Blog  

Wanita dan Perasaan: Kasih Sayang adalah Bahasanya

Wanita dan Perasaan
Sumber: google

Wanita adalah seni yang diciptakan dengan kelembutan hati, dirangkai dengan perasaan, dan dihiasi dengan kasih sayang. Sehebat apa pun seorang wanita, di dalam dirinya selalu bersemayam kebutuhan untuk dicintai, diperhatikan, dan dihargai. Bukan karena lemah, tetapi karena begitulah fitrahnya. Allah menciptakan perempuan sebagai sumber ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi dunia di sekelilingnya.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21). Ayat ini menegaskan bahwa kasih sayang bukan hanya sekadar emosi, tetapi sebuah sistem yang dirancang oleh Allah untuk menciptakan ketenangan dalam jiwa. Seorang wanita, sejauh mana pun ia melangkah, tetaplah ingin disayangi karena kasih sayang adalah bahasanya. Ini bukan tentang kelemahan, melainkan tentang keunikan. Wanita bukan untuk diluruskan dengan paksa, tetapi untuk dipahami dan dijaga dengan kelembutan.

Para ulama juga banyak berbicara tentang keindahan hati seorang wanita. Imam Syafi’i pernah berkata: “Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik kepada wanitanya.” Ucapan ini sederhana tetapi dalam, menunjukkan bahwa ukuran kemuliaan seorang pria bukan hanya dari kekuatan atau kepintarannya, melainkan dari caranya memperlakukan perempuan.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menulis: “Hati seorang wanita adalah taman yang harus dirawat dengan kasih sayang, karena jika ia tumbuh dengan keindahan, maka ia akan memancarkan cinta dan ketulusan dalam keluarganya.” Wanita yang bahagia akan menjadi sumber ketenangan, dan sebaliknya, wanita yang tersakiti bisa menjadi badai dalam kehidupan.

Baca Juga  Lirik Lagu Juragan Empang Gus Azmi

Ibnu Athaillah As-Sakandari juga berkata: “Cinta yang tulus adalah yang menguatkan, bukan yang melemahkan. Wanita yang dicintai dengan tulus akan menjadi lebih kuat, bukan semakin rapuh.” Artinya, kasih sayang yang diberikan kepada seorang wanita bukan sekadar formalitas, tetapi harus menjadi energi yang membuatnya semakin kokoh dalam menjalani hidup.

Dari semua dalil dan pandangan ulama, satu hal yang dapat dapat diambil, bahwa, wanita adalah makhluk yang penuh kasih dan selalu ingin dicintai. Namun, bukan berarti mereka lemah atau terlalu mengandalkan perasaan. Justru, perasaan mereka adalah kekuatan yang mampu melahirkan kedamaian dan ketulusan dalam kehidupan. Memahami dan menghargai perasaan seorang wanita bukan sekadar bentuk kebaikan, tetapi juga cerminan dari kematangan jiwa.

Sebagai generasi muda, kita harus memahami bahwa menghormati dan mencintai wanita bukan hanya tentang hubungan romantis, tetapi tentang bagaimana kita memperlakukan ibu kita, saudara perempuan kita, teman kita, dan semua perempuan di sekitar kita. Dengan memahami bahasa kasih sayang mereka, kita bisa menciptakan dunia yang lebih lembut, lebih hangat, dan lebih bermakna.

 

Penulis: Fikri Alfadani

***

Sumber: diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah

Media Keislaman by: dawuhguru.co.id

Baca juga: Santri Laptop: Ketika Ilmu Agama Bertemu dengan Teknologi Digital