KH. Muhammad Romly Tamim, lahir pada tahun 1888 di Bangkalan, Madura, merupakan putra ketiga dari empat bersaudara dalam keluarga KH. Tamim Irsyad, seorang ulama terkemuka asal Bangkalan. Sejak kecil, Romly dibawa oleh orang tuanya ke Rejoso, Peterongan, Jombang, di mana ia mulai mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan Al-Qur’an di bawah bimbingan ayahnya dan kakak iparnya, KH. Kholil.
Pendidikan KH Romly Tamim
Untuk memperdalam ilmunya, Romly melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Bangkalan, belajar langsung kepada Syaikhona Kholil, seorang ulama besar yang dihormati. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sana, ia melanjutkan pengabdian di Pesantren Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Kecerdasan dan dedikasinya membuatnya dipercaya sebagai pengajar dan diangkat menjadi Lurah Pondok. Pada tahun 1919, Romly memperdalam ilmunya dengan belajar di Mekkah selama satu tahun. Sepulangnya, gelar ‘Kiai’ melekat erat pada namanya, menandakan kealimannya yang diakui luas.
Silsilah Keluarga dan Nasab KH Romly Tamim
Dalam kehidupan pribadinya, pada tahun 1923, Romly menikah dengan Nyai Izzah binti Hasyim Asy’ari, putri dari KH. Hasyim Asy’ari. Namun, pernikahan ini tidak berlangsung lama. Setelah perceraian, ia kembali ke Rejoso dan menikah dengan Nyai Maisaroh dari Desa Besuk, Jombang. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua putra: Ishomuddin Romly dan Musta’in Romly. Sayangnya, Ishomuddin wafat di usia muda. Musta’in Romly kemudian menjadi penerus ayahnya dalam mengembangkan pesantren. Selain itu, Romly juga menikah dengan Nyai Khodijah dan dikaruniai beberapa putra, termasuk Ahmad Rifa’iy Romly, Ahmad Shonhaji Romly, Muhammad Damanhuri Romly, Ahmad Dimyati Romly, dan Ahmad Tamim Romly.
Nasab darah penyusun Istighatsah yakni Kiai Romly Tamim ini menurut sumber yang cukup terpercaya ternyata adalah keturunan salah seorang dari Wali Songo yaitu Sayyid Abdul Qodir Syarif Hidayatulloh Sunan Gunungjati Cirebon. Urutannya adalah sebagai berikut: KH. Muhammad Romly bin Tamim bin Irsyad bin Ahmad, bin Nyi Rohimah binti Sayyid Abdul Mannan, Bujuk Kesambih, Batuampar Madura, bin Nyi Azimah, binti Nyi Dewi Shufiyah (isteri Sayyid Abdurrohman bin Husain Assegaff al- Maghroby) binti Nyi Dewi Haisah, putri Sunan Malaka, isteri Sayyid Abdul Qodir Syarif Hidayatulloh Sunan Gunungjati, Cirebon.
Awal Mula Berdirinya Pesantren Darul Ulum Rejoso
Pada tahun 1939, bersama keponakannya, KH. Dahlan Kholil, Romly mendirikan Pondok Pesantren Darul Ulum di Rejoso, Peterongan, Jombang. Kehadiran adik KH. Dahlan, KH. Ma’sum Kholil, melengkapi kepemimpinan yang dikenal sebagai ‘Tiga Serangkai Kiai Darul Ulum’. Pesantren ini berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Indonesia.
KH. Romly Tamim dikenal sebagai ulama yang alim, sabar, dan wara’. Beliau juga seorang sufi murni dan Mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah menyusun teks wirid istighatsah yang hingga kini sering dibacakan oleh masyarakat Nahdliyin. Selain itu, beliau aktif menulis karya-karya keagamaan yang menjadi rujukan di berbagai pesantren.
Akhir Hayat KH Romly Tamim
Pada 6 April 1958, KH. Romly Tamim wafat di Rejoso. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi komunitas pesantren dan umat Islam Indonesia. Warisan beliau, termasuk Pondok Pesantren Darul Ulum dan karya-karya keilmuannya, terus menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi selanjutnya.
Sebagai ulama yang berpengaruh, KH. Romly Tamim memiliki jaringan luas dengan ulama-ulama besar lainnya, seperti KH. Hasyim Asy’ari dan Syaikhona Kholil Bangkalan. Hubungan ini memperkuat posisi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam dan membangun jaringan pesantren di Indonesia. Dedikasinya dalam pendidikan dan dakwah menjadikan beliau salah satu tokoh sentral dalam perkembangan Islam di Nusantara.
Pondok Pesantren Darul Ulum yang didirikannya kini menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka, dengan ribuan santri yang datang dari berbagai daerah. Pesantren ini menawarkan berbagai program pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dengan tetap mempertahankan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para pendirinya.
Selain itu, wirid istighatsah yang disusun oleh KH. Romly Tamim menjadi amalan rutin di berbagai majelis dan pesantren, menunjukkan betapa dalam pengaruh beliau dalam praktik keagamaan masyarakat Indonesia. Karya-karya tulisnya juga menjadi rujukan penting dalam studi Islam, khususnya dalam bidang tasawuf dan fikih.
Teladan dari KH Romly Tamim
KH. Romly Tamim juga dikenal karena kesederhanaan dan ketawadhuannya. Meskipun memiliki ilmu yang tinggi, beliau selalu rendah hati dan dekat dengan masyarakat. Sifat-sifat inilah yang membuatnya dicintai oleh banyak orang dan dihormati sebagai panutan dalam kehidupan beragama.
Warisan beliau tidak hanya dalam bentuk lembaga pendidikan dan karya tulis, tetapi juga dalam bentuk keteladanan hidup yang menginspirasi banyak orang untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai keislaman. Semangatnya dalam menyebarkan ilmu dan mendidik generasi muda menjadi contoh bagi para pendidik dan ulama masa kini.
Dengan segala kontribusi dan dedikasinya, KH. Romly Tamim layak dikenang sebagai salah satu ulama besar yang telah memberikan sumbangsih signifikan bagi perkembangan Islam di Indonesia. Karya dan ajarannya akan terus hidup dan menjadi cahaya bagi umat dalam meniti jalan kebenaran.