Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Jangan biarkan keserakahan membutakan mata hati; kebahagiaan sejati ditemukan dalam berbagi dengan sesama.
Keserakahan adalah salah satu sifat manusia yang sering kali membawa dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat. Ketika keserakahan menguasai hati dan pikiran, seseorang cenderung hanya memikirkan keuntungan pribadi dan mengabaikan kepentingan orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan sejati sebenarnya ditemukan dalam berbagi dengan sesama. Prinsip ini telah diajarkan dalam berbagai tradisi spiritual dan filosofis, termasuk dalam ajaran Islam.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hashr ayat 9: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ayat ini menggarisbawahi pentingnya sikap tidak serakah dan mendahulukan kepentingan orang lain, menunjukkan bahwa berbagi dan kepedulian adalah tanda keberuntungan dan keberkahan.
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menekankan bahwa bagian dari iman adalah memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap orang lain, serta berusaha untuk membagikan apa yang kita miliki dengan orang lain.
Berbagi dengan sesama tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi pemberi. Ketika kita berbagi, kita merasakan kebahagiaan yang datang dari melihat orang lain merasa terbantu dan bahagia. Ini adalah kebahagiaan sejati yang tidak bisa diukur dengan materi atau kekayaan. Helen Keller, seorang penulis dan aktivis terkenal, pernah berkata, “The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched – they must be felt with the heart.” (Hal-hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak dapat dilihat atau disentuh – mereka harus dirasakan dengan hati). Kutipan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada hal-hal yang bersifat spiritual dan emosional, seperti berbagi dan memberi.
Dalam kehidupan modern yang sering kali materialistis, kita sering terjebak dalam siklus mengejar kekayaan dan kepemilikan materi. Banyak orang percaya bahwa kebahagiaan terletak pada memiliki lebih banyak barang dan uang. Namun, kenyataannya adalah bahwa keserakahan tidak pernah membawa kepuasan. Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, pernah berkata, “Happiness is the meaning and the purpose of life, the whole aim and end of human existence.” (Kebahagiaan adalah makna dan tujuan hidup, seluruh tujuan dan akhir dari keberadaan manusia). Kebahagiaan yang dimaksud Aristoteles bukanlah kebahagiaan yang diperoleh dari kepemilikan materi, tetapi kebahagiaan yang datang dari kehidupan yang penuh dengan kebajikan, termasuk berbagi dengan orang lain.
Penelitian modern juga mendukung pandangan bahwa berbagi dan memberi dapat meningkatkan kebahagiaan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business School menemukan bahwa orang yang menghabiskan uang mereka untuk orang lain merasa lebih bahagia daripada mereka yang menghabiskan uang mereka untuk diri sendiri. Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dalam tindakan memberi dan berbagi dengan sesama.
Selain itu, berbagi dengan sesama juga membawa dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan. Ketika orang-orang saling berbagi dan membantu, tercipta rasa kebersamaan dan solidaritas yang kuat. Ini membantu membangun komunitas yang lebih harmonis dan damai. Nelson Mandela, pemimpin besar dari Afrika Selatan, pernah berkata, “There can be no greater gift than that of giving one’s time and energy to help others without expecting anything in return.” (Tidak ada hadiah yang lebih besar daripada memberikan waktu dan energi untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun). Kutipan ini menekankan pentingnya memberikan diri kita sendiri untuk kebaikan orang lain, yang pada akhirnya menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Islam juga mengajarkan pentingnya zakat dan sedekah sebagai bentuk berbagi dengan sesama. Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim yang mampu untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 103, Allah SWT berfirman: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Zakat tidak hanya membersihkan harta kita, tetapi juga membawa ketenteraman jiwa dan keberkahan.
Sedekah, meskipun tidak wajib seperti zakat, juga sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, dan tangan di bawah adalah yang menerima.” (HR. Bukhari). Hadits ini mengajarkan bahwa memberi adalah tindakan mulia yang lebih baik daripada menerima, dan bahwa berbagi dengan sesama adalah bagian penting dari kehidupan seorang Muslim.
Berbagi dengan sesama juga membantu kita untuk menghargai apa yang kita miliki dan tidak mengambilnya sebagai sesuatu yang sudah seharusnya. Ketika kita melihat orang lain yang kurang beruntung dan berusaha membantu mereka, kita menjadi lebih bersyukur atas apa yang kita miliki. Rasa syukur ini, pada gilirannya, meningkatkan kebahagiaan kita. Mahatma Gandhi, pemimpin besar India, pernah berkata, “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.” (Cara terbaik untuk menemukan diri sendiri adalah dengan menghilangkan diri dalam pelayanan kepada orang lain). Kutipan ini menggarisbawahi bahwa melalui berbagi dan membantu orang lain, kita tidak hanya membawa kebahagiaan kepada mereka tetapi juga menemukan kebahagiaan dan makna dalam hidup kita sendiri.
Sebagai penutup, jangan biarkan keserakahan membutakan mata hati kita. Keserakahan hanya membawa ketidakpuasan dan penderitaan, sementara kebahagiaan sejati ditemukan dalam berbagi dengan sesama. Ajaran Islam menekankan pentingnya berbagi dan kepedulian terhadap orang lain, dan banyak tokoh dunia telah mengakui bahwa kebahagiaan sejati terletak pada memberi, bukan menerima. Mari kita berusaha untuk selalu berbagi dengan sesama, baik melalui harta, waktu, maupun energi kita. Dengan demikian, kita tidak hanya membawa kebahagiaan bagi orang lain, tetapi juga menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup kita sendiri.