Quote Sujiwo Tejo tentang Makna Sembahyang dalam Kehidupan

Quote Sujiwo Tejo
sumber : Seniman NU

“Intinya bagaimana sembahyang itu bisa mendorong seluruh hatimu untuk menolong orang lain. Itulah inti pergi ke masjid, gereja, wihara, kuil dan sebagainya.”

Sujiwo Tejo

Makna Sembahyang dalam Kehidupan: Dorongan untuk Menolong Sesama

Di balik ritual-ritual keagamaan yang kita jalani, ada makna yang lebih dalam yang terkadang terlupakan. Sebuah kutipan dari Sujiwo Tejo berbunyi, “Intinya bagaimana sembahyang itu bisa mendorong seluruh hatimu untuk menolong orang lain. Itulah inti pergi ke masjid, gereja, wihara, kuil dan sebagainya.” Kutipan ini mengajak kita untuk merenungi esensi sejati dari sembahyang dan bagaimana praktik keagamaan seharusnya memengaruhi sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Sembahyang adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Dalam berbagai agama, sembahyang memiliki bentuk dan tata cara yang berbeda, namun tujuan utamanya tetap sama: berkomunikasi dengan Tuhan, mencari kedamaian batin, dan memperoleh kekuatan spiritual. Namun, sembahyang bukan hanya sekadar ritual yang diulang-ulang tanpa makna. Lebih dari itu, sembahyang adalah sarana untuk memperkuat ikatan batin dengan Tuhan dan mendapatkan inspirasi serta bimbingan dalam menjalani kehidupan.

Ketika kita berbicara tentang sembahyang, kita harus memahami bahwa tujuan utamanya bukanlah untuk diri kita sendiri semata. Sembahyang seharusnya membuka hati kita, membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, dan mendorong kita untuk melakukan tindakan nyata dalam menolong sesama. Melalui sembahyang, kita diajak untuk merenungi betapa pentingnya kasih sayang, kepedulian, dan kebersamaan dalam kehidupan ini. Sembahyang yang sejati adalah yang mampu menggerakkan hati kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih peduli, dan yang lebih siap untuk berbuat baik kepada orang lain.

Dalam setiap agama, ajaran tentang kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama sangat ditekankan. Misalnya, dalam Islam, sholat adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim. Sholat bukan hanya sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, tetapi juga sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik dan menolong sesama. Dalam Kristen, doa dan ibadah di gereja adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan serta memperkuat komitmen untuk hidup dalam kasih dan pelayanan kepada orang lain. Di agama Buddha, meditasi dan sembahyang di wihara bertujuan untuk mencapai kedamaian batin dan kebijaksanaan yang pada gilirannya akan memotivasi seseorang untuk menolong makhluk hidup lainnya. Demikian pula dalam agama Hindu, ritual sembahyang di kuil adalah cara untuk mendapatkan berkah dari para dewa dan dewi serta mendorong diri untuk hidup dengan dharma, yaitu prinsip moral dan etika.

Sembahyang yang sejati bukan hanya tentang melaksanakan ritual keagamaan dengan benar, tetapi juga tentang bagaimana ritual tersebut bisa memengaruhi sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita pergi ke tempat ibadah, kita tidak hanya datang untuk memenuhi kewajiban religius, tetapi juga untuk mengisi hati kita dengan kasih sayang dan kepedulian. Tempat ibadah adalah tempat di mana kita memperbarui komitmen kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, dan yang siap untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kesempatan di mana kita bisa menolong orang lain. Mulai dari hal-hal kecil seperti memberikan senyuman, menyapa dengan ramah, atau membantu orang lain yang sedang kesulitan, hingga hal-hal besar seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial, memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan, atau mengadvokasi hak-hak mereka yang tertindas. Semua tindakan ini, baik besar maupun kecil, adalah manifestasi dari sembahyang yang sejati. Ketika hati kita terdorong untuk menolong orang lain, itulah saat di mana sembahyang kita benar-benar bermakna.

Sembahyang yang sejati juga mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati. Dalam proses mendekatkan diri kepada Tuhan, kita menyadari betapa kecilnya diri kita di hadapan-Nya dan betapa besar kasih sayang yang diberikan kepada kita. Kesadaran ini membuat kita lebih rendah hati dan lebih siap untuk menolong sesama tanpa mengharapkan balasan. Kita belajar untuk memberi dengan tulus, untuk membantu dengan ikhlas, dan untuk berbuat baik semata-mata karena kita merasa tergerak oleh kasih sayang yang telah kita rasakan dalam sembahyang kita.

Di era modern ini, di mana kehidupan sering kali terasa begitu sibuk dan penuh tekanan, penting bagi kita untuk selalu mengingat esensi dari sembahyang. Ketika kita merasakan stres dan kebingungan dalam hidup, sembahyang bisa menjadi sumber kekuatan dan ketenangan. Namun, lebih dari itu, sembahyang juga harus menjadi pengingat bagi kita untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain di sekitar kita. Dengan menolong sesama, kita tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga memperkuat ikatan kemanusiaan yang membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.

Selain itu, sembahyang yang sejati juga mendorong kita untuk selalu bersikap positif dan optimis. Ketika kita membuka hati untuk menolong orang lain, kita juga membuka diri kita terhadap energi positif dan kebaikan. Tindakan menolong orang lain tidak hanya membawa kebahagiaan bagi mereka yang dibantu, tetapi juga bagi kita sendiri. Perasaan puas dan bahagia yang timbul dari membantu orang lain adalah salah satu hadiah terbesar yang bisa kita dapatkan dalam hidup ini. Dalam proses ini, kita juga belajar untuk lebih menghargai hidup dan untuk selalu mencari cara untuk memberikan dampak positif dalam kehidupan orang lain.

Pada akhirnya, sembahyang yang sejati adalah tentang bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama. Tempat ibadah, apakah itu masjid, gereja, wihara, kuil, atau lainnya, adalah tempat di mana kita bisa memperbarui komitmen kita untuk hidup dalam kasih sayang dan kepedulian. Melalui sembahyang, kita mendapatkan inspirasi dan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup dengan penuh keberanian dan optimisme, serta untuk selalu mencari cara untuk menolong dan mendukung orang lain.

Kutipan Sujiwo Tejo ini mengingatkan kita bahwa inti dari sembahyang bukanlah sekadar melaksanakan ritual keagamaan, tetapi bagaimana ritual tersebut bisa mendorong hati kita untuk berbuat baik dan menolong sesama. Sembahyang yang sejati adalah sembahyang yang memengaruhi setiap aspek kehidupan kita, membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, dan mendorong kita untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup ini.

Sebagai penutup, marilah kita selalu merenungi makna sejati dari sembahyang dan bagaimana praktik keagamaan bisa memperkaya hidup kita. Mari kita selalu ingat bahwa tujuan utama dari sembahyang adalah untuk menggerakkan hati kita untuk menolong orang lain dan untuk hidup dalam kasih sayang dan kepedulian. Dengan demikian, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih peduli, dan yang selalu siap untuk memberikan kontribusi positif dalam kehidupan orang lain.

Baca Juga  Quote Ning Siti Khurrotin tentang Perempuan