Pulau Madura tidak hanya dikenal dengan tradisi karapan sapi dan keberanian masyarakatnya, tetapi juga sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu ulama besar yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia adalah Syaikhona Kholil Bangkalan. Nama beliau begitu harum, tidak hanya di kalangan santri Madura tetapi juga di seluruh penjuru negeri, karena menjadi guru dari para ulama besar, termasuk pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari.
Peran Besar Syaikhona Kholil dalam Penyebaran Islam
Syaikhona Kholil atau yang bernama lengkap KH. Muhammad Kholil lahir di Bangkalan pada tahun 1820-an. Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan ketekunan luar biasa dalam menuntut ilmu agama. Beliau mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain hingga ke Makkah untuk memperdalam ilmu fiqih, tafsir, hadits, dan tasawuf. Setelah kembali ke tanah air, beliau mendirikan pesantren yang menjadi pusat keilmuan Islam di Madura.
Sebagai seorang kiai yang memiliki keluasan ilmu dan kedalaman spiritual, Syaikhona Kholil terkenal dengan kewaliannya. Banyak kisah karomah yang melekat pada diri beliau, termasuk dalam mendidik santri-santrinya yang kelak menjadi tokoh-tokoh besar. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan dan keberanian dalam menegakkan Islam di Nusantara.
Makam Syaikhona Kholil, Destinasi Ziarah Santri dan Umat Islam
Makam Syaikhona Kholil yang terletak di Martajasah, Bangkalan, Madura, menjadi salah satu destinasi ziarah utama bagi santri dan umat Islam dari berbagai daerah. Setiap harinya, makam ini tidak pernah sepi dari peziarah yang datang untuk berdoa dan mencari berkah. Banyak yang meyakini bahwa keberkahan dari Syaikhona Kholil masih terus mengalir, terutama bagi mereka yang tulus dalam mencari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah.
Di sekitar makam, suasana religius begitu kental. Para peziarah duduk bersimpuh sambil membaca Al-Qur’an dan shalawat, mencerminkan rasa cinta kepada ulama yang telah berjasa dalam dakwah Islam. Kompleks makam ini juga dijaga dengan baik, dan menjadi bagian dari perjalanan spiritual yang mendalam bagi santri dan umat Islam yang datang.
Warisan Keilmuan yang Tetap Hidup
Meskipun Syaikhona Kholil telah wafat pada tahun 1925, warisan keilmuannya tetap hidup hingga kini. Banyak pesantren di Madura dan luar Madura yang masih mengamalkan ajaran dan metode pendidikan beliau. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Sidogiri dan Tebuireng, yang memiliki hubungan keilmuan dengan beliau.
Sebagai seorang guru dari banyak ulama besar, jasa beliau dalam dunia Islam di Indonesia sangat besar. Prinsip keikhlasan dalam mengajar, sikap tawadhu, dan keteguhan dalam beribadah menjadi teladan bagi generasi santri masa kini.
Menjaga Tradisi Ziarah sebagai Bentuk Penghormatan kepada Ulama
Ziarah ke makam ulama seperti Syaikhona Kholil bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang mengingatkan kita pada pentingnya ilmu, ketekunan, dan keteladanan dalam hidup. Bagi santri, mengunjungi makam beliau menjadi momen untuk meneladani semangat mencari ilmu dan menjaga Islam dengan penuh keikhlasan.
Di tengah era modern, nilai-nilai perjuangan dan spiritualitas Syaikhona Kholil tetap relevan. Santri dan umat Islam dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau, bahwa ilmu adalah cahaya yang harus dijaga, dan perjuangan menegakkan Islam harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan keberanian.
***
Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah
Media keislaman by : dawuhguru.co.id
Baca juga: Wisata Religi ala Santri di Yogyakarta
Respon (3)
Komentar ditutup.