Silsilah Keluarga KHR Ahmad Azaim Ibrahimy

Silsilah Keluarga KHR Ahmad Azaim Ibrahimy
sumber : google

KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy : Ulama kharismatik Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo

KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy, lahir pada 25 Januari 1980 di Desa Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, adalah ulama kharismatik yang saat ini mengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Beliau merupakan putra dari KH. Dhofier Munawar dan Nyai Hj. Zainiyah As’ad, yang merupakan putri pertama dari KH. R. As’ad Syamsul Arifin, pendiri pesantren tersebut. Dengan demikian, KH. Azaim adalah cucu langsung dari KH. As’ad Syamsul Arifin.

Sejak kecil, KH. Azaim dikenal sebagai anak yang aktif dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Beliau memulai pendidikan formalnya di SD Ibrahimy Sukorejo dan lulus pada tahun 1992. Setelah itu, beliau melanjutkan ke SMP Ibrahimy Sukorejo. Namun, merasa kurang nyaman dengan perlakuan istimewa dari para guru karena status keluarganya, beliau memutuskan untuk pindah ke SMP Nurul Jadid Paiton pada tahun 1994 dan menyelesaikan pendidikan menengahnya di sana pada tahun 1995.

Setelah lulus SMP, KH. Azaim melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Khusus (MAK) Nurul Jadid Paiton hingga tahun 1998. Beliau kemudian melanjutkan pengembaraan ilmunya ke beberapa pesantren terkemuka di Indonesia, antara lain:

  • Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari pada tahun 1998-1999.
  • Pondok Pesantren Al-Ishlah Kampung Saditon Lasem.
  • Pesantren Sidogiri Pasuruan.
  • Pesantren Siwalan Sidoarjo.
  • Pesantren Nurul Haromain Pujon, Malang.

Pada tahun 2003, KH. Azaim melanjutkan studinya ke Mekkah dan berguru kepada ulama besar seperti Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Makki dan Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad Alawi. Pengalaman belajar di Mekkah memberikan pengaruh besar pada pemikiran dan pandangan keagamaannya.

Setelah kembali ke Indonesia, KH. Azaim aktif mengajar dan mengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Beliau dikenal sebagai ulama yang tawadhu dan sederhana, serta memiliki kedekatan dengan masyarakat. Selain itu, beliau juga sering diundang untuk memberikan ceramah di berbagai daerah, menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran.

Baca Juga  Nama Putra-putri KH Abdullah Kafabihi Mahrus

Silsilah Keluarga KHR Azaim Ibrahimy

Dalam kehidupan pribadinya, KH. Azaim menikah dengan Ning Sari, sesuai dengan wasiat dari kakaknya, Nyai Hj. Makkiyah As’ad. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai beberapa anak yang juga dididik dengan nilai-nilai keislaman yang kuat. Keluarga ini dikenal sebagai keluarga yang sederhana dan dekat dengan masyarakat.

Silsilah keluarga KH. Azaim menunjukkan bahwa beliau berasal dari garis keturunan ulama besar. Kakeknya, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, adalah pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo dan merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Ayahnya, KH. Dhofier Munawar, juga dikenal sebagai ulama yang berpengaruh dan berperan dalam pengembangan pesantren tersebut.

Dengan latar belakang keluarga yang kuat dalam tradisi keilmuan Islam, ditambah dengan pendidikan dan pengalaman yang luas, KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy telah menjadi sosok ulama yang dihormati dan berpengaruh di Indonesia. Dedikasinya dalam pendidikan, dakwah, dan pengembangan masyarakat menjadikannya panutan bagi banyak orang.

Kiai Azaim Sukorejo Ceritakan Hikmah Membaca Ratibul Haddad

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ach Azaim Ibrahimy menjelaskan, bahwa setiap orang yang membaca Ratibul Haddad akan mendapatkan banyak hikmah.

Hikmah-hikmah tersebut disampaikan oleh Kiai Azaim dari sejumlah cerita terkait orang yang membaca Ratibul Haddad. Salah satunya ialah karomah KHR As’ad Syamsul Arifin dalam sebuah peristiwa yang terjadi di Karahan, Jember dulu.

Diceritakan bahwa, saat perebutan markas tentara Jepang, semalam sebelum penyerangan Kiai As’ad melakukan riyadlah pembacaan Ratibul Haddad mulai setelah Isya’ hingga menjelang Subuh. Dan keesokan harinya pun terjadi hal dahsyat yang luar biasa.

“Yakni saat penyerangan dilakukan, Kiai As’ad menggebrak meja yang ada di markas tentara Jepang hingga retak dan hancur. Padahal meja tersebut terbuat dari kayu jati setebal 5 senti meter,” kisah Kiai Azaim.

Baca Juga  Biografi Lengkap Syaikh Abdul Ghani Beserta Ajarannya

Berdasarkan hikmah tersebut, kiai muda yang juga cucu Kiai As’ad tersebut mengingatkan, agar istiqamah membaca Ratibul Haddad.