Oleh : M. Ibram Syah
Kepercayaan seseorang yang satu terhadap seseorang yang lain dapat diungkapkan dan diutarakan dengan berbagai macam cara. Adakalanya kepercayaan tersebut dapat disampaikan lewat sebuah ucapan saja. Ucapan tersebut menyampaikan dan menyatakan kepercayaan seseorang pada suatu hal tertentu. Cara yang kedua dalam menyatakan dan menyampaikan sebuah kepercayaan adalah dengan sebuah sikap yang menunjukan adanya rasa kepercayaan. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang mengungkapkan bahwa Sayidina ‘Ali merupakan kotanya ilmu, seperti pada ucapan beliau “Anaa Madinatul Ilmi Wa ‘Ali Baabuha”. Namun, tidak cukup diakui dan diberikan kepercayaan lewat lisan saja, namun beliau baginda Nabi Muhammad SAW juga menyikapi setiap kebaikan dari Sayidina ‘Ali tersebut dengan menjadikan Sayidina ‘Ali sebagai putera menantu beliau, karena dinikahkan dengan Sayidah Fatimah Az-Zahro. Hal tersebutlah yang menunjukan sikap kepercayaan lebih dari Nabi Muhammad SAW kepada Sayidina ‘Ali Karromallahu Wajhahu. Orang yang memberikan kepercayaan dan yang diberikan kepercayaan tersebut saat senantiasa mau saling menjaga kepercayaan satu sama lain maka akan didoakan oleh para malaikat sehingga akan mendatangkan keberkahan dan diampunilah dosa-dosa mereka.
Berbicara soal maialikat bahwasannya malaikat merupakan makhluk Allah yang tidak pernah sekalipun membangkang kepada Allah Ta’ala, selain diciptakan dari Nur atau cahaya karena malaikat juga tidak disematkan dalam dirinya hawa nafsu, jadi mereka hanya melakukan ibadah kepada Allah saja tanpa mengelak ataupun membantah apapun yang menjadi perintah Allah, mereka tidak memiliki kemauan untuk melakukan hal tersebut, artinya bahwa malaikat selalu patuh kepada setiap apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Beda halnya dengan manusia yang diciptakan dan disematkan dalam dirinya hawa nafsu, maka manusia juga senantiasa berpotensi melakukan hal yang baik yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, ataupun melanggar hal yang tidak diperbolehkan oleh Allah Ta’ala.
Maka menjadi seorang manusia, menjadi seorang mu’min jangan sampai merasa menjadi orang yang paling benar di antara Mu’min dan Hamba Allah yang lainnya, justru apabila merasa yang paling benar di antara yang lain maka mereka termasuk melakukan apa yang telah menjadi kebiasaan dan Tabi’at dari Iblis yaitu sombong. Sebagai seorang mu’min yang baik yang berusaha untuk menjadi lebih baik lagi maka mereka harus senantiasa memahami bahwa rumah dari orang-orang mu’min adalah surga, maka dunia hanyalah tempat untuk melancong tempat untuk berwisata yang sementara. Lika liku yang dihadapi di dunia, baik kebahagiaan maupun kesulitan yang menimpa dan mewarnai hidup hanyalah sesuatu yang sifatnya sesaat dan sementara. Begitupun apabila seorang mu’min mau merasa paling benar, lantas sombong kemudian, hal tersebut perlu dihindari karena jelas semua yang menjadi bentuk kehidupan di dunia hanyalah bersifat sesaat dan sementara.
Semoga kita senantiasa diberikan kemampuan untuk menjadi seorang mu’min yang mampu saling menjaga kepercayaan dan semoga senantiasa mendapatkan keberkahan dan pengampunan dari Allah Ta,ala atas setiap dosa dan kesalahan kita, amiin.
Ngaji Rutinan Malam Jumat
Sumber Kitab Durrotun Naasihin
Fii Bayaani Istighfaaril Malaaikati Lil Mu’miniin
Oleh Bapak Kyai M. Hamzah, S.Pd.I
Kamis, 10 Maret 2022
Rumah Baca Kolong Langit