Quote Gus Dur tentang Kekuasaan dan Jabatan

Quote Gus Dur
sumber : dawuhguru
“Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dibela mati-matian.”
KH. Abdurrahman Wahid

Refleksi Tentang Kekuasaan: Jabatan dan Nilai Hidup Menurut Gus Dur

KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah seorang tokoh yang selalu berbicara dengan kebijaksanaan dan keikhlasan. Salah satu pernyataannya yang sangat mendalam adalah, “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dibela mati-matian.” Pernyataan ini mengandung makna yang sangat penting dalam memahami nilai sejati dari kekuasaan dan jabatan, serta bagaimana kita seharusnya bersikap terhadapnya.

Dalam pandangan Gus Dur, jabatan adalah sesuatu yang bersifat sementara dan bukan tujuan akhir dari kehidupan. Jabatan hanyalah alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia, yaitu memberikan pelayanan dan manfaat bagi orang lain. Dengan demikian, mempertahankan jabatan dengan segala cara, termasuk dengan cara yang tidak etis, adalah tindakan yang tidak benar. Gus Dur mengajak kita untuk selalu mengutamakan integritas dan moralitas di atas ambisi pribadi.

Gus Dur sendiri adalah contoh nyata dari bagaimana seseorang bisa menjalankan jabatan dengan penuh integritas dan keikhlasan. Selama menjabat sebagai Presiden Indonesia, beliau menghadapi banyak tantangan dan tekanan politik. Namun, Gus Dur selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya. Ketika akhirnya beliau harus meninggalkan jabatannya, Gus Dur melakukannya dengan lapang dada dan tanpa rasa dendam. Sikap ini menunjukkan betapa kuatnya prinsip yang dipegang oleh beliau bahwa jabatan bukanlah segalanya.

Pernyataan Gus Dur juga mengingatkan kita tentang bahaya dari ambisi yang berlebihan terhadap jabatan. Ambisi yang tidak terkendali bisa mengarahkan seseorang pada tindakan-tindakan yang merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ketika seseorang terlalu terobsesi dengan jabatannya, ia bisa menjadi buta terhadap nilai-nilai moral dan etika. Ia mungkin akan melakukan segala cara untuk mempertahankan atau mendapatkan jabatan tersebut, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan integritas dan kejujuran. Gus Dur mengajarkan kita untuk selalu mengendalikan ambisi dan tetap setia pada prinsip-prinsip moral.

Baca Juga  Quote Sujiwo Tejo tentang Mencintai dengan Benar

Lebih jauh lagi, pernyataan ini juga mengandung pesan tentang pentingnya keseimbangan dalam hidup. Kehidupan yang seimbang adalah kehidupan yang tidak terlalu tergantung pada status atau jabatan. Kita diajak untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hal-hal yang lebih mendasar, seperti hubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Jabatan hanyalah salah satu aspek dari kehidupan kita, dan bukanlah yang paling penting. Dengan menjaga keseimbangan, kita bisa hidup dengan lebih tenang dan bahagia.

Gus Dur juga mengingatkan kita bahwa jabatan adalah amanah. Sebagai amanah, jabatan harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi. Jabatan bukanlah hak yang bisa kita pertahankan dengan segala cara, melainkan kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat. Ketika kita memahami jabatan sebagai amanah, kita akan lebih fokus pada pelayanan dan pengabdian, bukan pada kekuasaan atau status. Sikap ini membantu kita untuk tetap rendah hati dan tidak terjebak dalam kesombongan atau arogansi.

Selain itu, pandangan Gus Dur tentang jabatan juga relevan dalam konteks kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak terobsesi dengan jabatannya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang siap untuk meninggalkan jabatannya ketika diperlukan, demi kebaikan bersama. Kepemimpinan sejati adalah tentang memberikan contoh yang baik, melayani dengan tulus, dan selalu mengutamakan kepentingan orang banyak. Gus Dur sendiri adalah contoh dari kepemimpinan semacam ini, dimana beliau selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melihat bagaimana ambisi terhadap jabatan bisa merusak hubungan dan integritas seseorang. Contoh-contoh ini dapat kita lihat di berbagai bidang, baik itu di dunia politik, bisnis, maupun organisasi. Banyak orang yang rela mengorbankan nilai-nilai dan prinsip mereka demi mempertahankan atau mendapatkan jabatan. Namun, pada akhirnya, ambisi semacam ini sering kali berujung pada kekecewaan dan kehancuran. Gus Dur mengajak kita untuk belajar dari kesalahan-kesalahan semacam ini dan untuk selalu menjaga integritas serta moralitas dalam segala situasi.

Baca Juga  “Menjadi perempuan itu memang berat, sebab mereka memiliki predikat pembawa surga Allah SWT. Seperti yang sudah tercantum di dalam Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Bahwa surga di bawah telapak kaki ibu.” Ning Sheila Hasina

Pesan Gus Dur juga mengajarkan kita tentang pentingnya bersikap legowo atau ikhlas. Ketika kita menghadapi situasi dimana kita harus melepaskan jabatan, kita diajak untuk melakukannya dengan ikhlas dan tanpa rasa dendam. Ikhlas adalah sikap yang mulia, yang membantu kita untuk tetap tenang dan damai dalam menghadapi berbagai situasi. Dengan ikhlas, kita bisa melihat bahwa kehilangan jabatan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari peluang baru untuk berkarya dan memberikan kontribusi dengan cara yang berbeda.

Lebih jauh lagi, pandangan ini juga relevan dalam konteks spiritual. Dalam pandangan agama, jabatan adalah salah satu bentuk ujian dari Tuhan. Ujian ini menguji bagaimana kita menggunakan kekuasaan dan otoritas yang diberikan kepada kita. Apakah kita akan menggunakannya dengan bijak dan adil, ataukah kita akan tergoda untuk menyalahgunakannya demi kepentingan pribadi? Dengan memahami jabatan sebagai ujian, kita akan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.

Gus Dur juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Dalam kehidupan, kita mungkin tidak selalu mendapatkan jabatan yang kita inginkan. Namun, dengan bersyukur, kita bisa melihat bahwa ada banyak hal lain yang lebih berharga dan bermakna dalam hidup kita. Jabatan hanyalah salah satu cara untuk memberikan kontribusi, tetapi bukan satu-satunya. Dengan bersyukur, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia, tanpa terbebani oleh ambisi yang berlebihan terhadap jabatan.

Mengakhiri refleksi ini, mari kita mengambil hikmah dari kebijaksanaan Gus Dur tentang jabatan dan nilai hidup. Jabatan adalah alat, bukan tujuan akhir. Jabatan adalah amanah, bukan hak. Dengan sikap yang bijak dan ikhlas, kita bisa menjalankan jabatan dengan penuh tanggung jawab dan integritas. Ketika tiba saatnya untuk melepaskan jabatan, kita diajak untuk melakukannya dengan ikhlas dan tanpa rasa dendam. Dengan demikian, kita bisa hidup dengan lebih tenang, damai, dan bahagia.

Baca Juga  Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Persatuan

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kebijaksanaan Gus Dur dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami bahwa jabatan bukanlah segalanya, kita bisa menjalani hidup dengan lebih seimbang dan penuh makna. Mari kita fokus pada pelayanan dan pengabdian, serta menjaga integritas dan moralitas dalam segala situasi. Dengan sikap ini, kita bisa memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat dan membangun dunia yang lebih baik.