Silsilah Keluarga Abuya Muhammad Dimyati

Silsilah Keluarga Abuya Muhammad Dimyati
sumber : google

Abuya KH. Muhammad Dimyathi bin Syeikh Muhammad Amin Al-Bantani, yang lebih dikenal sebagai Abuya Dimyathi, adalah seorang ulama terkemuka asal Banten. Lahir pada 7 Februari 1926 di Kalahang, Cadasari, Pandeglang, Banten, beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Amin dan Hj. Ruqayyah. Sejak usia dini, Abuya Dimyathi menunjukkan kecerdasan dan kesalehan yang luar biasa, yang kemudian membawanya menjadi salah satu tokoh agama berpengaruh di Indonesia.

Latar Belakang Keluarga

Abuya Dimyathi berasal dari keluarga yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Ayahnya, KH. Muhammad Amin, adalah seorang ulama yang dihormati di daerahnya, sementara ibunya, Hj. Ruqayyah, dikenal sebagai sosok yang salehah. Lingkungan keluarga yang religius ini membentuk karakter dan semangat Abuya Dimyathi dalam mendalami ilmu agama sejak kecil.

Pendidikan dan Pengembaraan Menuntut Ilmu

Dalam upaya memperdalam pengetahuan agama, Abuya Dimyathi menempuh perjalanan panjang ke berbagai pesantren di Jawa dan Lombok. Beliau belajar di bawah bimbingan sejumlah ulama terkemuka, termasuk Abuya Abdul Halim, Abuya Muqri Abdul Hamid, Mama Bakri Sempur, Mbah Dalhar, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, dan Mbah Ruqyat Kaliwungu. Pengembaraan intelektual ini memperkaya pemahaman beliau dalam berbagai disiplin ilmu agama, khususnya dalam mazhab fikih Syafi’i dan tasawuf.

Kehidupan Pribadi dan Silsilah Keluarga

Abuya Dimyathi menikah dengan Hj. Asmah sebagai istri pertama dan Hj. Dallalah sebagai istri kedua. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai beberapa putra yang juga mengikuti jejaknya dalam bidang keagamaan, di antaranya: Ahmad Muhtadi (Abah Muh), Muhammad Murtadho (Abah Mur), Abdul Aziz Fakhruddin (Abah Ade), Ahmad Muntaqo (Abah Mun), Ahmad Muqotil (Abah Aceng), Ahmad Mujtaba (Abah Taba).

Baca Juga  Silsilah Keluarga KH Hasan Bisri Syafi’i

Putra-putra beliau melanjutkan tradisi keilmuan dan dakwah yang telah dirintis oleh ayah mereka, sehingga nama keluarga ini tetap harum dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.

Pendirian Pesantren dan Kontribusi Pendidikan

Sekitar tahun 1965, Abuya Dimyathi mendirikan sebuah pesantren di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten. Pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan Muslim terkemuka. Beberapa murid beliau yang menonjol antara lain:

  • Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, pemimpin Majelis Nurul Musthofa di Jakarta.
  • (Alm) Abuya Uci Turtusi, pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah di Cilongok, Sukamantri, Pasar Kemis, Tangerang.

Melalui pesantren ini, Abuya Dimyathi berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan membentuk generasi penerus yang berakhlak mulia serta berpengetahuan luas.

Peran sebagai Mursyid Thariqah Syadziliyyah

Selain sebagai ulama dan pendidik, Abuya Dimyathi juga dikenal sebagai mursyid Thariqah Syadziliyyah. Beliau membimbing para murid dalam mendalami aspek tasawuf dan spiritualitas Islam, menekankan pentingnya penyucian jiwa dan kedekatan dengan Allah. Peran ini menjadikan beliau sebagai panutan dalam praktik tasawuf di Indonesia.

Wafat dan Warisan

Abuya Dimyathi wafat pada 3 Oktober 2003 di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten, pada usia 77 tahun. Meskipun telah tiada, warisan keilmuan dan spiritual beliau terus hidup melalui para murid dan keturunannya. Pesantren yang didirikannya masih berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam, dan ajaran-ajaran beliau tetap menjadi rujukan bagi banyak kalangan.

Pengaruh dan Jaringan Keilmuan

Sebagai seorang ulama yang disegani, Abuya Dimyathi memiliki jaringan keilmuan yang luas. Beliau tidak hanya mendidik murid-murid di Indonesia, tetapi juga menjalin hubungan dengan ulama-ulama di berbagai daerah. Hal ini memperkuat posisi beliau sebagai salah satu tokoh penting dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara.

Baca Juga  Biografi Lengkap Guru Mansyur Beserta Ajarannya

Kesimpulan

Abuya KH. Muhammad Dimyathi Al-Bantani adalah sosok ulama yang memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Melalui dedikasinya dalam mendirikan pesantren, membimbing murid, dan menyebarkan ajaran tasawuf, beliau telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Islam di tanah air. Kehidupan dan perjuangannya menjadi teladan bagi generasi penerus dalam mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.