“Aku tak ingin merasa paling benar mencintaimu, aku hanya ingin mencintaimu dengan benar dan cintamu benar untukku.”
Sujiwo Tejo
Mencintai dengan Benar: Sebuah Refleksi tentang Cinta yang Tulus dan Sejati
Cinta, dalam segala bentuk dan manifestasinya, adalah perasaan yang mendalam dan sering kali rumit. Sujiwo Tejo, seorang pemikir dan seniman yang tajam dalam mengamati kehidupan, mengungkapkan perasaannya tentang cinta dengan ungkapan yang mendalam. “Aku tak ingin merasa paling benar mencintaimu, aku hanya ingin mencintaimu dengan benar dan cintamu benar untukku.” Dalam kutipan ini, Sujiwo Tejo menyampaikan gagasan tentang bagaimana cinta seharusnya diekspresikan dan dirasakan, bukan sebagai bentuk kepemilikan atau kebenaran absolut, tetapi sebagai tindakan yang benar dan tulus.
Cinta yang tulus adalah cinta yang tidak mencari pembenaran atau pengakuan dari orang lain. Ketika kita mencintai seseorang, sering kali kita terjebak dalam keinginan untuk membuktikan bahwa cinta kita adalah yang paling benar. Kita merasa perlu menunjukkan kepada dunia bahwa perasaan kita adalah yang paling murni dan tulus. Namun, Sujiwo Tejo mengingatkan kita bahwa cinta yang sejati tidak memerlukan pembuktian semacam itu. Cinta yang benar adalah cinta yang dijalani dengan tulus, tanpa perlu merasa paling benar atau paling hebat dalam mencintai.
Mencintai dengan benar berarti mencintai tanpa syarat. Ini berarti kita mencintai seseorang apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kita menerima orang tersebut dengan hati terbuka, tanpa mencoba mengubah atau mengendalikan mereka. Cinta yang benar tidak memaksa atau menuntut, melainkan memberi ruang bagi orang yang kita cintai untuk menjadi dirinya sendiri. Dalam mencintai dengan benar, kita menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap individualitas dan kebebasan orang yang kita cintai.
Namun, mencintai dengan benar juga berarti kita harus jujur terhadap diri kita sendiri dan orang yang kita cintai. Kejujuran adalah fondasi dari cinta yang sehat dan langgeng. Ini berarti kita harus berani mengungkapkan perasaan kita, termasuk kekhawatiran dan keraguan, tanpa takut akan penolakan atau konflik. Kejujuran dalam cinta menciptakan kepercayaan dan keintiman yang mendalam, memungkinkan kita untuk membangun hubungan yang kuat dan berarti.
Di sisi lain, cinta yang benar untuk kita adalah cinta yang juga tulus dari pihak pasangan kita. Cinta adalah jalan dua arah; itu adalah hubungan timbal balik yang memerlukan keterbukaan dan kejujuran dari kedua belah pihak. Cinta yang benar untuk kita adalah cinta yang diterima dan dibalas dengan tulus, cinta yang memberi dan menerima tanpa pamrih. Ketika kita mencintai dengan benar, dan cinta kita juga dibalas dengan cara yang sama, hubungan tersebut menjadi harmonis dan penuh kebahagiaan.
Sujiwo Tejo mengingatkan kita bahwa cinta bukanlah tentang merasa paling benar atau paling unggul dalam mencintai. Cinta yang benar adalah tentang bagaimana kita menjalani dan mengekspresikan cinta tersebut. Cinta yang benar adalah tentang keikhlasan, kesabaran, dan pengertian. Ketika kita mencintai dengan benar, kita menciptakan ruang bagi cinta yang tulus dan sejati untuk tumbuh dan berkembang.
Cinta yang benar juga berarti kita harus mampu menerima dan menghadapi tantangan serta rintangan yang mungkin muncul dalam hubungan. Setiap hubungan pasti mengalami pasang surut, dan cinta yang benar adalah cinta yang mampu bertahan dalam menghadapi cobaan tersebut. Ini memerlukan komitmen, kerja keras, dan kesediaan untuk saling mendukung dan memahami. Dalam menghadapi tantangan, cinta yang benar tidak akan goyah, melainkan semakin kuat dan dalam.
Penting untuk diingat bahwa mencintai dengan benar tidak selalu mudah. Terkadang, kita harus mengorbankan ego dan kepentingan pribadi demi kebahagiaan orang yang kita cintai. Kita harus belajar untuk sabar dan pengertian, bahkan ketika menghadapi situasi yang sulit. Namun, dengan komitmen dan kesungguhan, kita bisa belajar untuk mencintai dengan benar dan menciptakan hubungan yang harmonis dan bahagia.
Cinta yang benar juga berarti kita harus terus belajar dan bertumbuh bersama pasangan kita. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang dinamis, di mana kedua belah pihak terus berkembang dan mendukung satu sama lain dalam proses tersebut. Ini berarti kita harus terbuka terhadap perubahan, baik dalam diri kita sendiri maupun dalam pasangan kita. Dengan saling mendukung dan memahami, kita bisa menciptakan hubungan yang terus tumbuh dan berkembang.
Pada akhirnya, cinta yang benar adalah tentang bagaimana kita menjalani dan mengekspresikan perasaan kita dengan tulus dan ikhlas. Ini adalah tentang bagaimana kita menghargai dan menerima pasangan kita apa adanya, sambil terus berusaha untuk menjadi pasangan yang lebih baik. Cinta yang benar adalah tentang bagaimana kita menciptakan hubungan yang didasarkan pada kejujuran, kepercayaan, dan pengertian.
Melalui kutipan Sujiwo Tejo, kita diajak untuk merenungkan makna sejati dari cinta. Kita diajak untuk melihat cinta bukan sebagai sesuatu yang harus dibuktikan atau dipertahankan dengan keras, tetapi sebagai sesuatu yang harus dijalani dengan tulus dan benar. Kita diajak untuk mencintai tanpa syarat, menerima tanpa pamrih, dan memberikan cinta yang sejati kepada pasangan kita. Dengan cara ini, kita bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hubungan kita.
Refleksi ini mengingatkan kita bahwa cinta yang benar bukanlah tentang menjadi yang paling benar, tetapi tentang bagaimana kita mencintai dan dicintai dengan cara yang benar. Ini adalah tentang bagaimana kita menciptakan hubungan yang sehat, harmonis, dan penuh kasih. Dengan mencintai dengan benar, kita bisa menemukan kebahagiaan yang sejati dan langgeng dalam hubungan kita. Cinta yang benar adalah cinta yang tulus, ikhlas, dan penuh pengertian, yang membawa kita pada kedamaian dan kebahagiaan sejati.