Biografi Lengkap Sunan Prapen Beserta Ajarannya

Syekh Maulana Fatichal atau yang lebih dikenal Sunan Prapen merupakan putra Syaikh Maulana Zainal Abidin (Sunan Dalem) sekaligus cucu Syekh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Sunan Prapen merupakan sultan keempat dari kesultanan Giri yang mendapat amanah sekitar tahun 1507 saka menggantikan adiknya yang bernama Sunan Sedomargi yang wafat dalam misi dakwah Islam rombongan kesultanan Demak di daerah Panarukan.

Sunan Sedomargi merupakan sebuah nama yang berarti Sunan yang wafat dalam perjalanan. Berbeda dengan Sunan Sedomargi yang relatif sangat singkat dalam memegang amanah sebagai Sultan di Giri, Sunan Prapen mendapat amanan sebagai Sultan Giri relatif panjang. Beliau memerintahkan Giri lebih dari setengah abad hingga usia beliau lebih dari satu abad.

Pada masa bakti Sunan Prapen sekitar abad ke-16, Giri Kedaton telah mencapai kemakmuran dan menjadikan Giri sebagai pusat peradaban Islam sekaligus pusat ekspansi di Jawa dibidang ekonomi dan politik di nusantara serta berhasil membentuk dan memperluas kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam.

Dalam misi dakwahnya, Sunan Prapen berhasil menyebarkan agama Islam di daerah Indonesia Timur. Beliau juga berhasil melanjutkan misi dakwah Sayyid Ali Murtadlo (Sunan Gisik) di Nusa Tenggara Barat hingga banyak diantara raja-raja di Nusa Tenggara barat memeluk agama Islam.

Namun, Sunan Prapen belum berhasil berdakwah menyebarkan agama Islam di Bali bagian selatan akibat perlawanan Dewa Agung sang Raja Gelgel.

Upaya Sunan Prapen dalam membina dan mendidik para Santri dalam mempelajari agama Islam ternyata berhasil, beberapa murid beliau yang dari Minangkabau yang bernama Dato Ri Bandang menjadi imam agama Islam di Makassar, Sulawesi Selatan dan juga di Kutai, Kalimantan Timur.

Peran Sunan Prapen terhadap perkembangan dan pembinaan kerajaan Islam di Nusantara sangatlah besar, bahkan Sunan Prapen sangat berjasa terhadap kelangsungan masyarakat Maluku dari upaya penyerangan Portugis.

Beliau menempatkan pasukan dari Giri di Maluku selama tiga tahun untuk menghadapi serangan Portugis dalam upaya menjajah Maluku. Bahkan Raja Ternate, RajaMatan dari Sukadana merupakan salah seorang santri Sunan Prapen.

Baca Juga  Biografi dan Riwayat Hidup KH Muhammad Ilyas Bagian 2

Selain di Indonesia bagian timur, Sunan Prapen juga mengirimkan para Ulama yang merupakan santrinya untuk menyebarkan agama Islam di Sumatera dan Kalimantan.

Pengaruh Sunan Prapen sangat disegani raja-raja di pulau Jawa, beliau selalu menjadi rujukan para raja sekaligus pelantik para raja di tanah Jawa. Diusia senja, Sunan Prapen berniat membangun cungkup di makam kakeknya (Sunan Giri) atau Prabu Satmata yang melahirkan dinasti emimpin rohani Islam di Giri.

Selama beberapa dasawarsa, para Sunan di Giri mampu menjaga rakyatnya dari serangan Majapahit maupun Mataram. Selain itu Sultan yang sekaligus ulama ini mampu membina akhlaq dan keimanan rakyatnya dengan baik.

Pada tahun 1512 Saka, Sunan Prapen wafat tepat di bulan Syawal dan amanah untuk memimpin umat Islam serta rakyatnya digantikan putranya yang bergelar Panembahan Kawisguwo. Makam Sunan Prapen terletak di desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik sekitar 200 meter barat makam Sunan Giri.

Silsiah

1. Muhammad
2. Ummu Abiha, Fatimah Az-Zahra
3. Husain, Syahid di Karbala
4. Ali Zainal Abidin As Sajad
5. Muhammad Al Baqir
6. Ja’far Ash Shadiq
7. Ali Al Uraidhi
8. Muhammad An Naqib
9. Isa Ar Rumi
10. Ahmad Al Muhajir Ilallah, Hijrah dari Basra ke Hadramaut
11. Ubaidillah
12. Alawi, leluhur Bani Alawi
13. Muhammad Shahib Shaumah
14. Alawi
15. Ali Khali’ Qasam
16. Muhammad Shahib Mirbath
17. Alawi Amil Faqih
18. Abdul Malik Azmatkhan
19. Abdullah Azmatkhan
20. Ahmad Syah Jalaluddin
21. Husain Jamaluddin
22. Ibrahim Zainuddin/Ibrahim Asmoroqondi, wafat di Tuban[4]
23. Maulana Ishaq
24. Muhammad Ainul Yaqin
25. Ali Zainal Abidin
26. Muhammad Fadlullah Pratikal

Kewalian dan Karomah

Saat dipimpin Sunan Prapen lah Giri Kedaton tidak hanya dikenal sebagai tempat belajar agama namun menjadi daerah yang mempunyai pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan politik.

Hal inilah yang membuat Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit yang terakhir memerintahkan Patih Maudara untuk menyerang Giri Kedaton, karena pimpinannya yaitu Sunan Prapen tidak mau menyatakan takluk kepada Majapahit.

Baca Juga  Silsilah Gus Iqdam dari Jalur Ibu Nyai Hj Lanratul Farida

Berdasarkan Babad Tanah Jawi dan Serat Centhini, ribuan pasukan Majapahit yang dipimpin Patih Maudara yang menyerang Giri Kedaton akhirnya mampu menguasai hampir sebagian wilayah Giri Kedaton, dan banyak menewaskan para santri yang ada.

Seluruh bangunan di kawasan Giri semuanya dibakar habis, Giri Kedaton menjadi lautan api. Harta benda dijarah, kaum wanitanya diperkosa.
Sunan Prapen dan pengikutnya lalu mundur ke makam Sunan Giri. Kemudian di Kompleks Makam tersebut Sunan Prapen berdoa kepada Allah SWT. Selesai berdoa kemudian memerintahkan juru kunci membuka pintu kayu jati di kompleks makam kemudian keluarlah ribuan tawon atau lebah beracun.

Ribuan tawon tersebut terbang ke angkasa, bergumpalan bagaikan awan hitam yang menyerang barisan pasukan Majapahit yang sedang bersenang-senang karena kemenangannya.

Para prajurit Majapahit lari pontang-panting seluruh tubuhnya menjadi lebam karena sengatan lebah beracun, banyak korban yang tewas. Melihat keadaan yang tidak terkendali, sebagian prajurit lebih baik mencari selamat, lari masuk hutan.

Namun barisan lebah yang semakin banyak itu mengikuti larinya rombongan Patih Maudara hingga sampai di Kerajaan Majapahit. Lebah beracun itu kemudian menyerang ke dalam istana, geger seluruh penghuni yang ada di dalamnya.

Menyaksikan hal ini, Prabu Brawijaya V, kemudian menengadahkan tangannya ke langit, dan bersumpah, tidak akan mengganggu para santri dan Sunan Prapen, kecuali yang sudah terjadi.

Setelah selesai sang Prabu mengucapkan sumpahnya, seluruh barisan lebah beracun, berbalik arah melesat ke udara, dan terbang ke arah barat laut. Langitpun menjadi cerah.

Hal inilah yang membuat akhirnya Brawijaya V membiarkan Giri Kedaton menjadi daerah bebas di luar kekuasaannya.

Di kemudian hari karena kewibawaan dan karomahnya, Sunan Prapen beserta Sunan Kalijaga memberikan restu kepada Raden Patah untuk berkuasa di Demak Bintoro menggantikan kekuasaan Majapahit.

Sunan Prapenlah yang kemudian melantik Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menjadi sultan di Pajang menggantikan kekuasaan Kesultanan Demak Bintoro di tanah Jawa.

Baca Juga  Biografi Lengkap Walisongo Beserta Ajarannya

Bahkan Sunan Prapen juga memberi restu Panembahan Senopati menjadi raja penguasa Tanah Jawa (Kesultanan Mataram) yang menggantikan kekuasaan Pajang.

Sunan Prapen juga menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati dengan Jayalengkara Bupati Surabaya pada 1588 karena penolakan para bupati Jawa Timur tersebut terhadap kekuasaan Mataram.

Sejak saat itulah Sunan Prapen karena karomah dan kewibawaanya hampir selalu menjadi pelantik atau pemberi restu kepada raja Islam yang naik tahta di Pulau Jawa yang menjadi kerajaan bawahan Mataram maupun sejumlah kesultanan di wilayah Indonesia Timur.

Konon sejumlah raja Islam di wilayah Indonesia Timur seperti di Pulau Kalimantan, Lombok dan Maluku juga diberikan restu oleh Sunan Prapen saat pelantikannya.

Menurut VOC Sunan Prapen sebagai Paus Islam, atau Raja Imam yang mempunyai peran dalam memberikan berkah kepada raja-raja Demak dan Pajang yang baru dinobatkan. Bahkan beliau memiliki pengaruh besar sampai ke Kalimantan, Sulawesi dan Lombok.

Menurut cerita tutur, Sunan Prapen adalah seorang pujangga besar penggubah kitab ASRAR yang kemudian digunakan sebagai dasar menyusun Jongko Joyoboyo. Di samping itu beliau juga seorang empu (pembuat keris) yang salah satu karyanya terkenal dengan nama keris Suro Angun-angun. Pada masa Sunan Prapen inilah Giri mengalami masa kejayaan.

Lokasi/Makam/tempat wafatnya

Sunan Prapen wafat pada tahun 1512 Saka or 1605 M, sedangkan haul Sunan Prapen jatuh pada tanggal 15 Syawal setiap tahunnya. Makam Sunan Prapen terletak di Desa Klangonan Kecamatan Kebomas sekitar 400 m di sebelah barat Makam Sunan Giri, dalam sebuah cungkup berarsitektur unik dengan ukiran bernilai seni tinggi.

Salah satu keistimewaan makam Sunan Prapen, pada trap jalan menuju makam terdapat sebuah watu dodok atau Yoni yaitu sebuah batu di tengah trap yang diyakini sebagian orang bahwa bagi pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak dapat segera mendapat keturunan apabila duduk berduaan di batu itu. (*)