Silsilah Keluarga Syaikh Mahfudz at-Tarmasi: Ulama Nusantara Berkaliber Internasional
Syaikh Mahfudz at-Tarmasi adalah salah satu ulama besar asal Nusantara yang dikenal luas di kancah internasional, terutama dalam dunia ilmu hadits. Kiprahnya di Tanah Suci, khususnya di Makkah al-Mukarramah, menjadikan beliau sebagai rujukan ulama dunia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Namun, di balik kecemerlangannya, terdapat silsilah keluarga yang kuat dalam tradisi keilmuan Islam.
Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Manan bin Dipomenggolo At-Tarmasi Al-Jawi atau yang kerap disapa dengan panggilan Syekh Mahfudz At-Tarmasi lahir pada tanggal 12 Jumadil Awal tahun 1258 H yang bertepatan 31 Agustus 1842 M, di Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (pada masa itu Desa Tremas masih termasuk wilayah Karasidenan, Solo, Jawa Tengah). Saat Syekh Mahfudz At-Tarmasi lahir, KH. Abdullah (Ayahnya) sedang berada di Makkah, beliau merupakan putra tertua KH. Abdullah.
Asal Usul dan Keluarga Besar
Syaikh Mahfudz lahir pada tahun 1868 M di Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan at-Tarmasi. Kata “at-Tarmasi” adalah nisbah (penanda geografis) yang merujuk pada kampung halamannya, yaitu Tremas.
Beliau lahir dari keluarga yang memiliki tradisi pesantren yang kuat. Ayahnya, KH Abdullah bin Abdul Mannan, adalah seorang ulama dan pengasuh Pondok Pesantren Tremas yang sudah terkenal sejak abad ke-18. Dengan demikian, Syaikh Mahfudz mewarisi tradisi keilmuan dan spiritualitas dari keluarganya.
Dari jalur ayahnya, Syaikh Mahfudz merupakan keturunan para kiai yang sejak beberapa generasi telah berkecimpung dalam dunia pendidikan pesantren. Kakeknya, KH Abdul Mannan, juga merupakan seorang tokoh penting dalam perkembangan Islam di kawasan selatan Jawa Timur.
Keluarga besar beliau dikenal sebagai keluarga ulama yang istiqamah dalam membina umat, menyebarkan ilmu, dan menjaga nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah. Tradisi ini kemudian diteruskan oleh anak cucu dan santri-santri beliau hingga kini.
Keluarga Inti dan Keturunan
Syaikh Mahfudz at-Tarmasi menikah saat menetap di Makkah. Dari pernikahan tersebut, beliau memiliki beberapa anak yang juga mendapatkan pendidikan keagamaan yang sangat kuat. Salah satu anaknya dikenal sebagai figur yang juga berkontribusi dalam pendidikan dan dakwah di wilayah Hijaz dan Indonesia.
Syekh Mahfudz menikah dengan Nyai Muslim, seorang putri asal Demak, Jawa Tengah, yang menunaikan haji pada dekade pertama Abad ke-20 M. Dari pernikahannya Syekh Mahfudz At-Tarmasi dan Nyai Muslim dikaruniai tiga orang anak, tetapi dua anak perempuanya meninggal ketika mereka belum berusia 5 tahun. Satu-satunya putra Syekh Mahfudz yang masih hidup adalah Syekh Muhammad.
Meski keturunan biologisnya tidak banyak terpublikasi, namun Syaikh Mahfudz memiliki keturunan intelektual berupa murid-murid yang sangat banyak, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Di antara murid-murid terkenalnya adalah KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama dari Yaman, Mesir, hingga Afrika Utara.
Dalam konteks keilmuan Islam, para murid ini sering disebut sebagai “anak spiritual” atau “keturunan keilmuan” yang lebih penting dibandingkan keturunan biologis. Sebab dari merekalah, ilmu Syaikh Mahfudz terus tersebar dan bertumbuh.
Jaringan Keilmuan dan Spirit Silsilah
Keluarga besar Syaikh Mahfudz terus melanjutkan kiprahnya di Pesantren Tremas. Lembaga ini menjadi pusat keilmuan yang menjunjung tinggi sanad keilmuan (rangkaian guru dan murid) yang tersambung hingga Rasulullah SAW.
Pesantren Tremas menjadi tempat pelestarian ilmu-ilmu klasik (turats) dan pusat pengembangan pemikiran Islam moderat di Indonesia. Tradisi keilmuan ini tidak lepas dari semangat yang ditanamkan oleh Syaikh Mahfudz sejak muda, yaitu pentingnya belajar dan mengajar sebagai bagian dari ibadah.
Warisan Ilmu dan Kepribadian
Syaikh Mahfudz adalah ulama Indonesia pertama yang menulis dan mengajar kitab hadits di Masjidil Haram. Di antara karya terkenalnya adalah “Manhaj Dzu al-Nazhar”, sebuah syarah (penjelasan) atas kitab “Nukhbatul Fikar” karya Ibnu Hajar al-Asqalani. Beliau juga menulis banyak karya dalam bidang ushul fiqh, nahwu, dan tafsir.
Karya-karya ini menjadi warisan keilmuan yang diwariskan kepada umat Islam di berbagai penjuru dunia. Anak-anak, cucu, dan murid-murid beliau menjadikan karya ini sebagai rujukan utama dalam kurikulum pesantren.
Selain keilmuan, Syaikh Mahfudz juga mewariskan akhlak yang mulia. Dalam kesehariannya, beliau sangat menghormati guru, menghargai sesama ulama, dan tidak sombong meski memiliki kedudukan tinggi. Akhlak ini menjadi teladan bagi keluarganya dan murid-muridnya.
Kesimpulan
Silsilah keluarga Syaikh Mahfudz at-Tarmasi menunjukkan bahwa beliau berasal dari keluarga ulama yang kokoh dalam tradisi keilmuan Islam. Meskipun tidak banyak data rinci mengenai anak cucunya yang tersebar dalam literatur, namun warisan intelektual dan spiritual beliau sangat kuat dan hidup hingga kini.
Jaringan keilmuan yang beliau bentuk melalui murid-muridnya telah menyebarkan pengaruh Islam Nusantara ke berbagai belahan dunia. Dengan jejak silsilah yang kuat dan visi keilmuan yang luas, Syaikh Mahfudz at-Tarmasi menjadi figur ulama yang tidak hanya dikenang dalam sejarah, tetapi juga terus hidup dalam semangat para penuntut ilmu di seluruh dunia.
***
Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah
media keislaman by : dawuhguru.co.id
baca juga : Silsilah Keluarga KHR Ahmad Azaim Ibrahimy
Respon (5)
Komentar ditutup.