Silsilah Keluarga KH Cholil Nawawie

Silsilah Keluarga KH Cholil Nawawie
sumber : google

Silsilah Keluarga KH Cholil Nawawie Sidogiri: Warisan Keilmuan dan Kepemimpinan Pesantren

KH. Cholil Nawawie Sidogiri merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Sebagai pengasuh ke-10 pesantren tersebut, beliau dikenal sebagai figur pendidik sejati yang memiliki dedikasi tinggi dalam mengembangkan pendidikan Islam. Untuk memahami kiprah dan pengaruh beliau, penting untuk menelusuri silsilah keluarga yang menjadi fondasi spiritual dan intelektualnya.

Asal Usul dan Latar Belakang Keluarga

KH. Cholil Nawawie lahir sekitar tahun 1925 M/1343 H dari pasangan KH. Nawawie bin Noerhasan dan Nyai Nadzifah. Nama “Cholil” diberikan oleh Syaikhona Cholil Bangkalan, seorang ulama besar yang dikenal kewaliannya. Beliau merupakan putra dari KH. Nawawie bin Noerhasan, pengasuh ke-6 Pondok Pesantren Sidogiri.

KH. Cholil Nawawie berasal dari keluarga ulama yang memiliki peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Ayahnya, KH. Nawawie bin Noerhasan, dikenal sebagai ulama yang sezaman dengan Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan turut berperan dalam pendirian Nahdlatul Ulama.

Tahun 1947 M/1366 H Kyai Cholil menikah dengan Nyai Asma dari Podokaton Pasuruan.

Pendidikan dan Perjalanan Spiritual

Sejak kecil, KH. Cholil Nawawie tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kental dengan nilai-nilai keislaman. Beliau menempuh pendidikan di berbagai pesantren ternama dan berguru kepada ulama-ulama besar, antara lain:

  • KH. Nawawie bin Noerhasan (ayah),
  • KH. Abdul Djalil,
  • KH. Zubair,
  • KH. Mahfudz Termas,
  • KH. Masduki, Lasem, Jawa Tengah,
  • Syekh Amin Quthby,
  • Syekh Hasan Al-Yamany.​

Dalam perjalanan intelektualnya, Kyai Cholil dikenal sebagai sosok yang tekun dan gigih menuntut ilmu. Ia mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain demi memperdalam pengetahuan agama. Salah satu gurunya yang pertama adalah Kyai Abdul Djalil. Setelah itu, beliau melanjutkan mondok di Pesantren Sarang, Jawa Tengah, yang saat itu diasuh oleh KH. Zubair, ayah dari KH. Maimun Zubair.

Baca Juga  Silsilah Keluarga KH Hasan Bisri Syafi’i

Menariknya, selama mondok di Pesantren Sarang, Kyai Cholil tidak hanya belajar secara formal, tetapi juga melakukan amalan spiritual secara diam-diam—beliau rutin mengisi air di jeding (tempat wudhu) milik Kyai Zubair. Setelah beberapa waktu, hal ini diketahui oleh sang kyai. Dengan penuh penghormatan dan keprihatinan terhadap para santri lain, KH. Zubair pun berkata, “Mas, sampeyan wangsul mawon, sa aken liane,” yang berarti, “Mas, kamu pulang saja, kasihan yang lain.” Hal ini ditafsirkan sebagai bentuk pengakuan bahwa kapasitas ilmu Kyai Zubair seolah-olah ‘terserap’ oleh Kyai Cholil, dan dikhawatirkan santri lainnya tak kebagian.

Kyai Cholil hanya mondok di Sarang selama kurang lebih tiga bulan, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan spiritual dan intelektualnya ke berbagai pesantren lainnya. Ia menimba ilmu dari KH. Mahfudz Termas dan KH. Masduki di Lasem, Jawa Tengah. Namun, tidak banyak sumber yang mencatat durasi pasti masa belajarnya di kedua tempat tersebut.

Puncak pengembaraan Kyai Cholil terjadi ketika beliau menimba ilmu di Makkah. Di Tanah Suci, Kyai Cholil berguru kepada sejumlah ulama besar, seperti Syekh Amin Quthby dan Syekh Hasan Al-Yamany. Lama beliau menetap di sana diperkirakan sekitar tiga tahun, meskipun ada pula riwayat yang menyebut hanya tujuh bulan.

Hingga kini, perjalanan intelektual Kyai Cholil masih menyimpan banyak misteri. Namun yang pasti, semangat belajar beliau yang tak kenal lelah menjadi inspirasi bagi generasi santri dan pencari ilmu hingga hari ini.

Pengalaman belajar dari para ulama tersebut membentuk karakter keilmuan dan spiritualitas beliau, yang kemudian menjadi bekal dalam memimpin dan mengembangkan pesantren.

Kepemimpinan dan Kontribusi

Setelah wafatnya KH. Abdul Djalil pada tahun 1947, KH. Cholil Nawawie diangkat sebagai pengasuh ke-10 Pondok Pesantren Sidogiri. Dalam masa kepemimpinannya, beliau dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan cerdas, serta perintis madrasah di pesantren tersebut.

Baca Juga  Biografi Lengkap Syaikh Mahfud Termas Beserta Ajarannya

KH. Cholil Nawawie dikenal sebagai pendidik sejati yang memiliki dedikasi tinggi dalam mengembangkan pendidikan Islam. Beliau aktif mengajar dan membimbing santri, serta dikenal sebagai sosok yang tawaduk dan sederhana. Ketekunan beliau dalam mengajar dan mendidik santri menjadi teladan bagi banyak orang.

Warisan dan Pengaruh

KH. Cholil Nawawie memiliki adik bernama KH. Hasani Nawawie, yang juga dikenal sebagai ulama sufi dan pendobrak fanatisme. Keluarga ini dikenal sebagai keluarga ulama yang memiliki peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia.

Melalui Pondok Pesantren Sidogiri, KH. Cholil Nawawie meninggalkan warisan keilmuan yang terus hidup dan berkembang. Pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam yang berpengaruh di Indonesia, dengan ribuan santri yang menimba ilmu di sana.

KH. Cholil Nawawie wafat pada malam Senin Pon 21 Ramadan tahun 1397 H atau 05 September 1977 M. Saat itu beliau sedang mengerjakan Shalat Tarawih seperti malam-malam sebelumnya. Sampai di pertengahan Shalat TarawihKyai pergi ke tempat wudhu untuk mengambil wudhu. Namun, ketika akan keluar beliau jatuh tanpa ada seorang pun bersama beliau.​

Kiai wafat meninggalkan seorang putra angkat yaitu Mas H. Muhammad (Banat I), dan dua orang istri bernama Ny. Asma dan Ny. Murti. Tidak ada yang tersisa dari harta beliau.

Kesimpulan

Silsilah keluarga KH. Cholil Nawawie Sidogiri menunjukkan peran penting keluarga dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Melalui Pondok Pesantren Sidogiri dan keturunannya, warisan spiritual dan keilmuan beliau terus hidup dan berkembang, memberikan kontribusi besar bagi umat Islam di Indonesia.

***

Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

media keislaman by : dawuhguru.co.id

baca juga : Silsilah Keluarga Syaikh Mahfudz Termas