Oleh: Hanifa Asrila Putri
Suasana di kota kecil Bumi Indah mencekam menjelang hari pemilu. Masyarakat terpecah, ketegangan meningkat dan para kandidat tidak henti-hentinya berkampanye. Kota ini belum pernah mengalami pemilu separah ini sebelumnya, dan itu semua disebabkan oleh satu alasan – pemilu mendatang akan menjadi pemilu yang paling kacau dan kontroversial.
Walikota, Bapak Surya, mencalonkan diri kembali untuk ketiga kalinya. Dia telah berkuasa selama enam tahun terakhir dan telah membawa beberapa kemajuan ke kota. Namun, masa jabatannya dirusak oleh tuduhan korupsi dan skandal. Di sisi lain, lawannya, Pak Aditya, adalah seorang pemimpin muda dan karismatik yang berjanji akan membawa perubahan nyata dan korupsi anggota yang melanda kota tersebut.
Menjelang berakhirnya masa kampanye, kedua kandidat berusaha sekuat tenaga untuk mengamankan suara rakyat. Kota itu dipenuhi spanduk, poster dan baliho yang mempromosikan pencapaian dan janji masing-masing kandidat. Masyarakat terpecah antara kesetiaan kepada walikota saat ini dan keinginan untuk perubahan.
Hari pemilu akhirnya tiba, dan kota itu diwarnai dengan lautan merah dan biru — warna kedua partai yang berseberangan. Tempat pemungutan suara (TPS) dipenuhi oleh masyarakat yang menunggu untuk memberikan suara mereka. Namun seiring berjalannya waktu, laporan pelanggaran dan kekerasan mulai bermunculan.
Di salah satu TPS, sekelompok pendukung Pak Aditya ditolak masuk dengan alasan nama mereka tidak ada dalam daftar pemilih. Mereka memprotes dan berdebat dengan para pejabat, namun tidak berhasil. Di TPS lain, sekelompok pendukung Pak Surya kedapatan menyuap pemilih agar memilih calonnya. Kekacauan pun terjadi ketika masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap proses pemilu.
Situasinya semakin memburuk seiring berjalannya hari. Perkelahian terjadi antara pendukung kedua kandidat, dan polisi harus dipanggil untuk menjaga pegawai. Kota berada dalam kekacauan, dan pemilu berubah menjadi sebuah wilayah yang luasnya besar.
Saat pemungutan suara berakhir, kedua kandidat menuntut kemenangan, dan ketegangan di kota mencapai puncaknya. Hasilnya diumumkan dan itu merupakan kemenangan tipis bagi Pak Surya. Namun, masyarakat tidak yakin. Mereka yakin pemilu itu dicurangi dan suara mereka tidak terhitung.
Kota menjadi gempar dan protes meletus di jalanan. Rakyat menuntut pemilihan ulang dan mereka tidak akan mundur sampai suara mereka terdengar. Kekacauan dan berlanjut selama berhari-hari, bahkan kota itu berada di ambang kehancuran.
Pada akhirnya, pemerintah harus melakukan intervensi dan pemilihan ulang untuk dilakukan. Kali ini pemilu menekankan pada pembatasan dan tindakan tegas yang diambil untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Masyarakat Bumi Indah akhirnya mendapatkan pemilu yang adil dan transparan. Kemudian Pak Aditya muncul sebagai pemenang.
Kota ini akhirnya damai dan masyarakatnya berharap masa depan yang lebih baik akan terjadi. Pemilu yang kacau dan kontroversial telah mengajarkan mereka tentang kekuatan suara mereka dan pentingnya proses pemilu yang adil dan transparan. Bumi Indah kini berada di jalur menuju kemajuan dan kesejahteraan berkat tekad dan ketangguhan masyarakatnya.