Bi Tadabburil Qur’ani

Oleh : M. Ibram Syah

Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dengan prosentase tujuh puluh persen berisikan kisah, yang mana kisah yang baik di dalamnya dapat kita jadikan teladan, dan kisah yang tidak baik tidak perlu kita lakukan, cukup kita ambil hikmah dan pelajarannya saja, dan yang tiga puluh persen berisikan perintah dan larangan. Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat muslim jangan lantas hanya dijadikan suatu bacaan saja, yang dilantunkan dengan suara dan nada yang indah saja, memang itu sudah bagus, namun akan lebih berarti dan menjadi lebih Urgent apabila kita sebagai Umat Islam, Umat Nabi Muhammad SAW senantiasa melakukan Taddabur terhadap Al-Qur’an, artinya kita berangan-angan pada setiap kisah, perintah, serta isi kandungan Al-Qur’an yang lainnya agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya dengan harapan menjadikan diri kita sebagai muslim yang lebih baik dari hari ke hari.

Al-Qur’an yang menjadi pedoman kita telah memaparkan berbagai jalan dan solusi hidup saat menghadapi berbagai macam hal, baik yang sifatnya personal maupun sosial. Maka dalam rangka menjadi Pribadi Muslim yang Bertaqwa Kepada Allah maka kita senantiasa berangan-angan tentang isi kandungan Al-Qur’anul Kariim. Pasalnya apabila kita sebagai umat muslim tidak mau, tidak mampu, bahkan enggan menelaah dan bertadabur atas isi kandungan Al-Qur’an yang luar biasa, maka kita tidak akan mampu memahami dan merasakan betapa agung anugerah dan karunia yang diberikan Allah kepada kita sebagai makhluknya.

Dalam rangkan menjadi Pribadi Muslim yang Bertaqwa Kepada Allah maka sangat sangat diperlukan untuk senantiasa memperbaiki kualitas ibadah kita, baik ibadah Mahdloh maupun Ghoiru Mahdloh dengan senantiasa mempelajari Al-Qur’an yang salah satunya dengan mempelajari kisah-kisah para nabi dan teladan-teladan terdahulu, serta memahami mana yang perlu kita lakukan sebagai kewajiban yang telah ditetapkan Allah kepada kita, dan mana-mana saja yang menjadi larangan-Nya. Mempelajari Al-Qur’an tidak serta merta harus langsung dengan memahami Al-Qur’an tanpa mediator yang menjadi perantaranya, namun kita perlu sekali belajar kepada para kyai, para ulama, dan intelektual muslim yang telah dianggap layak dan pantas menjadi pembimbing kita dalam rangka menjadi Pribadi Muslim yang Bertaqwa Kepada Allah.

Baca Juga  Kalam Hasan Al-Bashri dan Kedok Manusia “Sederhana” di Zaman Ini

Ngaji Kitab Syajarotul Ma’arif

Fashlun Fii Tadabburi Kalaamillaahi Ta’ala

Oleh Bapak Kyai M. Hamzah, S.Pd.I

Kamis, 11 November 2021

Rumah Baca Kolong Langit

 

 

Tinggalkan Balasan