Silsilah Keluarga KH Djamaluddin Ahmad

Silsilah Keluarga KH Djamaluddin Ahmad
sumber : google

Silsilah Keluarga KH Djamaluddin Ahmad

KH. Moh. Djamaluddin Ahmad, pendiri Pesantren Bumi Damai Al-Huhibbin, lahir pada 31 Desember 1943 di Kampung Kedungcangkring, Desa Gondanglegi, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk. Beliau merupakan putra ketiga dari pasangan Achmad bin Hasan Mustajab dan Hj. Mahmudah (sebelum menunaikan haji bernama Djumini) binti Abdurrahman bin Irsyad bin Rifa’i. Dalam keluarga ini, KH. Djamaluddin Ahmad memiliki tiga saudara kandung:

  1. Imam Ghozali (meninggal pada usia 6 tahun)
  2. Jawahir
  3. Zainal Abidin

Latar Belakang Keluarga

Keluarga KH. Djamaluddin Ahmad dikenal memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Ayahnya, Achmad bin Hasan Mustajab, merupakan sosok yang dihormati di lingkungannya. Sementara itu, ibunya, Hj. Mahmudah, adalah putri dari Abdurrahman dan Ummi Kultsum binti Kiai Tamyiz Banten, yang juga berasal dari keluarga dengan latar belakang keagamaan yang kental. Lingkungan keluarga yang religius ini membentuk karakter dan semangat keilmuan KH. Djamaluddin Ahmad sejak usia dini.

Masa Kecil dan Pendidikan Awal

Sejak kecil, KH. Djamaluddin Ahmad sering menghabiskan waktu bersama kakek dan nenek dari pihak ibu. Kakeknya, Abdurrahman, dan neneknya, Ummi Kultsum, sering menceritakan kisah-kisah nabi dengan menggunakan tembang-tembang Jawa, yang menumbuhkan kecintaan beliau terhadap agama dan budaya. Selain itu, beliau juga mengaji di beberapa tempat, seperti di Pondok Selorejo Peduluhan Combre, Desa Gondanglegi, yang diasuh oleh Kiai Abu Amar, serta mengaji kepada KH. Abdul Djalil dan KH. Abdul Ghofur, yang merupakan adik dari neneknya.

Semenjak dari usia itu di luar kegiatan belajar, di sore hari suka memancing dan kalau malam hari sehabis pulang mengaji sering diajak teman-temannya yang sudah dewasa melihat wayang kulit, sehingga dari situ beliau punya hasrat untuk belajar di pesantren karena diilhami dari nonton wayang kulit yang kebetulan lakonnya adalah Raden Abimanyu yang berguru pada eyangnya Begawan Abiyoso, karena dirasa Raden Abimanyu seperti santri dan Begawan Abiyoso seperti Kyai yang memakai serban yang selalu membawa tongkat dan selalu diikuti oleh seorang cantrik.

Baca Juga  Biografi Lengkap Syaikh Muhammad Zain al-Asyi Beserta Pengaruhnya

Keinginan Menuntut Ilmu di Pesantren

Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat (SR), KH. Djamaluddin Ahmad memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Keinginan ini didukung oleh pamannya, Suhat, yang pernah belajar dan berkhidmah di pesantren tersebut. Meskipun awalnya ibunya merasa keberatan karena keterbatasan biaya, namun dengan tekad dan kesungguhan, beliau berhasil mendapatkan restu untuk menuntut ilmu di pesantren.

Perjalanan Pendidikan di Pesantren Tambakberas

Pada pertengahan tahun 1956, KH. Djamaluddin Ahmad memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Tambakberas. Beliau masuk ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas II dan kemudian naik ke kelas III. Selama di pesantren, beliau dikenal sebagai santri yang tekun dan berdedikasi tinggi dalam menuntut ilmu. Lingkungan pesantren yang kondusif serta bimbingan dari para kiai turut membentuk karakter dan wawasan keilmuan beliau.

Kontribusi dalam Dunia Pendidikan Islam

Setelah menyelesaikan pendidikannya, KH. Djamaluddin Ahmad kembali ke kampung halamannya dan mendirikan Pesantren Bumi Damai Al-Huhibbin. Pesantren ini didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Islam dan membentuk generasi yang berakhlak mulia. Dalam mengelola pesantren, beliau menerapkan nilai-nilai yang telah diperoleh selama menuntut ilmu, seperti kedisiplinan, keikhlasan, dan semangat pengabdian.

Dikenal sebagai pengampu Kitab Hikam dan memiliki jamaah yang demikian banyak. Pengajiannya selalu dibanjiri hadirin, bahkan mereka dari berbagai daerah.

Warisan dan Pengaruh Keluarga

Keluarga besar KH. Djamaluddin Ahmad terus melanjutkan tradisi keilmuan dan dakwah yang telah diwariskan. Saudara-saudaranya, meskipun memiliki peran dan jalan hidup yang berbeda, tetap mendukung dan berkontribusi dalam pengembangan pesantren dan penyebaran ajaran Islam. Kebersamaan dan komitmen keluarga ini menjadi teladan bagi masyarakat sekitar dalam membangun komunitas yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Baca Juga  Putra Putri KH Imam Yahya Mahrus, Berikut Biografi Singkatnya!

Kesimpulan

Silsilah keluarga KH. Moh. Djamaluddin Ahmad menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter dan semangat keilmuan seseorang. Dengan latar belakang keluarga yang religius dan dukungan penuh dari orang tua serta saudara-saudaranya, beliau berhasil menjadi sosok ulama yang berpengaruh dan berkontribusi besar dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Warisan nilai-nilai keagamaan dan komitmen terhadap pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga ini terus berlanjut, memberikan inspirasi dan dampak positif bagi generasi mendatang.

***

Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

media keislaman by : dawuhguru.co.id

baca juga : Silsilah Keluarga KH. Nurul Huda Djazuli