“Orang yang baik itu tidak menyepelekan dosa meskipun kecil, dan tidak sombong ketika punya amal meskipun banyak”
KH. Maimun Zubair
Rendah Hati dan Peka terhadap Dosa
KH. Maimun Zubair, seorang ulama yang dihormati dengan kebijaksanaan yang mendalam, menyampaikan sebuah nasihat yang penuh makna: “Orang yang baik itu tidak menyepelekan dosa meskipun kecil, dan tidak sombong ketika punya amal meskipun banyak.” Pesan ini, meskipun singkat, mengandung pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran, kerendahan hati, dan tanggung jawab moral.
Pesan ini mengandung dua aspek utama: pertama, pentingnya untuk tidak meremehkan dosa sekecil apapun, dan kedua, pentingnya untuk tidak bersikap sombong meskipun memiliki banyak amal kebaikan. Kedua aspek ini saling terkait dan membentuk fondasi karakter seorang muslim yang baik.
Mengapa kita tidak boleh meremehkan dosa kecil? Dalam ajaran Islam, dosa adalah segala perbuatan yang melanggar perintah Allah dan berdampak negatif pada diri sendiri maupun orang lain. Dosa kecil, meskipun tampak sepele, jika dibiarkan dan dilakukan berulang kali, dapat menggerogoti hati dan jiwa seseorang. Seperti tetesan air yang terus-menerus jatuh pada sebuah batu, lama-kelamaan air tersebut dapat membuat lekukan pada batu yang keras sekalipun. Begitu pula dengan dosa kecil, jika tidak segera disadari dan dihindari, dapat merusak moral dan spiritual kita.
Seseorang yang baik adalah seseorang yang selalu peka terhadap dosa, sekecil apapun itu. Kesadaran ini lahir dari ketakwaan kepada Allah dan pemahaman bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Kesadaran akan dosa kecil menunjukkan ketulusan hati dalam menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah. Ini juga mencerminkan integritas dan komitmen untuk selalu berusaha memperbaiki diri.
Lebih dari itu, tidak meremehkan dosa kecil berarti menghargai nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kebiasaan berbohong meskipun hanya sedikit, atau melakukan ghibah (menggunjing) walaupun hanya sekilas, adalah dosa-dosa kecil yang sering dianggap sepele. Padahal, kebiasaan ini bisa menimbulkan dampak yang besar dalam jangka panjang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan menjaga diri dari perilaku yang dapat mengarah pada dosa, sekecil apapun itu.
Sisi lain dari pesan KH. Maimun Zubair adalah tentang pentingnya tidak bersikap sombong meskipun memiliki banyak amal kebaikan. Sombong adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya dan dibenci oleh Allah. Ketika seseorang merasa sombong, ia menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, meremehkan orang lain, dan sering kali lupa bahwa segala kebaikan yang dimilikinya adalah pemberian dari Allah semata.
Amal kebaikan, sebanyak apapun, tidak seharusnya membuat kita merasa sombong. Sebaliknya, semakin banyak amal yang kita lakukan, seharusnya semakin rendah hati kita, karena kita sadar bahwa semua itu adalah karunia dari Allah. Kesombongan adalah jebakan yang dapat menghapus pahala dari amal kebaikan kita. Bahkan, dalam Islam, kesombongan adalah salah satu dosa besar yang dapat menghalangi seseorang dari rahmat Allah.
Kerendahan hati adalah ciri khas seorang mukmin yang sejati. Seorang mukmin yang baik selalu menyadari bahwa tanpa pertolongan dan rahmat Allah, ia tidak akan mampu melakukan amal kebaikan apapun. Kesadaran ini membuatnya selalu bersyukur dan tidak pernah meremehkan orang lain, apapun keadaannya. Kerendahan hati juga membuat kita lebih mudah menerima kritik dan saran, yang pada akhirnya akan membantu kita untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas amal kita.
Selain itu, kerendahan hati dalam beramal juga mencerminkan ketulusan niat. Amal yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, semata-mata karena Allah, akan mendatangkan keberkahan dan pahala yang besar. Namun, jika amal tersebut dilakukan dengan niat untuk pamer atau merasa lebih baik dari orang lain, maka amal itu kehilangan nilainya di mata Allah.
KH. Maimun Zubair mengingatkan kita bahwa amal kebaikan bukanlah alat untuk menunjukkan kehebatan diri, tetapi adalah bentuk pengabdian dan ketaatan kepada Allah. Amal kebaikan harus dijalani dengan penuh kesadaran bahwa kita hanyalah hamba yang lemah, yang selalu membutuhkan rahmat dan pertolongan-Nya. Oleh karena itu, setiap kali kita melakukan amal kebaikan, kita seharusnya semakin rendah hati dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, pesan ini sangat relevan. Di era modern yang penuh dengan kompetisi dan kecenderungan untuk pamer, seringkali kita terjebak dalam perilaku yang tidak disadari mengarah pada kesombongan. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi ajang untuk memamerkan prestasi dan amal kebaikan. Meskipun niat awalnya mungkin baik, namun jika tidak diwaspadai, hal ini bisa menimbulkan rasa sombong dan meremehkan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengingat pesan KH. Maimun Zubair agar kita selalu menjaga kerendahan hati dan keikhlasan dalam setiap perbuatan baik yang kita lakukan.
Pesan ini juga mengajarkan kita untuk selalu introspeksi dan muhasabah diri. Menghitung-hitung dosa kecil yang mungkin telah kita lakukan, dan berusaha untuk memperbaikinya, adalah langkah penting dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. Demikian pula, selalu mengingatkan diri untuk tidak merasa bangga atau sombong dengan amal kebaikan yang telah kita lakukan, tetapi tetap bersyukur dan berusaha untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas amal kita.
Pada akhirnya, pesan KH. Maimun Zubair adalah panggilan untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan kerendahan hati. Dengan tidak meremehkan dosa kecil, kita menjaga hati dan jiwa kita dari kerusakan moral dan spiritual. Dengan tidak sombong meskipun memiliki banyak amal kebaikan, kita menjaga niat dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari nasihat bijak ini, dan menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih dekat kepada Allah, dan penuh dengan keberkahan.