Silsilah Keluarga KH Hamim Thohari Djazuli (Gus Miek)

Silsilah Keluarga KH Hamim Thohari Djazuli (Gus Miek)
sumber : google

KH Hamim Thohari Djazuli, yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Miek, adalah salah satu ulama terkemuka di Indonesia. Lahir pada 17 Agustus 1940 di Ploso, Kediri, Gus Miek dikenal sebagai sosok yang memiliki metode dakwah yang unik dan berani. Beliau adalah pendiri Jamaah Mujahadah Lailiyah dan Dzikrul Ghofilin, serta dikenal karena kemampuannya merangkul berbagai kalangan, termasuk mereka yang berada di tempat-tempat yang dianggap maksiat. Artikel ini akan membahas silsilah keluarga dan perjalanan hidup Gus Miek secara mendalam.

Silsilah Nasab Gus Miek

Silsilah Nasab KH Hamim Djazuli Thohari Gus Miek > Kyai Achmad Djazuli Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri Rosulullah SAW > Sayyidatina Fatimah > Sayyidina Hasan > Sayyid ‘Abdullah Asshodiq > Sayyid ‘Alwy > Sayyid Muhammad ‘Abdullah > Sayyid Muhammad ‘Abdullah > Sayyid Khafid Ilyas > Sayyid ‘Ali Rohmat ‘Abdullah > Sayyid ‘Umar ‘Abdullah > Sayyid ‘Utsman Karim > Sayyid ‘Ali Shiddiq ‘Abdullah > Sayyid ‘Alwy ‘Abdullah > Sayyid ‘Abdullah ‘Alwy > Sayyid Malik Musthofa > Sayyid Abdurrohman Karim > Sayyid Ghozali Ilyas > Sayyid ‘Abdullah Ghozali > Sayyid ‘Abdul ‘Azis ‘Abdullah > Syekh Ikhsan Nawawi Ilyas alias Pangeran Pandanaran (Sunan Tembayat) > Kyai Hanafi Musa > Kyai ‘Abdul Malik Karim > Kyai Zainuddin > Kyai ‘Abdullah Musa > Kyai Abdurrohmarı Kyai Syafi’i > Kyai Sholeh > Kyai ‘Abdurrozaq > Kyai Syafi’i > Kyai ‘Abdul Jalil alias Mbah Joyo Ulomo Ngarbiyah > Kyai Sahal > Kval ‘Utsman > Kyai Achmad Djazuli > Kyai Hamim Thohari Djazuli.

Silsilah Keluarga Gus Miek

Gus Miek adalah putra ketiga dari enam bersaudara dari pasangan KH Ahmad Djazuli Utsman dan Nyai Rodliyah. Ayahnya, KH Ahmad Djazuli Utsman, adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah di Ploso, Kediri, yang merupakan salah satu pesantren terkemuka di Jawa Timur. Keluarga Gus Miek memiliki latar belakang keagamaan yang kuat, dengan banyak anggota keluarga yang juga menjadi ulama.

Gus Miek menikah dengan Nyai Hajjah Lilik Suyati dan dikaruniai beberapa anak, termasuk KH Tajuddin Herucokro, KH Sabuth Panotoprojo, dan KH Tijani Robert Saifunnawas. Keluarga Gus Miek terus melanjutkan tradisi keilmuan dan pengabdian kepada masyarakat.

Masa Kecil dan Pendidikan Gus Miek

Sejak kecil, Gus Miek dikenal sebagai anak yang pendiam dan suka menyendiri. Meskipun lahir di lingkungan pesantren, ia lebih sering menghabiskan waktu di luar pesantren. Gus Miek memiliki suara yang merdu dan fasih dalam membaca Al-Qur’an, dan ia dikenal sebagai seorang hafidz. Pendidikan awalnya dimulai di Sekolah Rakyat (SR), tetapi tidak selesai karena sering membolos. Ia belajar membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan ibunya dan kemudian Ustadz Hamzah.

Pada usia 9 tahun, Gus Miek mulai mengenal ulama-ulama besar, seperti K.H. Mubasyir Mundzir dan K.H. Ali Mas’ud. Ketika berusia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, namun hanya bertahan selama 16 hari sebelum kembali ke Ploso. Meskipun demikian, ia menunjukkan kemampuannya dengan menggantikan ayahnya dalam mengajar para santri di Pondok Pesantren Ploso.

Setelah beberapa bulan, Gus Miek kembali ke Pondok Pesantren Lirboyo dan rajin mengikuti pengajian. Meskipun memiliki kebiasaan tidur saat santri lain belajar, ia selalu mampu menjawab pertanyaan guru dengan baik. Pada usia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren asuhan K.H. Dalhar di Watucongol, Magelang.

Perjalanan Dakwah Gus Miek

Gus Miek dikenal dengan metode dakwahnya yang unik, di mana ia tidak hanya berdakwah di masjid dan pesantren, tetapi juga di tempat-tempat yang dianggap maksiat, seperti diskotik dan tempat karaoke. Ia berani memasuki tempat-tempat tersebut untuk merangkul orang-orang yang berada di dalamnya. Metode ini membuatnya jarang bertemu dengan keluarganya, tetapi ia merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk membantu umat yang ingin belajar agama Islam.

Karomah dan Keistimewaan Gus Miek

Gus Miek dikenal memiliki banyak karomah atau kelebihan. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika seorang keponakan dari Pak Adnan, seorang biasa di Desa Ploso, tidak bisa berjalan hingga usia sembilan tahun. Setelah berdoa dan memberikan semut hitam kepada keponakannya, anak tersebut sembuh dan dapat berjalan. Kisah lain yang terkenal adalah saat Gus Miek dijaga oleh seekor harimau ketika masih bayi, yang menunjukkan keistimewaan dan perlindungan yang diberikan kepadanya.

Pendirian Jamaah dan Tradisi

Gus Miek mendirikan Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962, yang kemudian berkembang menjadi Dzikrul Ghofilin. Ia menyusun wirid-wirid yang diambil dari ajaran para gurunya dan menyebarkannya ke berbagai daerah. Pada tahun 1971, Gus Miek menghadapi tantangan ketika para pengikutnya dihadapkan pada dilema politik, tetapi ia tetap mengedepankan ajaran agama dan tidak memaksa pengikutnya untuk memilih satu pihak.

Gus Miek juga mengorganisir sema’an Al-Qur’an yang dikenal dengan nama Jantiko, yang dimulai di Jember pada tahun 1987. Ia berjuang untuk mengembangkan tradisi sufi di tengah penolakan dari beberapa kalangan, tetapi dengan sabar dan tekun, ia berhasil mendapatkan dukungan dari banyak orang, termasuk KH Achmad Shiddiq.

Akhir Hayat dan Warisan Gus Miek

Gus Miek meninggal pada 5 Juni 1993 di Rumah Sakit Budi Mulya, Surabaya. Ia dimakamkan di Pemakaman Auliya’ Tambak, Kediri, di mana banyak ulama terkemuka lainnya juga dimakamkan. Warisan Gus Miek dalam dunia dakwah dan pendidikan agama terus dikenang dan dihormati oleh banyak orang hingga saat ini.

Baca Juga  Biografi Lengkap Syaikh Muhammad Mukhtar Palembani Beserta Ajarannya

KH Hamim Thohari Djazuli, atau Gus Miek, adalah sosok ulama yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Dengan silsilah keluarga yang kuat, pendidikan yang mendalam, dan metode dakwah yang unik, beliau berhasil merangkul berbagai kalangan dan menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang inovatif. Karomah dan keistimewaannya menjadikannya sebagai salah satu tokoh yang dihormati dan dicintai oleh banyak orang. Warisan yang ditinggalkannya akan terus hidup dalam tradisi dan ajaran yang ia sebarkan selama hidupnya.