Blog  

Masjid Tertua di Bali, Simbol Keberagaman dan Toleransi

Masjid tertua di Bali
Sumber: detik.com

Bali dikenal sebagai Pulau Dewata dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun, di balik keindahan pura dan tradisi Hindu yang kental, Islam juga memiliki jejak sejarah yang kuat di pulau ini. Masjid-masjid tertua di Bali menjadi bukti nyata adanya komunitas Muslim yang telah lama hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu dalam harmoni dan toleransi. Dua di antaranya yang paling bersejarah adalah Masjid Nurul Huda di Desa Gelgel, Klungkung dan Masjid As-Syuhada di Denpasar.

Masjid Nurul Huda Gelgel

Masjid Nurul Huda terletak di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Masjid ini dianggap sebagai masjid tertua di Bali, didirikan pada abad ke-14. Pendirian masjid ini berkaitan dengan kedatangan 40 prajurit Majapahit yang mengiringi Raja Gelgel, Dalem Ketut Klesir, setelah pertemuan dengan Raja Hayam Wuruk di Majapahit. Para prajurit Muslim ini kemudian menetap di Gelgel dengan izin raja dan mendirikan masjid sebagai pusat ibadah serta penyebaran Islam di Bali.

Arsitektur masjid mencerminkan akulturasi budaya Bali dan Islam. Meskipun telah mengalami beberapa renovasi, mimbar asli masjid tetap dipertahankan. Menara setinggi 17 meter yang berdiri di halaman masjid menambah keunikan bangunan ini. Masjid Nurul Huda tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan bagi komunitas Muslim setempat.

Masjid As-Syuhada Denpasar

Masjid As-Syuhada terletak di Kota Denpasar dan merupakan salah satu masjid tertua di Bali yang berdiri sejak abad ke-17. Masjid ini memiliki sejarah panjang yang berhubungan erat dengan komunitas Muslim Bugis yang datang ke Bali pada masa lampau. Masjid ini menjadi simbol persahabatan antara masyarakat Bali dan suku Bugis, yang telah lama menjalin hubungan perdagangan dan sosial di wilayah ini.

Baca Juga  Maksiat Dapat Mengurangi Kecerdasan

Arsitektur Masjid As-Syuhada menggabungkan unsur tradisional dengan gaya Islam klasik, mencerminkan keberagaman budaya yang telah lama melebur dalam kehidupan masyarakat Bali. Seiring waktu, masjid ini berkembang menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam bagi komunitas Muslim setempat. Hingga kini, Masjid As-Syuhada tetap menjadi tempat penting dalam kehidupan beragama, dengan berbagai kegiatan keislaman seperti pengajian, diskusi keagamaan, dan acara sosial yang mempererat hubungan antarumat beragama di Bali.

Islam dan Toleransi di Bali

Keberadaan masjid-masjid tua ini menunjukkan bahwa Islam telah lama menjadi bagian dari kehidupan sosial di Bali. Komunitas Muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu dalam semangat toleransi yang tinggi. Tradisi gotong royong, saling menghormati perayaan hari besar keagamaan, dan kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan sosial menjadi cerminan nyata dari kerukunan tersebut.

Masjid-masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol keberagaman dan kebersamaan. Mereka mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup rukun dan saling menghormati. Dengan memahami dan menghargai sejarah ini, kita dapat memperkuat nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat multikultural seperti Bali.

 

***

Sumber: diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

Media keislaman by: dawuhguru.co.id

Baca juga: Menelusuri Jejak Wali di Madura