Biografi Lengkap K.H. Muhibbi Hamzawi Beserta Ajarannya

K.H. Muhibbi Hamzawi adalah sosok Kiai yang penuh dengan keseder­hanaan, bersahaja dan selalu disiplin dalam segala hal. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Muhibbi Hamzawi lahir di desa Kajen, Margoyoso, Pati pada tanggal 2 Februari 1938 dari pasangan Hamzawi dan ibu Fathimah Sukarti. Beliau adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara beliau yakni Hj. Musti’ah Djayusman dan Hj. Musyarofah Mundir.

K.H. Muhibbi Hamzawi lahir pada masa-masa kritis sebelum kemerde­kaan bangsa Indonesia dimana pada saat itu banyak tokoh masyarakat yang diburu penjajah. Beruntung orang tuanya tidak menjadi target para penjajah karena kehati-hatiannya dalam bersikap. Hal itu tentu sangat menguntungkan karena dengan begitu ayahnya bisa dengan leluasa menggantikan kiprah-kiprah para tokoh yang ditangkap oleh penjajah. Ayah beliau Mbah Hamzawi berasal dari keluarga yang sangat disegani oleh masyarakat meskipun sebenarnya beliau hanya orang biasa yang berprofesi sebagai pedagang kayu.

Perjalanan Intelektual dan Karya

Sejak kecil K.H. Muhibbi Hamzawi sangat rajin dan gigih dalam menuntut ilmu. Rasa haus akan ilmu membuat beliau tidak merasa cukup untuk menuntut ilmu di satu tempat. Beliau selalu berpindah-pindah tempat dalam menuntut ilmu meskipun membutuhkan perjalanan yang sangat sulit dan materi yang tak sedikit. Walaupun orang tuanya kurang mampu namun tekad beliau untuk terus melanjutkan menuntut ilmu begitu kuat. Beruntung bagi beliau terdapat beberapa kerabat yang mau membantunya untuk mengejar cita-citanya tersebut. Bersama K.H. Sahal Mahfudh, K.H. Moh. Ma’mun Muzayyin beliau menuntut ilmu di Pesantren Sarang Rembang kepada K.H. Zubair. Karena K.H. Muhibbi Hamzawi selalu ingin menambah wawasan pengetahuannya, beliau sampai mencari guru-guru lain di tempat lain pula. Beliau bahkan pernah berjalan kaki setiap hari untuk berguru di daerah terpencil yang jauh dari pesantren Sarang sekedar untuk mempelajari kitab yang dirasa sulit untuk dipelajari sendiri. Beliau juga selalu mengikuti pengajian kitab di pesantren-pesantren yang berbeda setiap bulan Ramadhan. Selain itu beliau juga rutin menjalankan tirakat untuk kebaikan, kemudahan, dan keberkahan hidup.

Berkat kegigihannya itu, K.H. Muhibbi Hamzawi mahir dalam berbagai ilmu keagamaan terutama ilmu falak, ilmu faroidl, dan ilmu alat lainnya. Berbagai ilmu yang telah diperolehnya itu mendorong beliau untuk menulis kitab. Lebih dari 25 kitab telah beliau tulis dan kebanyakan berupa nadhaman. Kepiawaiannya dalam membuat nadham (syair-syair arab) memudahkan beliau mensyairkan ilmu-ilmu agar lebih mudah untuk dipelajari. Kitab-kitab karangan beliau diantarannya

Baca Juga  Hajjah Rangkayo Rasuna Said: Pejuang Politik Penentang Poligami

•     Ad-Durrotu Al-Tsaminah fi Ilmi Al-Faroidl

•     Fathu Dzil Qudrotil Matinah Syarhud Durroha

•     Ta’liqatun Wijaazun Adduroh

•     Qurrotul Aini fil Ma’rifatil Ijtima’ wal Kusufain

•     Lu’luatu al Zuhur fil Ma’rifatil Mantiq

•     Khiyarotush Shiyaghoh fi Ilmi Balaghoh

•     Mishakus Shagha Syarhul Khiyaroh

•     Minhatul Wahhab Syarful Kifayatit Tullab fi Qowaaidli Fiqhi

•     Mu’jam Nahwi

•     Tsamratul Hajain fi Huquqiz Zaujain

•     ‘Uddatul Muzdawijain fi Tsamrotil Hajain

•     Al-Izzai fi Nadhmil Tashrifil-izzi

•     Audlohut Thuraqaf fi Syarhil Waraqat

•     Rayyanul Harari fi Nadhmil Bajuri Harari

•     Gunyatul Abrari fi Tarjamitis Tsamrah

•     Qiladatul La’aali Limaa Yuraa min Thuruqil La’aali

•     Khoridatul La’aali Syarah Qialdah

•     Al-Munbalijah

•     Dan lain-lain

Selain ahli di bidang ilmu falaq dan ilmu faraidl beliau juga alim dalam ilmu fiqh. Hal itu membuat beliau selalu ta’dhim agar tidak menimbulkan keangkuhan intelektual. Meskipun usianya tidak jauh beda dengan K.H. Sahal Mahfudh dan sudah berteman cukup lama, namun beliau tetap ta’dhim dan menganggap Mbah Sahal sebagai gurunya. Perjalanan intelektualnya ini tidak pernah berhenti pada satu titik dan selalu mem­berikan beliau secercah tekad dan merangkumnya dalam sederet kitab seolah ingin memecahkan misteri ilmu. Hingga menjelang waqfatnya beliau masih menyempatkan diri menggoreskan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Beliau juga tidak pernah berhenti menimba ilmu dan sharing dengan orang lain. Beliau selalu mengingatkan pentingnya sebuah syari’at untuk menekuni tarekat. Sibaiknya orang-orang tidak meninggalkan syari’at agar tidak menyimpang dan tetap dalam jalannya.

Peran di Masyarakat

Dalam kiprahnya di masyarakat beliau lebih sering melebur dengan kalangan masyarakat bawah. Beliau tidak punya keinginan untuk mengikuti sebuah organisasi masyarakat apalagi terlibat dalam aktifitas politik. Beliau hanyalahseorang pegawai negeri sipil di Kantor Urusan Agama (KUA) posisi sebagai kepala KUA. Kehadiran beliau selalu menjadi penengah dan pengayom bagi masyarakat. Kiprahnya dalam masyarakat tidaklah instan, beliau telah mengalami suatu proses yang panjang dari satu tempat ke tempat yang lain. Beliau bertugas selalu berpindah-pindah dari satu kecamatan ke kecamatan yang lain di kabupatem Pati. Seperti kecamatan Jaken, Dukuhseti, Gunung Wungkal dan berakhir di Margoyoso. Dalam menjalankan tugas beliau juga tidak lupa untuk selalu memberikan pencerahan dan pelajaran tentang ilmu-ilmu agama.

Baca Juga  Karya Fenomenal Datu Muhammad Syarwani Abdan yang Tak Banyak Orang Tahu

Kedewasaan sikapnya mulai terlihat jelas setelah beliau pulang dari ibadah haji pada tahun 1986. Beliau selalu bersabar dan mengajak untuk membangun ketegaran dalam menghadapi setiap permasalahan. Beliau lebih tekun menorehkan berbagai keilmuannya dengan menyusun kitab-kitab. Beliau selalu menjaga amanat dari K.H. Baidlowi Sirodj (Mertua beliau) untuk ikut membantu mengajar bagi keberlangsungan pendidikan di Madrasah Salafiyah. Setelah beliau pensiun dari KUA beliau berkonsen­trasi penuh untuk mengembangkan pendidikan di Madrasah Salafiyah.

Perhatiannya yang begitu tinggi pada generasi mendatang menjadikan beliau sebagai sosok yang begitu amat mengayomi dan menuntun murid-muridnya. Karena banyaknya tuntutan dari para kerabat, kolega dan para santrinya akhirnya beliau mendirikan sebuah pesantren di Kajen. Tepatnya pada tahun 1998 K.H. Muhibbi Hamzawi mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Riyadlul Ma’la Al-Amin (RIMA). Pesantren ini bergerak di bidang sosial kemasyarakatan serta sebagai saran untuk mendukung pengajaran di Madrasah Salafiyah. Berdirinya pesantren in tak lepas dari bantuan para kolega yang selalu mendukung beliau untuk terus melanjutkan misi mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.

Berdirinya pesantren Riyadlul Ma’la Al-Amin menjadikan K.H. Muhibbi Hamzawi bisa lebih berkonsentrasi lagi dalam mengajarkan kitab-kitab kuning. Meskipun dalam perjalanannya pesantren ini memiliki banyak kendala, namun beliau tak pernah menyerah untuk berjuang demi kebaikan masyarakaT dan generasi mendatang dalam wadah Tholabul ‘Ilmi.Beliau sempat mengalami kehilangan semangat ketika anak bungsunya Ahmad Khoirul Muntaha lebih dulu dipanggil oleh Sang Khaliq pada 04 juli 2001. Namun pada akhirnya dengan penuh keikhlasan dan keridloan beliau bisa merelakan kepergian putra bungsunya dan kembali melanjutkan perjuangan untuk meneruskan cita-cita luhur. Beliau juga tidak terlalu memikirkan siapa nantinya yang akan meneruskan perjuangan beliau. Karena beliau meyakini jika suatu kebaikan dan kemanfaatan dilakukan dengan ikhlas maka akan terus berlangsung dengan izin serta kehendak-Nya.

Menikah

Peran serta kiprahnya di masyarakat telah membentuk sebuah karakter yang tegas, gigih, optimis dan terbuka. Peneguhannya sebagai sosok yang berkarakter dengan berbagai kemampuannya tersebut ternyata menarik perhatian K.H. Baidlowi Sirodj (pendiri Madrasah Salafiyah Kajen) untuk menjadikannya menantu dan dinikahkan dengan putri bungsunya Hj. Nihayah. Tepat pada tanggal 15 September 1967 K.H. Muhibbi Hamzawi mempersunting Hj. Nihayah binti K.H. Baidlowi Sirodj. Dari pernikahan tersebut K.H. Muhibbi Hamzawi dikaruniai tujuh anak, yaitu:

Baca Juga  Biografi Lengkap Mbah Sholeh Darat Beserta Ajarannya

•    Nashihatul Fathiyah

•    Qudwatun Niswah

•    Muhammad Amaruddin Shuheb

•    Muhammad Ulil Albab

•    Ahmad Zainul Milal

•    Eva Romdlonah

•    Ahmad Khoirul Muntaha

Semua anak K.H. Muhibbi Hamzawi sudah menikah kecuali yang paling bungsu karena telah berpulang ke rahmatullah saat usianya masih muda. Nashihatul Fathiyah dipersunting oleh Nor Khafid dan sekarang berdomisili di Demak. Qudwatun Niswah dipersunting Ahmad Kholil dan berdomisili di Gadudero Sukolilo Pati, Muhammad Amaruddin Shuheb mempersunting Nur Laila Hasun dan menetap di Cokro Magelang tepatny di Pondok Pesantren Rahmatullah, Muhammad Ulil Albab mempersunting Isma Rodliyati dari Sukolilo Pati dan menetap di Kajen meneruskan menjadi pemangku pesantren ayahnya, Ahmad Zainul Milal berkiprah bersama istrinya Siti Fatimah dan menetap di Bogor, Sedangkan Eva Romdlonah dipersunting Syaifuddin dan tinggal di Pesagi Kajen Pati.

Wafat

K.H. Muhibbi Hamzawi adalah sosok yang selalu bersyukur atas segala karunia Allah yang begitu besar terhadap keluarga dan perjuangannya. Dengan penuh kesabaran pula beliau selalu menuntundan mengajarkan ilmunya kepada anak-anak dan para santrinya. Namun semua orang harus merelakan ketika pada tahun 2005 K.H. Muhibbi Hamzawi harus berpulang ke Rahmatullah. Beliau menghembuskan nafas terakhir tepatnya pada hari Kamis Wage 03 Maret 2005 atau 21 Muharram 1426 dalam keadaan berbaring miring menghadap kiblat dengan tenang dan damai.

K.H. Muhibbi Hamzawi memang bukanlah sosok Kiai yang sangat terkenal, namun dengan kesederhanaan dan kebersahajaannya, K.H. Muhibbi Hamzawi senantiasa menjadi teladan bagi keluarga, kerabat dan para santri-santrinya. Beliau selalu mengarahkan dan mengajarkan bagaimana cara mengambil sikap dan mengambil keputusan. Barangkali karena kegigihan dan kesederhanaan beliaulah sehingga sosoknya selalu membekas dalam ingatan keluarga, saudara dan para santrinya. Beliau adalah figur inspirasi bagi keluarga dan para santrinya untuk tetap melanjutkan perjuangan di jalan Allah. (*)