Biografi Lengkap Guru Mansyur Beserta Ajarannya

Guru Mansyur lahir pada tahun 1878 M di kampung Sawah, Jembatan Lima, yang dahulu masih termasuk kawasan hunian orang-orang asal Kepulauan Banda. Ayahnya K.H. Abd Al-Hamid, di kenal sebagai seorang alim yang meneruskan kepemimpinan masjid kuno kampung sawah (sekarang bernama Al-Mansyuriah) yang didirikan oleh kakaek buyutnya bernama Abd Al-Muhit. Konon Abd Al-Muhit ini adalah seorang tumenggung Mataram yang menetap di kampung sawah, hingga berhasil merintis pembangunan masjid.

Kepada ayahnya-lah guru mansyur pertama kali belajar agama, setelah ayahnya meninggal, kemudian ia belajar dari kaka misananya yang bernama K.H. Tabrani b. Abd Al-mughni. Selain mereka, guru Mansyur juga pernah belajar kepada seorang ulama dari master Cornelis bernama H.Mujtaba b.Ahmad sebelum pergi ke Makkah pada usia 16 tahun dan belajar di sana selama empat tahun. Selama di makan ia berguru pada sejumlah ulamak antara lain:

  1. Syaikh muhktar atharid Al-bogori
  2. Syaikh umar Bajunaid Al-Hadrami
  3. Syaikh Ali Maliki
  4. Syaikh Said Al-Yamani
  5. Syaikh Umar Sumbawa

Guru mansyur mempelajari ilmu Qira’at, dengan memperoleh mandat untuk mengajarkan tiga jenis bacaan Qira’at, yaitu Qira’at hafsah, warasyi dan abi Amr. Ia juga mendalami Ilmu fiqih, ilmu ushul fiqh, beberapa cabang imu bahasa, Tafsir al-Qur’an, hadis, serta ilmu Falaq (Astronomi) sehingga di Tanah air kelak, dia dikenal sebagai ahli ilmu ini. Menurut informasi K.H. Fatahillah (cucu K.H. Mansyur ), tak ada ulama lain pada masanya yang menguasai ilmu Falaq selain Guru Mansyur dikenal sebagai orang yang sangat mementingkan silsilah intilektual (isnad).

Sesudah kembali ke kampung halamannya dari menuntut ilmu di makkah selama belasan tahun, ia menjadi juru dakwah dan pengajar, terutama di rumah dan di masjid –masjidnya sendiri. Meskipun berpen­dapat bahwa “tempayan sebagai sumber tempat air harus didatangi gayung” yang artinya murid harus mendatangi guru (sebagai sumber ilmu) jika ingin menimba ilmu dari guru tersebut: namun guru mansyur nampaknya nampak toleran sehingga ia masih sempat mengajar di beberapa tempat, antara lain di kenari dan Cikini.

Baca Juga  Biografi Lengkap Sunan Kudus Beserta Ajarannya

Murid-muridnya terutama berasal dari daerah pusat kota, barat dan selatan Jakarta. Diantara hasil didikanya yaitu:

  1. K.H. Abd Alhamid yang menjadi menantunya dan pernah ditunjuk Belanda sebagai penghulu distrik (sesuatu yang sangat tidak disukai Guru mansyur)
  2. K.H. Roji’in yang pernah menjadi ketua pengurus masjid pekojan
  3. K.H. Firdaus, anak Betawi asal kebayoran lama yang mendalami ilmu falak kemudian diangkat menantu dan meneruskan usaha mertuanya mengembangkan Al-mansyuriah ( yang berdiri hingga kini)
  4. K.H. Muhajirin (Ahli falak ) dari Ponpes Islam Al-Nida (Bekasi Kota).

Tidak populernya tarekat dalam masyarakat Islam Betawi, mempe­ngaruhi metode pendidikan di Betawi. Selain disebabkan karena dengan tarekat dapat mengisolasi dari masyarakat, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh metode guru-guru Betawi yang mengenyam pendidikan dari Makkah, dan kampanye anti tarikat Habib usman b.Yahya, juga tidak dikenalnya tradisi pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam masya­rakat Betawi sampai dengan ahkir tahun 1970-an.

Realitas ini, bisa dijumpai pada metode yang diterapkan di al-mansyuriah: dimana pengajian di masjid maupun di diniyah, santri tidak mukim atau mondok. Di samping itu, faktor yang mempengaruhi santri tidak mondok adalah ketatnya pengawasan dari pemerintah kolonial terhadap praktik keberagaman islam di Batavia.

Dalam dakwahnya, guru mansyur secara konsekuen membangun dan mengasuh lembaga pendidikan ( dalam hal ini sekarang dinamakan Yaya­san al- mansyuriah).

<response>

# Guru Mansyur telah meriwayatkan (menulis) berbagai karya atau kitab, di antaranya:

1. **Sullam al-Nayyirain**: Kitab yang berisi pengetahuan tentang ijtima’ dan dua gerhana bulan serta materi seputar ilmu falak. Ijtima’ adalah kondisi di mana bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus.

2. **Taqrir al-Mabahits**: Kitab ini membahas tentang hukum waris dalam Islam.

Baca Juga  Silsilah Keluarga KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha)

3. **Khulasat al-Jadawi**: Kitab ini mencakup:
– Jadwal ijtima’
– Jadwal istiqbal
– Jadwal khusuf (gerhana bulan)
– Jadwal kusuf (gerhana matahari)
– Mizan al-I’tidal
– Wasilat al-Tullab
– Khamsu Rosail
– I’rab Jurmiyyah

4. **Al-Mabahits fi ‘Ilmi al-Warits**: Kitab ini membahas hukum pembagian waris, termasuk ilmu faraid, rukun dan syarat waris, sebab-sebab yang menyebabkan seseorang tidak berhak menerima warisan, serta pihak-pihak yang berhak menerima warisan dari pihak laki-laki dan perempuan. Kitab ini juga menjelaskan tentang pembagian warisan seperti seperempat, seperdelapan, dua pertiga, sepertiga, seperenam, asobah, dan hal-hal lain yang dapat menghalangi warisan.

Guru mansyur sebenarnya telah menulis sembilan belas kitab dengan memaknai bahasa arab. Guru mansyur pernah mengibarkan bendera merah putih di menara masjid Al-mansyur , kemudian membawa NICA datang dan menteror dengan menembaki menara masjid tersebut, tetapi Guru mansyur tidak bergeming dari tekadnya dalam mempertahankan kemer­dekaan RI. Tekad orang Betawi dan rakyat Indonesia seluruhnya. Sampai ia meninggal pada tahun 1967 M. (*)