Quote Gus Dur tentang Kebijaksanaan Abadi

Quote Gus Dur
sumber : dawuhguru
“Sowan kepada orang mati lebih baik, karena tak mungkin bohong. Beda dengan yang masih hidup, banyak kepentingan, banyak gak jujurnya.”
KH. Abdurrahman Wahid

Kebijaksanaan Abadi: Merenungkan Kebenaran dan Kejujuran dari Gus Dur

KH. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, dikenal dengan pandangannya yang tajam dan kadang-kadang kontroversial. Salah satu pernyataannya yang penuh makna adalah, “Sowan kepada orang mati lebih baik, karena tak mungkin bohong. Beda dengan yang masih hidup, banyak kepentingan, banyak gak jujurnya.” Dalam pernyataan ini, Gus Dur mengajak kita merenungkan makna kejujuran dan kebijaksanaan yang abadi, serta bagaimana manusia sering kali terjebak dalam kebohongan dan kepentingan pribadi.

Gus Dur, melalui pernyataannya, menggarisbawahi bahwa kejujuran adalah salah satu nilai yang paling penting dalam kehidupan. Ia menekankan bahwa manusia yang masih hidup sering kali terjebak dalam kepentingan pribadi yang membuat mereka sulit untuk bersikap jujur. Setiap orang memiliki agenda dan tujuan yang kadang-kadang mengaburkan kebenaran. Dalam interaksi sehari-hari, kita sering kali menemui situasi di mana kejujuran dikorbankan demi keuntungan pribadi atau demi menjaga hubungan baik dengan orang lain. Hal ini bisa terjadi dalam berbagai konteks, mulai dari hubungan pribadi hingga politik dan bisnis.

Ketika Gus Dur menyebut bahwa sowan kepada orang mati lebih baik, ia sebenarnya sedang mengajak kita untuk merenungkan kesucian dan kejujuran yang melekat pada kematian. Orang yang sudah meninggal tidak lagi memiliki kepentingan duniawi, tidak ada lagi ambisi, tidak ada lagi kebutuhan untuk berbohong atau memanipulasi. Kematian membawa kita kepada kenyataan bahwa pada akhirnya, yang tinggal hanyalah kebenaran. Dalam konteks ini, makam menjadi simbol dari kebijaksanaan dan kejujuran abadi, tempat di mana kita bisa merenungkan kebenaran tanpa gangguan kepentingan pribadi.

Baca Juga  Quotes Gus Dur tentang Islam dan Warisan Budaya Lokal

Pernyataan ini juga mengandung pesan tentang pentingnya introspeksi dan refleksi diri. Gus Dur mengajak kita untuk melihat ke dalam diri kita sendiri dan bertanya sejauh mana kita telah bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa sering kita membiarkan kepentingan pribadi mengaburkan kebenaran? Seberapa sering kita berbohong demi keuntungan sesaat? Dengan merenungkan kematian, kita diingatkan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan selalu menang. Tidak ada kepentingan atau kebohongan yang bisa bertahan selamanya. Ini adalah pengingat untuk selalu berusaha hidup dengan jujur dan integritas, karena itulah yang akan kita tinggalkan setelah kita tiada.

Gus Dur juga mengajak kita untuk lebih menghargai kejujuran dalam hubungan kita dengan orang lain. Kejujuran adalah dasar dari kepercayaan, dan tanpa kejujuran, hubungan apapun tidak akan bisa bertahan lama. Dalam interaksi kita dengan orang lain, baik itu dalam keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan, kejujuran adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan langgeng. Ketika kita bersikap jujur, kita menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain. Sebaliknya, ketika kita berbohong, kita merusak kepercayaan dan menghancurkan hubungan.

Dalam konteks sosial dan politik, pernyataan Gus Dur ini juga sangat relevan. Banyak pemimpin dan pejabat publik yang terjebak dalam kebohongan dan kepentingan pribadi. Mereka sering kali menggunakan kekuasaan dan pengaruh mereka untuk mencapai tujuan pribadi, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan kebenaran dan kejujuran. Gus Dur mengajak kita untuk menjadi pemimpin yang jujur dan berintegritas, yang selalu menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi. Ini adalah panggilan untuk menjalani kepemimpinan yang penuh tanggung jawab dan berfokus pada pelayanan kepada masyarakat.

Selain itu, pandangan Gus Dur juga mengajak kita untuk merenungkan makna kematian dalam konteks spiritual. Kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang tidak bisa dihindari. Dengan merenungkan kematian, kita diingatkan tentang kefanaan hidup dan pentingnya menjalani hidup dengan penuh makna. Dalam agama Islam, kematian adalah awal dari kehidupan yang abadi. Dengan menyadari hal ini, kita diingatkan untuk selalu berusaha menjalani hidup dengan jujur dan baik, karena itulah yang akan menentukan nasib kita di akhirat.

Baca Juga  Nasihat Ning Sheila Hasina tentang Pentingnya Pendidikan Ibu

Pernyataan Gus Dur juga menyoroti pentingnya kejujuran dalam diri sendiri. Kejujuran tidak hanya tentang bagaimana kita bersikap terhadap orang lain, tetapi juga bagaimana kita bersikap terhadap diri sendiri. Banyak orang yang berbohong kepada diri sendiri, meyakinkan diri mereka tentang hal-hal yang tidak benar demi kenyamanan atau keuntungan sesaat. Ini bisa berupa penolakan untuk mengakui kesalahan, mengabaikan masalah yang ada, atau berpura-pura bahwa segala sesuatunya baik-baik saja padahal tidak. Dengan bersikap jujur kepada diri sendiri, kita bisa menghadapi kenyataan dengan lebih baik dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan.

Gus Dur juga menunjukkan bahwa kematian adalah pengingat akan keabadian nilai-nilai yang kita tinggalkan. Ketika kita meninggal, yang tersisa adalah kenangan dan pengaruh yang kita tinggalkan bagi orang lain. Apakah kita dikenal sebagai orang yang jujur dan berintegritas, atau sebagai seseorang yang terjebak dalam kebohongan dan kepentingan pribadi? Dengan menjalani hidup dengan jujur dan integritas, kita bisa meninggalkan warisan yang baik dan menjadi teladan bagi generasi berikutnya.

Selain itu, Gus Dur juga mengajak kita untuk merenungkan makna dari kebijaksanaan yang tidak terpengaruh oleh waktu. Orang yang sudah meninggal membawa kebijaksanaan yang tidak lagi terikat oleh kepentingan duniawi. Ini adalah kebijaksanaan yang murni dan abadi, yang bisa kita pelajari dan renungkan. Dengan mendekati kebijaksanaan ini, kita bisa mendapatkan perspektif yang lebih jernih tentang kehidupan dan bagaimana kita seharusnya bersikap. Ini adalah panggilan untuk selalu mencari kebenaran dan kebijaksanaan, dan tidak terjebak dalam kepentingan atau ambisi pribadi.

Mengakhiri refleksi ini, mari kita mengambil hikmah dari kebijaksanaan Gus Dur tentang kejujuran dan kebijaksanaan abadi. Kita diajak untuk selalu bersikap jujur, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kita diingatkan bahwa kepentingan pribadi tidak seharusnya mengaburkan kebenaran, dan bahwa pada akhirnya, yang tinggal hanyalah kebenaran dan kebijaksanaan. Dengan menjalani hidup dengan jujur dan berintegritas, kita bisa meninggalkan warisan yang baik dan menjadi teladan bagi orang lain.

Baca Juga  Nasihat Mbah Nun tentang Perjalanan Menuju Keabadian

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kebijaksanaan Gus Dur dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami bahwa kejujuran adalah nilai yang abadi dan tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, damai, dan penuh makna. Mari kita selalu berusaha mencari kebenaran dan kebijaksanaan, dan menjalani hidup dengan integritas dan kejujuran.