Dawuh Gus Kautsar tentang Pentingnya Interaksi dengan Guru

Gus Kautsar
Sumber : dawuhguru

“Orang yang sama sekali tidak pernah bertemu gurunya, tidak pernah bertatap muka dengan gurunya, sesungguhnya apa yang mereka yakini pada dasarnya adalah perkiraan- perkiraan yang sama sekali bukan keyakinan.”

Gus Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar – Ploso Kediri

Dalam era digital saat ini, teknologi telah mempermudah akses terhadap berbagai sumber ilmu pengetahuan. Namun, pernyataan diatas menyoroti sebuah kenyataan penting: interaksi langsung dengan guru tetap esensial dalam menuntut ilmu. Interaksi ini bukan hanya tentang mendapatkan informasi, tetapi juga tentang mengembangkan pemahaman dan keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang dipelajari.

Pentingnya Pertemuan Tatap Muka dalam Pendidikan

Interaksi tatap muka dengan guru memiliki berbagai manfaat yang sulit digantikan oleh pembelajaran jarak jauh atau mandiri. Salah satu manfaat utama adalah kemampuan untuk bertanya secara langsung dan mendapatkan penjelasan yang detail dari guru. Dalam QS. Al-Kahfi ayat 66, disebutkan:

قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Tidaklah aku mengikuti kamu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?’”

Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya interaksi langsung dalam proses belajar. Nabi Musa AS mencari ilmu dengan cara mendekati langsung guru yang bisa memberinya pengetahuan yang benar. Interaksi semacam ini memungkinkan adanya dialog dua arah yang sangat penting dalam memahami konsep-konsep kompleks.

Membangun Keyakinan Melalui Interaksi Langsung

Salah satu hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran tanpa interaksi langsung adalah sulitnya membangun keyakinan yang kuat terhadap ilmu yang dipelajari. Ketika seseorang belajar tanpa pernah bertemu langsung dengan gurunya, apa yang diyakini seringkali hanya berdasarkan asumsi atau interpretasi pribadi yang belum tentu akurat. Keyakinan yang kokoh dalam ilmu membutuhkan bimbingan dan klarifikasi dari seorang guru.

Dalam QS. An-Nahl ayat 43, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka tanyakanlah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Ayat ini menekankan pentingnya bertanya kepada ahli ilmu ketika kita tidak mengetahui sesuatu. Interaksi ini tidak hanya memberi kita jawaban, tetapi juga membangun keyakinan karena jawaban tersebut datang dari sumber yang terpercaya.

Peran Guru dalam Memahami Konteks

Guru memiliki peran penting dalam membantu murid memahami konteks dari apa yang dipelajari. Dalam tradisi Islam, pemahaman konteks sangat penting, terutama dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits. Pemahaman yang keliru atau dangkal seringkali terjadi ketika seseorang belajar tanpa bimbingan guru yang bisa memberikan penjelasan kontekstual.

Dalam QS. Al-Imran ayat 7, Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isinya) ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (yang samar-samar). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

Ayat ini menegaskan bahwa tidak semua orang dapat memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang mutasyabihat tanpa bimbingan dari mereka yang memiliki ilmu mendalam. Ini menunjukkan bahwa peran guru adalah membantu murid memahami ayat-ayat yang kompleks dan kontekstual.

Kesalahan dan Koreksi dalam Proses Belajar

Salah satu keuntungan besar dari memiliki guru adalah adanya mekanisme koreksi terhadap kesalahan yang mungkin dilakukan murid. Ketika belajar sendiri, sangat mudah untuk jatuh ke dalam pemahaman yang salah dan tidak menyadarinya. Guru dapat memberikan feedback yang konstruktif dan membantu murid kembali ke jalan yang benar.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya proses belajar yang benar, yang tentu saja melibatkan koreksi dan bimbingan dari seorang guru.

Menghindari Penyimpangan dalam Belajar

Tanpa bimbingan guru, risiko terjadinya penyimpangan dalam belajar sangat besar. Pemahaman yang salah bisa berkembang menjadi keyakinan yang salah dan pada akhirnya bisa menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Guru yang baik akan memastikan bahwa ilmu yang diajarkan sesuai dengan ajaran yang benar dan sahih.

Dalam QS. Al-Anbiya ayat 7, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.”

Ayat ini kembali menegaskan pentingnya bertanya kepada orang yang berilmu untuk mendapatkan pemahaman yang benar. Ini adalah cara untuk menghindari penyimpangan dalam belajar.

Kesimpulan

Dalam era modern ini, meskipun akses terhadap ilmu pengetahuan semakin mudah, interaksi langsung dengan guru tetap sangat penting. Pernyataan bahwa “Orang yang sama sekali tidak pernah bertemu gurunya, tidak pernah bertatap muka dengan gurunya, sesungguhnya apa yang mereka yakini pada dasarnya adalah perkiraan- perkiraan yang sama sekali bukan keyakinan” menekankan pentingnya peran guru dalam membangun keyakinan yang benar terhadap ilmu yang dipelajari.

Interaksi langsung dengan guru memungkinkan adanya dialog, klarifikasi, dan koreksi yang sangat penting dalam proses belajar. Selain itu, guru membantu murid memahami konteks dan makna yang lebih dalam dari ilmu yang dipelajari, serta menghindarkan dari kesalahpahaman dan penyimpangan. Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu, penting untuk tidak hanya bergantung pada sumber-sumber tulisan atau digital saja, tetapi juga mencari bimbingan dari guru yang berilmu dan terpercaya.

Baca Juga  Quote Fahruddin Faiz tentang Hati yang Terlalu Berharap