Sekilas Tentang Gus Dur
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan kemajemukan, baik etnis, agama atau religi, dan latar belakang kultural. Meski begitu, kekayaan tersebut mengandung potensi negatif yakni terjadinya perpecahan.
Misalnya saja, konflik antar pemeluk agama tentu akan berujung pada kerugian material dan psikis yang besar. Sementara masyarakat yang demokratis perlu untuk terus dibangun, karena syarat penting tumbuhnya demokratisasi adalah pengakuan akan kebebasan, termasuk kebebasan orang lain, terlebih kebebasan beragama.
Abdurrahman Wahid dalam pandangannya menengahkan gagasan berdasarkan ushul al-fiqh (kaidah hukum) yang disebut dharuriyatu al-khamsah (lima hal dasar yang dilindungi agama) dengan makna yang khas. Hifdzu al-din dimaknai Abdurrahman Wahid sebagai keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa ada paksaan berpindah agama.
Hifdzu al-nafs dimaknai sebagai keselamatan fisik warga dari tindakan badani di luar ketentuan hukum dan hifdzu al-aqli, yaitu pemeliharaan atas kecerdasan akal. Sedangkan hifdzu al-nasl merupakan keselamatan keluarga dan keturunan dan hifdzu al-mal, keselamatan hak milik, properti dan profesi dari gangguan dan penggusuran di luar prosedur hukum.
Gus Dur selama ini terkenal sebagai tokoh yang mampu mengayomi semua pihak. Mantan Ketua Umum PBNU itu bahkan mampu menjadi Presiden RI ke-4 kendati statusnya sebagai seorang kiai dan ketua umum organisasi masyarakat (ormas). Usia pemerintahan Presiden Gus Dur memang tidak bertahan lama. Gus Dur berkuasa selama periode 20 Oktober 1999–23 Juli 2001. Gus Dur adalah cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asyari, sekaligus putra Menteri Agama era 1949, KH. Wahid Hasyim.
Silsilah dan Biografi Gus Dur
Gus Dur dilahirkan di Jombang, Jawa Timur 4 Agustus 1940. Gus Dur merupakan putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim yang merupakan putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.
Ibunya bernama Hj. Sholehah merupakan putri Kh. Bisri Syansuri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur. Kakek KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari sanad ibunya merupakan Rais ‘Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai pengganti posisi KH. Wahab Chasbullah.
Tahun 1949, ayah Gus Dur diangkat menjadi kepala Menteri Agama pertama sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta untuk memasuki suasana yang baru. Setelah kepindahannya di Jakarta, berbagai tamu dari berbagai kalangan bertamu ke kediaman Wahid Hasyim. Hal itu menjadikan Gus Dur menambah pengalaman untuk mengenal dunia politik.
Sejak kecil Gus Dur sudah terlihat memiliki kesadaran penuh untuk mengemban tanggung jawab terhadap Nahdlatul Ulama (NU). Sekitar bulan April tahun 1953, Gus Dur Bersama ayahnya berangkat ke Sumedang, Jawa Barat untuk menghadiri pertemuan Nahdlatul Ulama (NU) dengan mengendarai mobil, akan tetapi di tengah perjalanan mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ayahnya meninggal.
Berikut adalah silsilah lengkap keluarga KH Abdurrahman Wahid : dari Nabi Muhammad saw. >Fatimah al-Zahra > Husain bin Ali > Ali Zainal Abidin > Muhammad al-Baqir > Ja’far ash-Shadiq > Ali al-Uraidhi > Muhammad an-Naqib > Isa ar-Rumi > Ahmad al-Muhajir > Ubaidullah > Alwi Awwal > Muhammad Sahibus Saumiah > Alwi ats-Tsani > Ali Khali’ Qasam > Muhammad Shahib Mirbath > Alwi Ammi al-Faqih > Abdul Malik (Ahmad Khan) > Abdullah (al-Azhamat Khan) > Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan) > Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar) > Maulana Ishaq > Raden ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri) > Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang) > Abdul Halim (Pangeran Benawa) > Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda) > Abdul Halim > Abdul Wahid > Abu Sarwan > KH. Asy’ari (Jombang) > KH. Hasyim Asy’ari (Jombang) > KH. Wahid Hasyim (Jombang). > KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)