Totalitas Untuk Anfa’uhum Linnas

Oleh: M. Ibram Syah

Manusia sebagai makhluk social pastilah membutuhkan manusia yang lain, baik untuk sekedar berkomunikasi, bertegur sapa, menjalin tali silaturahim, sampai membangun peradaban. Membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain tersebutlah yang menjadi cirri khas dari manusia itu sendiri. Dalam menjalin sebuah hubungan tersebut, manusia akan menjumpai seperti apakah proses dan bentukan social mereka, apakah akan menjadi manusia yang beruntung atau justru menjadi manusia yang merugi. Dalam Kitab Ad-Diwaan dijelaskan bahwa manusia yang beruntung adalah mereka yang dalam kehidupan sosialnya dalam menjalankan setiap hubungan dengan manusia yang lain adalah mereka yang mampu memberi dan menebarkan kemanfaatan pada sesamanya. Sebaliknya bahwa mereka yang banyak menimbulkan kerusakan pada dirinya sendiri bahkan banyak orang, maka mereka inilah yang termasuk manusia yang merugi.

Berbicara kebermanfaatan hidup seorang manusia, salah satunya adalah dengan memberikan sebuah kontribusi atau memberikan apapun yang mereka miliki, baik tenaga, pemikiran, maupun materil yang lainnya. Sebalinya ketidak mampuan dalam memberikan apapun yang mereka miliki sebagai bentuk kontribusi ditengah-tengah kesanggupan dan kemampuannya maka hal tersebut menunjukan mereka termasuk kategori yang belum mampu berkontribusi dan belum mampu menjadi bermanfaat bagi sesamanya. Contoh yang lain, apabila ada seseorang yang memiliki ide dan gagasan yang cemerlang, kemudian ide dan gagasan cemerlang tersebut merupakan sesuatu yang urgen dan dibutuhkan, di saat orang di sekitarnya tidak menggubris dan meresponnya dengan baik, maka seseorang yang tidak merespon dengan baik ide dan gagasan cemerlang tersebut telah menolak kebermanfaatan dan keluar dari definisi orang yang bermanfaat, justru mereka dekat dengan kategori manusia yang tidak mau berkembang dan merusak, serta jauh dari definisi manusia seutuhnya.

Baca Juga  Ramadhan, Al-Quran, dan Lailatul Qadar

Segala sesuatu yang telah diberikan sebagai kontribusi terhadap sesame manusia untuk memperbaiki kehidupan, jangan lantas menjadikan lupa terhadap segala-galanya, karena sesuatu yang diberikan itu sendiri hanyalah titipan dari Allah Ta’ala dan jelaslah bukan milik kita sebagai Hamba-Nya. Maka setiap setelah memberikan kontribusi apapun janganlah sombong, janganlah jumawa, tetap terus bersyukur dan tetap rendah hati. Bahkan beliau Imam Syafi’i mengatakan untuk senantiasa memperbanyak rasa syukur dan rasa terima kasih kepada Allah Ta’ala, karena segala sesuatu hanya milik Allah Ta’ala, dan makhluk tidaklah lebih hanya sebagai perantara belaka.

Semoga kita senantiasa diberikan kemampuan dan kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk terus bersyukur dan meningkatkan rasa terima kasih kita kepada Allah Ta’ala, dan semoga senantiasa diingatkan bahwa tiada hal apapun di seluruh jagat raya ini selain Allah Ta’ala sajalah yang memilikinya, semakin baik kita menjaga titipan dan amanahnya InsyaAlah semakin baik pula kualitas hidup kita, amiin…

 

Ngaji Kitab Syajarotul Ma’arif

Fashlun Fii Ichsaani Nawaaqibi

Oleh Bapak Kyai M. Hamzah, S.Pd.I

Kamis, 17 Februari 2022

Rumah Baca Kolong Langit

 

Tinggalkan Balasan