KH Muhammad Kholil Bangkalan: Ulama Kharismatik dengan Warisan Keilmuan dan Dakwah yang Mendalam
KH Muhammad Kholil Bangkalan, atau lebih dikenal sebagai Kiai Kholil, merupakan salah satu ulama besar yang lahir dari tradisi keilmuan Islam yang kuat. Beliau lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H (27 Januari 1820 M) di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Kiai Kholil berasal dari garis keturunan ulama terkemuka yang memiliki hubungan darah dengan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo.
Perjalanan Pendidikan KH Muhammad Kholil
Sebagai anak seorang ulama, Kiai Kholil mendapatkan pendidikan agama sejak dini, dimulai dari ayahnya, Kiai Abdul Latif, serta saudara iparnya, Kiai Qaffal. Beliau melanjutkan pengembaraan keilmuan ke berbagai pesantren di Jawa, seperti Pesantren Bungah Gresik, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Sidogiri Pasuruan, hingga Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Banyuwangi. Pada tahun 1859, Kiai Kholil melanjutkan pendidikan ke Mekkah, belajar dari ulama-ulama besar seperti Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi dan Syeikh Ahmad Khatib Sambas.
Kiprah Dakwah dan Pesantren
Sepulang dari Mekkah, Kiai Kholil sempat bekerja sebagai penasihat di Kadipaten Bangkalan untuk menjalin sinergi antara ulama dan penguasa. Beliau kemudian mendirikan dua pesantren: Pesantren Jangkebuan pada tahun 1290 H (1873 M) dan Pesantren Kademangan di pusat kota Bangkalan. Pesantren-pesantren ini menjadi pusat pendidikan yang melahirkan ulama-ulama besar Nusantara, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri.
Pemikiran KH Muhammad Kholil
Kiai Kholil dikenal dengan delapan pemikiran utamanya dalam dakwah dan pendidikan:
- Sinergi Ulama dan Penguasa: Dakwah lebih efektif jika dilakukan dengan dukungan penguasa.
- Tawakal ‘ala Kholil: Konsep yang menghubungkan spiritualitas (masjid) dengan usaha (perahu).
- Hidup Sederhana dan Cinta Ilmu: Beliau mencontohkan hidup sederhana selama menuntut ilmu di Mekkah.
- Pentingnya Mengikat Ilmu dengan Tulisan: Ilmu yang ditulis akan lebih mudah diwariskan.
- Penguasaan Bahasa Arab: Sebagai kunci menggali ilmu dari sumber asli.
- Ilmu Mengenal Allah: Mengutamakan ilmu tauhid dan syariat.
- Tasawuf untuk Mengendalikan Hawa Nafsu: Sebagai pelengkap dalam perjalanan spiritual.
- Cinta Tanah Air dan Akidah Ahlusunnah Wal Jama’ah: Semangat ini terlihat dalam perannya mendukung pendirian Nahdlatul Ulama (NU).
Karya Tulis KH Muhammad Kholil
Beberapa karya monumental yang ditinggalkan oleh Kiai Kholil meliputi:
- Kitab Al-Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif
- Kitab Ilmu Qawaid I’rab
- Kitab Isti’dad al-Maut
- As-Silah fi Bayani Nikah
Warisan dan Pengaruh
Warisan besar Kiai Kholil tidak hanya terwujud melalui karya tulisnya, tetapi juga melalui para santri yang menjadi ulama besar dan pionir berdirinya pesantren-pesantren besar di Indonesia. Beliau juga menjadi inspirasi dalam pembentukan Nahdlatul Ulama, meskipun tidak terlibat langsung. Kiprah santri-santrinya seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah menjadi bukti nyata pengaruh Kiai Kholil dalam perjuangan Islam dan kebangsaan.
KH Muhammad Kholil Bangkalan adalah sosok ulama yang tidak hanya mendalam dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki visi besar dalam menyebarkan dakwah dan membangun pendidikan Islam. Pemikiran dan perjuangannya tetap relevan hingga kini, menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga akidah dan semangat cinta tanah air.
Silsilah Keluarga Syaikhana KH Muhammad Khalil bangkalan
Berikut silsilah Keluarga Syaikhana KH Muhammad Khalil bangkalan dari jalur Sunan Kudus.
1. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan.
2. Kiai Abdul Lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Kiai Hamim. Dimakamkan di Tanjung Porah, Lomaer, Bangkalan.
4. Kiai Abdul Karim.
5. Kiai Muharram. Dimakamkan di Banyo Ajuh, Bangkalan.
6. Kiai Abdul Azhim. Dimakamkan di Tambak Agung, Sukalela, Labeng, Bangkalan.
7. Kiai Sulasi. Dimakamkan di Petapan, Trageh, Bangkalan.
8. Kiai Martalaksana. Dimakamkan di Banyu Buni, Gelis, Bangkalan.
9. Kiai Badrul Budur. Dimakamkan di Rabesan, Dhuwwek Buter, Kuayar, Bangkalan.
10. Kiai Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek). Dimakamkan di Kuanyar, Bangkalan.
11. Kiai Khatib. Ada yang menulisnya “Ratib”. Dimakamkan di Pranggan, Sumenep.
12. Sayyid Ahmad Baidhawi (Pangeran Ketandar Bangkal). Dimakamkan di Sumenep.
13. Sayyid Shaleh (Panembahan Pakaos). Dimakamkan di Ampel Surabaya.
14. Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus). Dimakamkan di Kudus.
15. Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung). Dimakamkan di Kudus.
16. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri /Raja Pandita). Dimakamkan di Gresik.
17. Sayyid Ibrahim (Asmoro). Dimakamkan di Tuban.
18. Sayyid Husain Jamaluddin. Dimakamkan di Bugis.
19. Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin. Dimakamkan di Naseradab, India.
20. Sayyid Abdullah. Dimakamkan di Naserabad, India.
21. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Dimakamkan di Naserabad, India.
22. Sayyid Alawi ‘Ammil Faqih. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.
23. Sayyid Muhammad Shahib Mirbath. Dimakamkan di Zhifar, Hadramaut, Yaman.
24. Sayyid Ali Khali’ Qasam. Dimakamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman.
25. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.
26. Sayyid Muhammad. Dimakamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman.
27. Sayyid Alawi. Dimakamkan di Sahal, Yaman.
28. Sayyid Abdullah/Ubaidillah. Dimakamkan di Hadramaut, Yaman.
29. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir . Dimakamkan di Al-Husayyisah, Hadramaut, Yaman.
30. Sayyid Isa An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.
31. Sayyid Muhammad An-Naqib. Dimakamkan di Bashrah, Iraq.
32. Al-mam Ali Al-Uradhi. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
33. Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
34. Al-Imam Muhammad Al-Baqir. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
35. Al-Imam Ali Zainal Abidin. Dimakamkan di Al-Madinah Al-Munawwarah.
36. Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dimakamkan di Karbala, Iraq.
37. Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ binti Sayyidina Muhammad Rasulillah SAW.
Dimakamkan di Madinah Al-Munawwarah