Silsilah Keluarga KH Ahmad Zuhdiannoor

Silsilah Keluarga KH Ahmad Zuhdiannoor
sumber : google

Silsilah Keluarga KH Ahmad Zuhdiannoor (Guru Zuhdi): Warisan Keilmuan dan Spiritualitas Ulama Banjar

KH. Ahmad Zuhdiannoor, yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Zuhdi, merupakan salah satu ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan yang dikenal luas karena kedalaman ilmu dan keteladanan akhlaknya. Lahir dari keluarga ulama terkemuka, silsilah beliau mencerminkan warisan keilmuan dan spiritualitas yang kuat.

Silsilah dan Latar Belakang Keluarga

Guru Zuhdi lahir pada tanggal 10 Februari 1972 di Alabio, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Beliau adalah putra dari pasangan KH. Muhammad bin Jafri dan Hj. Zahidah binti KH. Asli. Ayahnya, KH. Muhammad, merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru pada tahun 1986 hingga 1993, sementara kakeknya dari pihak ibu, KH. Asli, adalah ulama terkemuka di Alabio.

Dari jalur ayah, Guru Zuhdi merupakan keturunan ulama yang memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan Islam di Kalimantan Selatan. Sementara dari jalur ibu, beliau terhubung dengan KH. Asli, ulama yang dikenal karena kealimannya dan kontribusinya dalam dakwah Islam di daerah Alabio.

Dari jalur Ayah (KH Muhammad bin Jafri)

  • Mewarisi tradisi keilmuan Islam klasik, KH Muhammad dikenal sebagai pendakwah yang mengajarkan tauhid dengan pendekatan “sifat 20”.

  • Beliau juga merupakan murid dari tokoh-tokoh ulama besar di Kalimantan dan menurunkan tradisi pengajaran tersebut kepada putranya, Guru Zuhdi.

Dari jalur Ibu (KH Asli dari Alabio)

  • Kakek dari pihak ibu, KH Asli, adalah ulama ahli ilmu alat seperti nahwu, sharaf, dan balaghah.

  • Beliau memiliki pesantren yang menjadi pusat keilmuan lokal dan tempat awal Guru Zuhdi belajar ilmu dasar keislaman.

Pendidikan dan Perjalanan Keilmuan

Guru Zuhdi menempuh pendidikan formal hingga tingkat Sekolah Dasar. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan non-formal di Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru, yang dipimpin oleh pamannya, KH. Muhammad Sani. Namun, karena kondisi kesehatan yang kurang stabil, beliau hanya belajar selama dua bulan di pesantren tersebut.

Setelah berhenti dari pesantren, Guru Zuhdi melanjutkan belajar kepada kakeknya, KH. Asli, di Alabio. Di sana, beliau mempelajari ilmu tajwid, fikih, tasrif, tauhid, dan tasawuf. Setelah kakeknya wafat, beliau kembali ke Banjarmasin untuk belajar kepada ayahnya, KH. Muhammad, yang dikenal sebagai ahli dalam ilmu tauhid, khususnya mengenai “sifat 20”.

Selanjutnya, Guru Zuhdi belajar kepada KH. Abdus Syukur bin Jamaluddin (Muallim Syukur) di Teluk Tiram, Banjarmasin, di mana beliau mendalami tasawuf, fikih, ushul fikih, dan arudh. Setelah wafatnya Muallim Syukur, beliau melanjutkan belajar kepada KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang dikenal sebagai Guru Sekumpul, ulama karismatik yang menjadi guru paling berpengaruh dalam hidupnya.

Keluarga dan Keturunan

Istri beliau adalah Ibunda Hj. Nurul Patlani, sementara untuk keterangan anak-anak guru zuhdi, sampai artikel ini diterbitkan, penulis belum memperoleh data tentang anak-anak guru zuhdi.

Guru Zuhdi juga memiliki delapan saudara kandung, yaitu:

  1. Hj. Naqiah

  2. Sa’aduddin

  3. Jahratul Mahbubah

  4. As’aduddin

  5. Zulkifli

  6. Najiah

  7. Nashihah

  8. Nafisah

Dari sembilan bersaudara, tiga di antaranya telah wafat, termasuk Guru Zuhdi sendiri.

Warisan dan Pengaruh

Guru Zuhdi aktif mengajar di berbagai majelis taklim dan pengajian, termasuk di Masjid Jami Banjarmasin, Langgar Darul Iman di Teluk Dalam, Masjid Ar-Raudhah di Sungai Andai, dan Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Beliau mengajarkan berbagai kitab klasik, seperti “Ihya’ ‘Ulum al-Din” karya Imam al-Ghazali dan “Syarah Hikam Ibnu Athoillah” karya Muhammad bin Ibrahim.

Selain itu, Guru Zuhdi adalah pemuka agama Indonesia yang dikenal sebagai ulama di Kalimantan Selatan. Beliau merupakan mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan.

Guru Zuhdi wafat pada tanggal 2 Mei 2020 dalam usia 48 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta dan didiagnosa mengalami kanker paru, dengan diagnosis diferensial kanker kelenjar getah bening. Jenazah almarhum diterbangkan dari Jakarta menuju Banjarmasin dan dimakamkan di samping kediamannya di belakang Masjid Jami Banjarmasin pada malam harinya.

Jenazah beliau disambut oleh ribuan jamaah di Banjarmasin, dan suasana pemakaman dipenuhi dengan rasa kehilangan yang mendalam dari berbagai kalangan. Beliau dimakamkan di lingkungan rumahnya, dan hingga kini makam beliau menjadi tempat ziarah umat Islam dari berbagai daerah.

Kesimpulan

Silsilah keluarga KH. Ahmad Zuhdiannoor mencerminkan warisan keilmuan dan spiritualitas yang kuat. Dengan latar belakang keluarga ulama terkemuka dan perjalanan menuntut ilmu yang mendalam, beliau menjadi sosok yang berpengaruh dalam dakwah Islam di Kalimantan Selatan. Warisan beliau terus hidup melalui pengajaran dan keteladanan yang ditinggalkan.

***

Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

media keislaman by : dawuhguru.co.id

baca juga : Silsilah Keluarga Syaikh Mahfudz Termas

Baca Juga  Biografi Lengkap KH Muhammad Yahya Serta Ajarannya