KH Chudlori, seorang ulama besar yang menjadi pendiri Pesantren Tegalrejo di Magelang, dikenal bukan hanya karena kedalaman ilmunya, tetapi juga karena nasihat-nasihat bijaknya yang menjadi pegangan hidup para santrinya. Wasiat beliau kepada para santri menjadi pedoman berharga dalam menuntut ilmu dan mengabdi kepada agama. Wasiat ini mencerminkan keikhlasan dan dedikasi seorang guru dalam membimbing murid-muridnya menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berkah.
Berikut ini adalah wasiat KH Chudlori yang diberikan kepada para santrinya:
- Mengkhatamkan Al-Qur’an di Makam KH Chudlori
Dalam wasiatnya, KH Chudlori meminta kepada para santrinya yang telah selesai belajar membaca Al-Qur’an untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di dekat pusaranya, paling tidak sekali. Bagi santri yang mampu mengkhatamkan lebih dari sekali, KH Chudlori mengucapkan terima kasih yang tulus. Permintaan ini bukan sekadar tradisi atau ritual semata, tetapi lebih kepada penghormatan dan bukti bakti kepada guru yang telah berjasa dalam memberikan ilmu.
KH Chudlori percaya bahwa dengan membaca Al-Qur’an di dekat makamnya, akan ada keberkahan tersendiri yang diperoleh santri. Beliau juga meyakini bahwa Allah akan memberikan ilmu yang lebih bermanfaat kepada mereka yang tulus dan ikhlas dalam mengamalkan wasiat ini. Wasiat ini menunjukkan bagaimana pentingnya bagi seorang santri untuk tetap menjaga hubungan spiritual dengan guru meski telah tiada.
- Senandungkan Dzikir Sebanyak 70.000 Kali
Wasiat kedua ditujukan kepada santri yang masih belajar membaca Al-Qur’an. KH Chudlori meminta kepada mereka untuk menyenandungkan dzikir sebanyak 70.000 kali. Dzikir adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam karena melalui dzikir, hati menjadi tenang, iman semakin kokoh, dan kedekatan dengan Allah SWT semakin terasa.
Permintaan ini memiliki makna yang mendalam. Bagi santri yang belum mampu mengkhatamkan Al-Qur’an, memperbanyak dzikir merupakan cara lain untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh berkah. KH Chudlori mengajarkan bahwa keberhasilan dalam menuntut ilmu tidak hanya diukur dari kemampuan intelektual, tetapi juga dari seberapa dekat hati kita dengan Sang Pencipta.
- Mengajarkan Agama kepada Masyarakat
Wasiat terakhir KH Chudlori kepada para santrinya adalah agar setelah selesai menuntut ilmu di pesantren, mereka harus mengajarkan agama kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Wasiat ini menekankan pentingnya menyebarkan ilmu yang telah diperoleh kepada orang lain. Ilmu yang diamalkan dan diajarkan akan membawa manfaat yang lebih besar, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
KH Chudlori menginginkan para santrinya menjadi cahaya penerang bagi masyarakat sekitarnya. Dengan mengajarkan agama, para santri berperan sebagai pewaris para nabi yang membawa pesan kebaikan, perdamaian, dan kasih sayang. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa ilmu itu adalah amanah, dan menyebarkannya adalah bagian dari tanggung jawab seorang Muslim.
**
Wasiat KH Chudlori untuk para santri bukan sekadar pesan biasa, tetapi merupakan ajaran hidup yang penuh makna. Setiap santri yang pernah belajar di bawah bimbingannya diharapkan mampu meneruskan ajaran-ajaran beliau, menjaga keikhlasan dalam beribadah, dan terus berusaha menyebarkan kebaikan melalui ilmu yang mereka miliki. Wasiat ini akan terus hidup di hati para santri dan menjadi pendorong bagi generasi mendatang untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang hakiki. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dan inspirasi dari wasiat beliau.