Blog  

Kuliner Santri Madura, Dari Nasi Serpang hingga Tajin Sobih

Kuliner Madura
Sumber: google

Madura bukan sekadar pulau dengan tradisi pesantren yang kuat, tetapi juga gudang kuliner unik yang memiliki nilai sejarah dan budaya tersendiri. Di setiap sudut Madura, makanan bukan hanya sekadar santapan, melainkan juga bagian dari perjalanan hidup masyarakatnya, termasuk para santri. Dari pagi hingga malam, ada beragam hidangan yang menemani keseharian santri dalam menuntut ilmu, baik sebagai bekal energi maupun simbol keberkahan. Beberapa di antaranya bahkan memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai pesantren, seperti kesederhanaan, kebersamaan, dan keberkahan dalam setiap rezeki yang dikonsumsi. Berikut beberapa kuliner khas Madura yang akrab dengan kehidupan santri dan memiliki kisah menarik di baliknya.

  1. Nasi Serpang: Sarapan Pagi yang Kaya Rasa

Bagi santri di Bangkalan, Nasi Serpang adalah salah satu pilihan sarapan yang banyak digemari. Kuliner ini terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan aneka lauk seperti sambal terasi, daging suwir, telur asin, serundeng, dan berbagai macam olahan seafood. Keistimewaan Nasi Serpang terletak pada kombinasi rasa pedas, gurih, dan manis yang berpadu sempurna dalam satu suapan.

Santri di Madura sering mengonsumsi Nasi Serpang di pagi hari sebelum berangkat mengaji. Kandungan gizinya yang lengkap memberikan energi bagi mereka untuk menjalani hari yang penuh dengan kegiatan, mulai dari belajar kitab kuning hingga mengikuti kajian malam.

  1. Tajin Sobih: Takjil Manis yang Menghangatkan

Tajin Sobih adalah bubur khas Madura yang sering dijadikan hidangan takjil saat berbuka puasa di pesantren-pesantren Madura. Bubur ini terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan, lalu disiram dengan kuah gula merah yang kental. Teksturnya lembut dengan rasa manis yang khas.

Di kalangan santri, Tajin Sobih sering dikaitkan dengan filosofi kesederhanaan dan keberkahan. Makanan ini mudah dibuat, murah, tetapi tetap lezat dan mengenyangkan. Oleh karena itu, banyak pesantren di Madura yang membagikan Tajin Sobih kepada santri dan masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah, terutama saat bulan Ramadan.

  1. Lorjuk: Camilan dan Lauk Favorit Santri

Lorjuk adalah sejenis kerang kecil yang menjadi salah satu hasil laut khas Madura. Santri biasanya mengonsumsi Lorjuk dalam berbagai bentuk, seperti keripik lorjuk atau lorjuk goreng yang dicampur dengan nasi jagung. Rasanya yang gurih membuatnya menjadi lauk favorit yang sederhana namun kaya akan protein.

Baca Juga  Teks Resolusi Jihad 22 Oktober 1945

Selain itu, Lorjuk juga sering dijadikan oleh-oleh oleh santri yang pulang ke kampung halaman. Makanan ini menjadi simbol bahwa meskipun hidup santri sederhana, mereka tetap bisa menikmati hasil bumi dan laut yang berkah.

  1. Nasi Jagung dengan Iwak Peyek: Sederhana tapi Menggugah Selera

Di pesantren-pesantren Madura, makanan berbasis jagung cukup populer karena lebih terjangkau dan mengenyangkan. Salah satu menu yang sering dikonsumsi santri adalah Nasi Jagung dan Iwak Peyek. Nasi jagung, yang dibuat dari campuran beras dan jagung pipil, memberikan rasa gurih dan tekstur yang unik.

Sebagai lauknya, santri biasanya menyantapnya dengan iwak peyek, yaitu peyek yang dibuat dari teri kecil atau remahan ikan asin. Meski sederhana, perpaduan rasa nasi jagung yang gurih dengan kriuknya iwak peyek membuat makanan ini sangat digemari. Tak jarang, santri menambahkan sambal sederhana dari cabai dan garam untuk menambah cita rasa.

Di balik kesederhanaannya, makanan ini memiliki filosofi mendalam. Nasi jagung melambangkan ketahanan dan kesederhanaan hidup, sementara iwak peyek mencerminkan sikap qana’ah (merasa cukup) yang diajarkan di pesantren. Meski tidak mewah, makanan ini tetap bisa dinikmati dengan penuh rasa syukur dan kebersamaan.

  1. Bubur Jeding: Sajian Hangat untuk Santri di Pagi Hari

Di kalangan santri Madura, makanan sederhana yang mengenyangkan selalu menjadi pilihan utama, terutama saat pagi hari sebelum memulai aktivitas mengaji dan belajar. Salah satu yang cukup populer adalah Bubur Jeding, bubur khas Madura yang dibuat dari beras dengan tekstur lebih padat dibandingkan bubur pada umumnya.

Bubur ini biasanya dimasak dengan santan tipis dan diberi sedikit garam, lalu disajikan dengan lauk sederhana seperti ikan asin, tempe goreng, atau bahkan hanya kerupuk. Dinamakan Bubur Jeding karena dalam tradisi pesantren, makanan ini sering dimasak dalam jumlah besar dalam wadah besar (jeding) untuk disantap bersama oleh para santri.

Baca Juga  Teks Full Arab Maulid Diba Terlengkap

Kesederhanaan bubur ini mencerminkan nilai-nilai pesantren yang menanamkan rasa kebersamaan dan kesyukuran. Santri terbiasa menikmati makanan tanpa berlebihan, dan Bubur Jeding menjadi simbol kesederhanaan yang tetap mengenyangkan serta memberi energi untuk beraktivitas sepanjang hari.

Kuliner dan Kebudayaan Santri

Kuliner khas Madura bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari tradisi yang terus hidup dalam kehidupan pesantren. Setiap makanan memiliki cerita dan filosofi tersendiri yang mengajarkan kesederhanaan, kebersamaan, dan keberkahan. Bagi santri, makanan bukan hanya tentang mengenyangkan perut, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan spiritual mereka dalam menuntut ilmu.

Bagi siapa saja yang berkunjung ke Madura, mencicipi makanan-makanan ini akan memberikan pengalaman kuliner yang kaya rasa dan makna. Dan bagi para santri, kuliner ini adalah bagian dari kehidupan yang tak tergantikan, yang selalu membawa kenangan tentang hari-hari penuh keberkahan di pesantren.

 

***

Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

Media keislaman by : dawuhguru.co.id

Baca juga: Menelusuri jejak wali di Madura