KH. Mahrus Aly lahir pada tahun 1906 di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara, dari pasangan KH. Aly bin Abdul Aziz dengan Hasinah binti KH. Sa’id.
KH. Mahrus Aly melepas masa lajangnya dengan menikahi salah satu putri KH. Abdul Karim yang bernama Zaenab. Beliau menikah pada tahun 1938 M. Pada tahun 1944 M, KH. Mahrus Aly diperintahkan oleh KH. Abdul karim untuk membangun rumah di sebelah timur Komplek Pondok.
Senin, 4 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj. Zaenab berpulang ke Rahmatullah karena sakit Tumor kandungan yang telah lama diderita. Sejak saat itulah kesehatan KH. Mahrus Aly mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat KH. Mahrus Aly terus menerus larut dalam kedukaan. Banyak yang menyarankan agar KH. Mahrus Aly menikah lagi supaya ada yang mengurus beliau, namun dengan sopan beliau menolaknya.
Hingga puncaknya yakni pada sabtu sore pada tanggal 18 Mei 1985 M, kesehatan beliau benar-benar mulai memburuk, bahkan setelah opname selama 4 hari di RS Bhayangkara Kediri, beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya. Delapan hari setelah dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad malam Senin, 6 Ramadan 1405 H atauh 26 Mei 1985 M, KH. Mahrus Aly berpulang ke rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun.
Sanad Ilmu dan Pendidikan
KH. Mahrus Aly kecil, beliau memulai pendidikannya dengan belajar di masjid pesantren milik keluarga. Beliau diasuh oleh ayah sendiri, KH. Aly dan sang kakak kandung, KH. Afifi. Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan KH. Mukhlas, kakak iparnya sendiri.
Disinilah kegemaran belajar ilmu nahwu KH. Mahrus Aly semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Aly juga belajar silat pada KH. Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon.
Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M. Di tahun 1929 M, KH. Mahrus Aly melanjutkan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH. Cholil. Setelah 5 tahun menuntut ilmu di pesantren ini (sekitar tahun 1936 M) KH. Mahrus Aly berpindah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni KH. Mahrus Aly berniat tabarukan di Pesantren Lirboyo. Namun beliau justru diangkat menjadi Pengurus Pondok dan ikut membantu mengajar. Selama nyantri di Lirboyo, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih mengaji.
Jika waktu libur tiba maka akan beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang, asuhan KH. Dalhar dan juga pondok pesantren di daerah lainnya seperti; Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Sarang dan Lasem, Rembang.
Guru-Guru
Guru-guru KH. Mahrus Aly saat beliau muda mencari ilmu di pondok pesantren adalah:
- Aly
- Afifi
- Mukhlas
- Cholil
- Hasyim Asy’ari
Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi Dahlan meneruskan tambuk kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo.
Di bawah kepemimpinan mereka berdua, kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun datang untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly.
Diriwayat kan oleh Gus Anwar Iskandar ketua tanfidziyah NU kodya Kediri.Bahwa KH Mahrus Aly adalah seorang ulama karismatik dikalangan nu yang memiliki karomah.
Alkisah gedung-gedung IAIT (Institut Agama Islam Tribakti) akan diresmikan penggunaannya, ribuan santri ulama dan pejabat memenuhi kampus, beberapa santri berdiri membentuk pagar menyambut Menteri Agama.
Akan tetapi suasana berubah, langit kediri yang pagi itu cerah mendadak mendung dan kemudian hujan pun turun.Sementara itu Menteri Agama sudah berada di Kediri,istirahat sejenak di kantor Walikota .Panitia tampak gundah,seiring dekatnya waktu peresmian ,hujan semakin deras. Lain halnya dengan KH Mahrus Aly,beliau justru keliatan tenang .mendengar rombongan Menteri Agama menuju kampus,beliau penuh dengan percaya diri maju ke panggung.
Para santri, mari kita mengangkat tangan, berdoa kepada Allah .kita minta, agar hujan dihentikan pinta beliau. Beliau kemudian berdoa dan hadirin mengamini,tidak lebih dari 5 menit ,hujan tiba-tiba berhenti. Langit Kediri kembali cerah,seiring itu,rombongan Menteri Agama sampai ditempat acara.
Kurang lebih 1 jam, acara peresmian berlangsung, Menteri Agama meletakkan batu pertama pembangunan Musholla kampus .Usai acara diiringi sholawat Nabi ,rombongan bertolak kembali ,ke balai kota Kediri .hadirin belum sempat angkat kaki ,hujan deras tiba-tiba krmbali mengguyur kota Kediri yang tadi cerah sebentar.
Pembicaraan santri Lirboyo bukan lagi tertuju gedung baru kampus,atau pidato menteri,namun ihwal hujan yang sempat tertahan oleh doa beliau ,bagi santri baru ,peristiwa itu sungguh menakjubkan ,peristiwa itu membuat santri baru kagum dan hormat kepada pengasuhnya,akan tetapi ,bagi Kiai Halimi ,kisah seperti itu bukanlah hal baru.[1]
Siapa saja putra putri KH Mahrus Ali Lirboyo?
Putra-Putri KH Mahrus Ali Lirboyo adalah:
- Imam Yahya Mahrus
- KH. Abdullah Kafabihi Mahrus
- KH. AHS. Zamzami Mahrus
- KH. An’im Falahuddin Mahrus
Siapa pengasuh Ponpes Al Mahrusiyah Lirboyo?
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Reza Ahmad Zahid atau Gus Reza.
Berapa anak anak KH Abdul Karim Lirboyo?
Hannah Salamah Zainab Maryam Qamariyah Aisyah
Apa hubungan KH Mahrus Ali dan Ponpes Lirboyo?
Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri memiliki tiga tokoh besar dalam pergerakan pesantren dan kemerdekaan di Indonesia. Ketiganya dikenal dengan sebutan tiga tokoh Lirboyo, yakni KH Abdul Karim (pendiri Ponpes Lirboyo) dan kedua menantunya, KH Marzuqi Dahlan serta KH Mahrus Aly (menantu).
[1] https://lirboyo.net/