Opini  

Kasyafnya Seorang Kyai Perihal Akan Merdekanya Bumi Pertiwi


Notice: Trying to get property 'post_excerpt' of non-object in /home/dawuhgur/domains/dawuhguru.co.id/public_html/wp-content/themes/wpberita/template-parts/content-single.php on line 98

Oleh: Ahmad Hidhir Adib

Weruh sedurunge winarah adalah Salah 1 di antara sekian Maziyyah yang dimiliki para Suyukh wa al-kuyuh Nusantara. di samping Ngalim dalam segala disiplin keagamaan, Para Kyai juga punya kemampuan di luar nalar. Mayoritas para kyai punya, sebab Medan dakwah itu sangat menuntut untuk memilikinya. masyarakat awam lebih tertarik pada diskursus karamah dari pada Disiplin ilmu keagamaan semacam Ubudiyyah, munakahah, jinayah dan lain-lain. Weruh sedurunge winarah adalah mengetahui perkara yang akan terjadi. Dan dalam euforia kemerdekaan ini, tulisan ini menampilkan cerita langka yang punya korelasi dengan Karamah, yang membuktikan bahwa para Kyai itu punya saham yang teramat besar pada Republik ini. Kisah ini bersumber dari Syaikhina Al-mausu’i KH Bahauddin NS Al-hafidz (https://youtu.be/IcGVlbqkPfQ), beliau mendengar kisah ini langsung dari Rais Aam PBNU, Mbah yai Ahmad Siddiq Jember. Dan Mbah yai itu dapat Kisah ini dari Seorang kyai yang sanadnya itu sambung Pada Hadariatus syekh Ar-rais Al-akbar. Sayangnya Nama kyai yang memprediksi peristiwa ini itu tidak diketahui (Anonim), tapi Transmisi nya itu sambung Pada Hadariotus syekh, Jadi Kans untuk keabsahan kisah ini tidak perlu diragukan.

Pra merdekanya Indonesia, Tepatnya ketika dijajah Jepang, Ada seorang kyai yang bermimpi dibacakan surat Rum ayat 2-4, Maka beliau menerjemahkan mimpinya bahwasanya Indonesia Itu akan merdeka. Syahdan beliau itu digojlok oleh Kyai lainnya, sebab ujarannya itu terlalu mengada-ngada (bukan pesimis, tapi realistis). Belanda yang Menjajah Indonesia selama Ratusan tahun saja belum henti (Limitasi tahunnya belum diketahui secara pasti, terjadi Khilaf), apalagi bertambah dengan adanya Jepang, yang meskipun relatif pendek ekspansinya, tapi Nusantara dibuat tuntas olehnya. Maka dari itu, muncul lah stigma bahwasanya Nusantara sulit untuk merdeka, Meskipun demikian, Kyai A tetap berkeyakinan jikalau Indonesia itu akan merdeka, dan Kyai B pun meski begitu, beliau mepercayai apa yang diujarkan Kyai A, karena yang mengucapkan Itu kyai, dan besar kemungkinan jikalau mimpinya itu Ru’ya as-sodiqin. Syahdan ujarannya itu terbukti pada Tahun 1945, Indonesia Merdeka, bahkan dengan tanpa susah payah melawan Jepang. Rasionalitasnya begini, Beliau itu mengilhaq-kan Atau menerjemahkan ayat di mimpi itu pada konteks Indonesia. jika dulu Romawi kalah atas Persia, Maka Romawi itu juga akan menang melawan Persia. Syahdan saja, yang demikian itu terjadi, dan Umat islam pun (yang tak ikut berperang) bersenang hati (sebab Klan yang percaya pada tuhan itu menang, Surat Rum Ayat 4), Dan dalam konteks Indonesia, Pribumi tidak perlu susah payah melawan Jepang, Ternyata Jepang dengan sendirinya menarik diri dari Bumi Pertiwi, sebab dua kota pentingnya (Hiroshima dan Nagasaki) itu dibom oleh sekutu. Maka setelah terjadinya apa yang Kyai A prediksikan, Kyai B sowan, dan beliau itu mengakuinya jikalau Beliau itu adalah Wali Ngalim yang punya Karamah Weruh sedurunge Winarah. 

Puji Syukur Kepada Allah Azza wa jalla, atas segala rahmatnya Bumi pertiwi ini Bersih dari Penjajahan. Maka bagi penerus bangsa, mohon djaga Kedaulatan Republik ini. Dawuhnya Romo yai Muzakki (Direktur PMA UIN Maliki Malang) dalam Upacara Dirgahayu Indonesia ke 76 di UIN Malang (17/8/2021), jangan sekali-kali mengkhianati perjuangan para pahlawan dan Syuhada, Mereka telah bersusah payah untuk mengusir Penjajah, sedangkan Para penerus bangsa malah dengan Welcome nya dengan segala bentuk Penjajahan. Mari kita stabilkan negeri ini, sebab pada hakikatnya ketika menjaga negara, Agama itu juga kena imbasnya. Lihat saja, Ketika negeri aman, maka segala aktifitas itu bisa tentram. Di Indonesia, Semua masih bisa ibadah dan belajar dengan tenang. Kepada para penerus bangsa, pertahankan warisan leluhurmu. Jangan mau dijebak oleh frase agama, semisal pancasila atau al-qur’an, demokrasi itu toghut, khilafah adalah satu-satunya solusi problematika umat. Pancasila itu Sesuai dengan nilai al-qur’an, lihat saja tidak ada 1 sila pun yang kontra dengan Isinya al-qur’an. Khilafah itu bukan bagian dari syariat islam, sistem pemerintahan itu disesuaikan dengan Negaranya masing-masing. Negara diperkenankan untuk memilih sistem apa saja, yang penting maslahat. Maka dari itu, Mari kita saling membahu untuk mengantarkan Indonesia menuju baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

Baca Juga  Santri, Ulama, dan Tradisi Membaca

Sebagai Closing statement, Kiranya Perlu diingat kembali  dawuhnya Sayyidina Umar r.a. terkait pentingnya nasionalisme, beliau berujar

لولا حب الوطن لخرب بلد السوء، فبحب الأوطان عمرت البلدان

Yang artinya ; “Tanpa nasionalisme, niscaya negeri yang terpuruk itu akan hancur, dan sebaliknya, dengan nasionalisme, negeri-negeri termakmurkan”, Maka Sungguh tepatlah apa yang Didawuhkan oleh Hadariatus syekh ar-rais al-akbar,

حب الوطن من الإيمان

Nasionalisme adalah bagian dari iman, sebab bagaimana mau beribadah dengan tenang jika terjadi perang. Maka jagalah Negara, niscaya kau akan Merasakan khidmat dalam beragama, segala bentuk aktifitasmu pun akan terjamin pula. Tak butuh dalil untuk mencintai NKRI, Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 76, semoga segera menjadi baldatun yang tayyibatun wa rabbun ghafur. Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

*Ahmad Hidhir Adib (Mahasantri Ma’had Al-jami’ah Al-aly UIN malang)

Tinggalkan Balasan