Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Eksekutif Peace Literacy Institue Indonesia & Ketua Departemen Luar Negeri & Hubungan Antar Lembaga BKM (Badan Kesejahteraan Masjid).
Hubungan antara Iran dan Arab Saudi menjadi salah satu poros yang memengaruhi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah dan dunia Islam secara keseluruhan. Kedua negara tersebut tidak hanya kaya akan sumber daya alam, terutama minyak, tetapi juga memiliki pengaruh besar dalam politik internasional dan agama Islam.
Selama beberapa dekade terakhir, hubungan antara Iran dan Arab Saudi lebih banyak diwarnai oleh ketegangan dan persaingan, yang sering kali tercermin dalam konflik sektarian dan proxy war di berbagai wilayah seperti Suriah (2011) dan Yaman (2015).
Iran pernah menghentikan pengiriman Jamaah Haji dan menyalahkan Arab Saudi karena tragedi desak-desakkan yang menyebabkan 400 jamaah haji Iran meninggal dunia (2016). Ketegangan ini berdampak luas, tidak hanya pada kedua negara tersebut, tetapi juga pada stabilitas kawasan dan berdampak pada umat Islam di seluruh dunia.
Setelah Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, dinamika politik kawasan Timur Tengah berubah secara signifikan. Iran berubah menjadi negara Republik Islam yang mengusung pandangan Syiah, sementara Arab Saudi yang merupakan pusat dunia Islam Sunni merasa khawatir dengan pengaruh revolusi tersebut.
Sejak saat itu, kedua negara ini sering kali terlibat dalam perselisihan dan persaingan untuk menunjukkan pengaruh mereka di Timur Tengah. Iran mencoba memperluas pengaruhnya melalui dukungan kepada berbagai kelompok Syiah di setiap penjuru negara, sementara Arab Saudi secara aktif mendukung kelompok-kelompok Sunni. Persaingan ini sering kali terlihat dalam bentuk dukungan terhadap pihak-pihak yang berlawanan dalam berbagai konflik regional.
Meskipun begitu, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat tanda-tanda positif atas adanya upaya pemulihan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh kedua negara tersebut. Tepatnya pada tanggal 10 Maret 2023, yang ditengahi oleh China dalam sebuah pembicaraan di Beijing, menyatakan bahwa kedua Iran dan Arab Saudi akan saling membuka kedutaan besarnya kembali. Hal ini menjadi salah satu momen penting ketika dua negera ini mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik setelah lebih dari tujuh tahun mengalami ketegangan dan putusnya hubungan.
Selain China, upaya diplomatik ini juga dimediasi oleh negara-negara seperti Irak dan Oman, yang secara aktif berusaha mempertemukan Iran dan Arab Saudi dalam dialog untuk meredakan ketegangan yang telah berlangsung lama. Langkah ini tidak hanya menjadi sinyal positif bagi stabilitas kawasan, tetapi juga membuka peluang kerja sama di berbagai bidang yang lebih luas.
Pemulihan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi dapat membawa dampak besar bagi dunia Islam secara keseluruhan. Pertama, perdamaian antara kedua negara ini diharapkan dapat mengurangi konflik-konflik sektarian yang selama ini menjadi pemicu ketidakstabilan di kawasan. Ketika Iran dan Arab Saudi sepakat untuk tidak lagi terlibat dalam persaingan destruktif, negara-negara di kawasan akan memiliki peluang lebih besar untuk fokus pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Perdamaian antara Iran dan Arab Saudi juga dapat mengurangi intervensi asing di kawasan, yang selama ini sering memanfaatkan ketegangan antara kedua negara tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Sedangkan dalam bidang ekonomi, pemulihan hubungan ini juga membuka peluang bagi kerja sama yang lebih erat antara Iran dan Arab Saudi.
Iran dan Arab Saudi adalah negera yang memproduksi minyak terbesar di dunia, sehingga memiliki potensi besar untuk saling bekerja sama dalam mengelola pasokan minyak global. Dengan adanya hubungan yang lebih baik, kedua negara ini dapat merumuskan kebijakan energi yang saling menguntungkan dan memberikan stabilitas pada pasar energi global.
Dalam hubungan ekonomi yang lebih erat ini juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan, yang pada akhirnya akan menguntungkan negara-negara Islam lainnya. Dalam jangka panjang, kerja sama ini juga berpotensi mendorong integrasi ekonomi regional yang lebih baik, yang dapat memperkuat dunia Islam dalam menghadapi tantangan global.
Solidaritas dunia Islam juga diharapkan meningkat dengan adanya hubungan yang lebih baik antara Iran dan Arab Saudi. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di kawasan, keduanya memiliki peran penting dalam memperjuangkan isu-isu global yang memengaruhi umat Islam. Contohnya, isu Palestina menjadi salah satu isu utama yang disuarakan oleh kedua negara di berbagai forum internasional. Dengan adanya kerja sama yang lebih baik, suara dunia Islam diharapkan bisa lebih kuat dan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam perundingan internasional.
Selain itu, berbagai tantangan global seperti Islamofobia dan hak asasi manusia di negara-negara mayoritas muslim dapat diperjuangkan dengan lebih efektif jika ada kesatuan dan kerja sama antara Iran dan Arab Saudi. Namun, upaya untuk memperbaiki hubungan antara Iran dan Arab Saudi tidaklah mudah.
Meskipun ada tanda-tanda positif, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh kedua negara tersebut. Salah satu tantangan utamanya adalah membangun kembali kepercayaan di antara keduanya, yang telah lama terkikis oleh ketegangan dan persaingan. Iran dan Arab Saudi memiliki perbedaan ideologis yang mendalam, yang tidak akan hilang begitu saja.
Di samping itu, terdapat tekanan dari kelompok-kelompok dalam negeri di kedua negara yang mungkin tidak setuju dengan pemulihan hubungan ini dan lebih memilih mempertahankan posisi yang lebih konfrontatif. Selain itu, aktor-aktor global yang memiliki kepentingan di kawasan juga mungkin akan berusaha menghalangi upaya perdamaian ini.
Di tengah tantangan tersebut, penting bagi Iran dan Arab Saudi untuk fokus pada tujuan jangka panjang yang lebih besar, yaitu perdamaian dan kesejahteraan dunia Islam. Pemulihan hubungan diplomatik ini bukan hanya tentang mengurangi ketegangan di antara keduanya, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat Islam.
Jika kedua negara ini bisa menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga perdamaian dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan global, hal ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara Islam lainnya untuk bersatu dalam mencapai tujuan yang sama.
Hubungan yang harmonis antara Iran dan Arab Saudi dapat menjadi katalisator bagi terciptanya dialog konstruktif di antara negara-negara Islam lainnya. Ketika kedua negara ini dapat bekerja sama dalam mengatasi perbedaan mereka, hal ini dapat mendorong terbentuknya aliansi yang lebih luas dalam menghadapi isu-isu seperti perubahan iklim, krisis kemanusiaan, dan ketidakstabilan politik di berbagai belahan dunia.
Kerja sama ini juga berpotensi meningkatkan pertukaran budaya dan pendidikan di antara negara-negara Islam, yang pada gilirannya dapat memperkuat rasa persaudaraan dan saling pengertian di antara umat Islam.
Dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, negara-negara ini dapat mengembangkan inovasi dan solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidup umat Islam di seluruh dunia.
Pada akhirnya, dengan mempererat hubungan dan kerja sama, dunia Islam dapat membangun masa depan yang lebih damai dan sejahtera, di mana umat Islam dapat hidup dalam keharmonisan dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, pemulihan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi bukan hanya sekadar langkah strategis dalam politik internasional, tetapi juga merupakan harapan baru bagi umat Islam di seluruh dunia. Kesepakatan ini dapat menjadi pijakan awal untuk mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini membelenggu kawasan, seperti konflik sektarian dan intervensi asing.