Quote Gus Dur tentang Menjadi Hamba Sejati

dawuhguru jateng
“Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran.”
KH. Abdurrahman Wahid

Menjadi Hamba Sejati: Mengatasi Hinaan dan Pujian Manusia

KH. Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah seorang tokoh besar dengan pandangan yang mendalam tentang kehidupan dan spiritualitas. Salah satu pernyataannya yang sangat bermakna adalah, “Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran.” Melalui pernyataan ini, Gus Dur mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan hati dan kedewasaan spiritual dalam menjalani kehidupan. Ia menekankan bahwa sebagai manusia, kita harus mampu mengatasi hinaan dan pujian dari orang lain untuk menjadi hamba yang sejati.

Ketika kita berbicara tentang hinaan dan pujian, kita berbicara tentang dua hal yang berlawanan tetapi sama-sama bisa mempengaruhi kehidupan kita secara signifikan. Hinaan sering kali datang dalam bentuk kritik yang tajam, ejekan, atau bahkan kebencian yang ditujukan kepada kita. Sebaliknya, pujian adalah bentuk apresiasi, penghargaan, dan pengakuan atas apa yang telah kita lakukan. Kedua hal ini bisa mempengaruhi perasaan dan tindakan kita, tetapi Gus Dur mengajarkan bahwa terganggu oleh keduanya adalah tanda bahwa kita masih hamba yang amatiran.

Mengapa hinaan bisa begitu mengganggu? Hinaan sering kali menyentuh aspek-aspek paling sensitif dari diri kita. Ketika seseorang menghina kita, kita merasa diserang dan diremehkan. Hinaan bisa mengurangi rasa percaya diri kita dan membuat kita meragukan kemampuan serta nilai diri kita. Namun, Gus Dur mengajarkan bahwa sebagai hamba yang sejati, kita harus mampu mengatasi hinaan ini. Mengatasi hinaan berarti kita tidak membiarkan hinaan tersebut mempengaruhi pandangan kita terhadap diri sendiri dan tindakan kita. Kita tetap teguh pada prinsip dan nilai yang kita pegang, serta tidak terpengaruh oleh pandangan negatif orang lain.

Salah satu cara untuk mengatasi hinaan adalah dengan memiliki rasa percaya diri yang kuat dan memahami nilai diri kita. Ketika kita yakin akan siapa kita dan apa yang kita perjuangkan, hinaan dari orang lain tidak akan terlalu mengganggu. Kita memahami bahwa hinaan tersebut lebih mencerminkan keadaan dan perasaan orang yang menghina daripada diri kita sendiri. Dengan demikian, kita bisa tetap fokus pada tujuan dan prinsip kita, serta tidak terpengaruh oleh hinaan yang mungkin datang dari luar.

Di sisi lain, pujian juga bisa menjadi sesuatu yang mengganggu jika kita terlalu bergantung padanya. Pujian bisa membuat kita merasa dihargai dan diakui, tetapi juga bisa membuat kita menjadi tergantung pada pengakuan dari orang lain. Ketika kita terlalu bergantung pada pujian, kita mungkin mulai melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian tersebut, bukan karena itu adalah hal yang benar atau baik untuk dilakukan. Ini bisa membuat kita kehilangan arah dan menjadi hamba dari ekspektasi orang lain. Gus Dur mengingatkan bahwa sebagai hamba yang sejati, kita harus bisa mengatasi ketergantungan pada pujian ini.

Untuk mengatasi ketergantungan pada pujian, kita perlu mengembangkan rasa kepuasan diri dan memahami bahwa nilai diri kita tidak ditentukan oleh pujian dari orang lain. Kita harus bisa merasa puas dengan apa yang telah kita capai dan apa yang kita lakukan, tanpa perlu pengakuan dari orang lain. Dengan demikian, kita bisa tetap fokus pada apa yang benar dan baik, serta tidak terpengaruh oleh keinginan untuk selalu mendapatkan pujian. Ini adalah tanda dari kedewasaan spiritual dan keteguhan hati.

Lebih jauh lagi, Gus Dur mengajarkan bahwa menjadi hamba yang sejati berarti kita harus memiliki keteguhan hati dan kedewasaan spiritual yang tinggi. Keteguhan hati berarti kita tetap berpegang pada prinsip dan nilai yang kita yakini, tidak peduli apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang kita. Kedewasaan spiritual berarti kita memahami bahwa hinaan dan pujian adalah bagian dari dinamika kehidupan yang tidak bisa dihindari, tetapi kita tidak membiarkan hal-hal tersebut mengganggu kedamaian batin kita.

Dalam konteks spiritual, menjadi hamba yang sejati berarti kita berfokus pada hubungan kita dengan Tuhan dan bukan pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Hinaan dan pujian dari manusia adalah hal yang sementara dan tidak memiliki makna yang sejati dalam pandangan Tuhan. Ketika kita berfokus pada Tuhan dan berusaha untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita tidak akan terlalu terpengaruh oleh hinaan dan pujian dari manusia. Kita memahami bahwa yang paling penting adalah bagaimana kita dilihat oleh Tuhan, bukan oleh manusia.

Selain itu, Gus Dur mengajarkan bahwa kita harus memiliki kebijaksanaan untuk membedakan antara kritik yang konstruktif dan hinaan yang hanya bertujuan untuk menjatuhkan. Kritik yang konstruktif bisa sangat bermanfaat untuk pengembangan diri kita, sedangkan hinaan yang tidak berdasar hanya akan mengganggu dan mengurangi rasa percaya diri kita. Dengan kebijaksanaan ini, kita bisa menerima kritik yang membangun dan mengabaikan hinaan yang tidak relevan. Ini adalah bagian dari kedewasaan spiritual yang penting untuk kita kembangkan.

Dalam menjalani kehidupan, kita sering kali dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara mengikuti prinsip dan nilai kita atau mengabaikannya demi mendapatkan pujian atau menghindari hinaan. Gus Dur mengajarkan bahwa kita harus tetap teguh pada prinsip dan nilai kita, serta tidak terganggu oleh hinaan dan pujian dari orang lain. Dengan demikian, kita bisa menjalani hidup dengan integritas dan kejujuran, serta mencapai kedewasaan spiritual yang tinggi.

Gus Dur juga mengajarkan bahwa kita harus memiliki rasa belas kasih dan pengertian terhadap orang lain, bahkan terhadap mereka yang menghina kita. Hinaan sering kali berasal dari ketidakpahaman, ketidakamanan, atau rasa sakit dalam diri orang yang menghina. Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih mudah memaafkan dan tidak terlalu terganggu oleh hinaan tersebut. Sebaliknya, kita bisa berusaha untuk menunjukkan kebaikan dan pengertian kepada mereka, serta membantu mereka untuk mengatasi rasa sakit dan ketidakamanan yang mereka rasakan.

Mengakhiri refleksi ini, mari kita mengambil hikmah dari kebijaksanaan Gus Dur tentang hinaan dan pujian. Kita diajak untuk menjadi hamba yang sejati dengan mengatasi hinaan dan pujian dari manusia. Dengan tetap berpegang pada prinsip dan nilai yang kita yakini, serta fokus pada hubungan kita dengan Tuhan, kita bisa menjalani hidup dengan integritas dan kejujuran. Gus Dur memberikan kita inspirasi untuk tetap teguh dan tidak terganggu oleh hinaan dan pujian, serta mencapai kedewasaan spiritual yang tinggi.

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kebijaksanaan Gus Dur dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami bahwa hinaan dan pujian adalah bagian dari dinamika kehidupan yang tidak bisa dihindari, kita bisa menjalani hidup dengan lebih damai, bahagia, dan penuh keyakinan. Mari kita selalu berusaha untuk tetap berpegang pada kebenaran dan kebaikan, serta tidak terganggu oleh hinaan dan pujian dari manusia. Dengan demikian, kita bisa menjadi hamba yang sejati dan mencapai kedamaian batin serta kedewasaan spiritual yang sejati.

Rekomendasi