Silsilah Keluarga KH Faqih Muntaha – yang akrab disapa Abah Faqih, lahir pada 3 Maret 1955 di Kalibeber, Wonosobo. Beliau adalah putra sulung dari pasangan KH. Muntaha Al-Hafizh dan Nyai Hj. Maiyan Jariyah. Sebagai anak pertama, Abah Faqih tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai keislaman dan tradisi pesantren.
Silsilah Keluarga KH. Faqih Muntaha
Ayah beliau, KH. Muntaha Al-Hafizh, dikenal sebagai ulama terkemuka dan pendiri Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo. Dedikasi KH. Muntaha dalam mengembangkan pendidikan Islam memberikan pengaruh besar pada perkembangan keilmuan di wilayah tersebut. Sementara itu, ibunya, Nyai Hj. Maiyan Jariyah, dikenal sebagai sosok yang lembut dan berperan penting dalam mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai moral dan spiritual.
Pernikahan dan Keturunan
Abah Faqih menikah dengan Shofiah, seorang santri dari Kalibeber yang merupakan putri dari KH. Abdul Qodir Cilongok Banyumas. Pernikahan ini menambah erat hubungan antara keluarga ulama dan memperluas jaringan keilmuan serta dakwah Islam. Dari pernikahan tersebut, Abah Faqih dan Nyai Shofiah dikaruniai enam orang anak, yaitu:
- H. Abdurrohman Al-Asy’ari, Alh, S.H.I
- H. Khairullah Al-Mujtaba, Alh
- H. Muhammadun Al-Mahalli, Alh
- H. Ahmadun Al-Ma’arif, Alh
- H. Abdulloh Al-Munthaha, Alh
- Hj. Mufidah Al-Maemunah, Alh
Keenam anak tersebut dibesarkan dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan pendidikan. Mereka melanjutkan tradisi keluarga dalam mengabdi kepada agama dan masyarakat.
Pendidikan dan Pengasuhan Pesantren
Abah Faqih memulai pendidikan formalnya di MI Muhammadiyah, kemudian melanjutkan ke SMP dan STM di Wonosobo. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, beliau memperdalam ilmu agama dengan menimba ilmu di berbagai pesantren ternama. Beliau belajar di Pesantren Tremas Pacitan di bawah asuhan KH. Habib Dimyati, kemudian melanjutkan ke Pesantren Krapyak Yogyakarta yang diasuh oleh KH. Ali Maksum, serta Pesantren Buaran Pekalongan di bawah bimbingan KH. Syafii. Selain itu, Abah Faqih juga menuntut ilmu kepada KH. Dimyati Kaliwiro Wonosobo.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Abah Faqih kembali ke Kalibeber dan mengambil peran sebagai pengasuh di Pesantren Al-Asy’ariyah, yang didirikan oleh ayahnya. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini mengalami perkembangan signifikan, baik dalam jumlah santri maupun kualitas pendidikan yang ditawarkan. Beliau juga aktif mengajar dan membimbing para santri dalam berbagai disiplin ilmu keislaman.
Kontribusi dan Jasa
Selain mengasuh pesantren, Abah Faqih juga terlibat dalam berbagai kegiatan dakwah dan sosial. Beliau sering diundang untuk memberikan ceramah dan pengajian di berbagai daerah, menyebarkan ajaran Islam dan memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dedikasinya dalam dunia pendidikan dan dakwah menjadikannya sosok panutan bagi banyak orang.
Abah Faqih juga dikenal sebagai penulis produktif yang menghasilkan berbagai karya tulis dalam bidang keislaman. Karya-karyanya menjadi rujukan bagi para santri dan masyarakat luas dalam memahami ajaran Islam secara mendalam. Melalui tulisan-tulisannya, beliau berusaha menjawab berbagai persoalan kontemporer dengan pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Wafat dan Warisan
KH. Faqih Muntaha wafat pada hari Jumat 20 Mei 2016 sekitar pukul 19.00 wafat dalam usia 61 tahun. Beliau meninggal dunia karena menderita penyakit komplikasi sakit jantung di Rumah Sakit Islam Wonosobo.
Warisan beliau dalam bentuk pendidikan, karya tulis, dan keteladanan hidup terus memberikan pengaruh positif bagi generasi selanjutnya. Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber yang diasuhnya tetap menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan Muslim.
Kesimpulan
Silsilah keluarga KH. Faqih Muntaha mencerminkan tradisi keilmuan dan dedikasi terhadap pengembangan pendidikan Islam. Sebagai putra dari KH. Muntaha Al-Hafizh, beliau melanjutkan perjuangan dalam menyebarkan ajaran Islam dan mendidik generasi muda. Pernikahannya dengan Nyai Shofiah dan kehadiran enam anak yang berkomitmen dalam dunia keislaman menunjukkan kesinambungan tradisi keluarga dalam mengabdi kepada agama dan masyarakat.
Melalui peranannya sebagai pengasuh pesantren, pendidik, dan penulis, Abah Faqih memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Keteladanan hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Warisan beliau akan terus dikenang dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.
***
Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah
media keislaman by : dawuhguru.co.id
baca juga : Silsilah Keluarga KH. Nurul Huda Djazuli