juga menunjukkan bahwa kita menghargai upaya mereka untuk menjadi lebih baik. Dalam banyak kasus, kesempatan kedua ini bisa menjadi titik balik yang sangat signifikan dalam hidup mereka.

Namun, membimbing orang yang berbuat salah tidak berarti kita harus mengabaikan konsekuensi dari tindakan mereka. Penting untuk tetap menegakkan aturan dan memberikan pemahaman tentang dampak dari kesalahan mereka. Konsekuensi yang adil dan edukatif dapat membantu mereka belajar dari kesalahan dan memahami pentingnya bertanggung jawab atas tindakan mereka. Yang terpenting adalah memastikan bahwa konsekuensi tersebut diterapkan dengan tujuan untuk mendidik, bukan untuk menghukum secara berlebihan.

Dalam proses ini, kesabaran adalah kunci utama. Perubahan tidak terjadi dalam semalam, dan mungkin akan ada banyak tantangan di sepanjang jalan. Kesabaran memungkinkan kita untuk terus memberikan dukungan dan bimbingan meskipun hasilnya tidak segera terlihat. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Dan bersabarlah; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesabaran adalah bagian penting dari setiap usaha yang baik.

Pada akhirnya, membimbing orang yang berbuat salah untuk menjadi lebih baik adalah investasi dalam kemanusiaan. Setiap individu yang kita bantu untuk berubah akan membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar mereka. Mereka bisa menjadi contoh bagi orang lain, menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin dan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi lebih baik. Dengan demikian, kita tidak hanya membantu satu individu, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih baik dan lebih harmonis.

Baca Juga  Nasihat Prof Quraish Shihab tentang Bersyukur Setiap Keadaan

Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia, pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Kutipan ini mengingatkan kita bahwa tantangan dalam membangun karakter dan moral bangsa adalah tugas yang berat dan berkelanjutan. Membimbing orang yang berbuat salah adalah bagian dari perjuangan tersebut. Ini adalah tugas yang memerlukan dedikasi, kasih sayang, dan kesabaran, tetapi hasilnya akan sangat berharga bagi masa depan kita semua.

Dengan demikian, marilah kita selalu berusaha untuk melihat potensi kebaikan dalam setiap individu, termasuk mereka yang berbuat salah. Mari kita berkomitmen untuk membimbing mereka dengan penuh empati, kasih sayang, dan kesabaran, sehingga mereka bisa menemukan jalan menuju perbaikan dan menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam proses ini, kita juga akan menemukan bahwa kita sendiri menjadi lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih manusiawi.