Quote Sujiwo Tejo tentang Nasib dan Takdir dalam Cinta

Quote Sujiwo Tejo
sumber : google

“Menikah itu nasib, mencintai itu takdir, kau bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa.”

Sujiwo Tejo

Nasib dan Takdir dalam Cinta dan Pernikahan: Sebuah Refleksi Mendalam

Pernikahan dan cinta, dua konsep yang sering kali berjalan beriringan, namun memiliki makna yang berbeda dalam hidup kita. Sujiwo Tejo, seorang seniman dan pemikir kontemporer, memberikan pandangan yang mendalam mengenai dua hal ini. Dalam kutipannya, ia mengatakan, “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir, kau bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa.” Pandangan ini membuka pintu untuk merenungkan perbedaan antara nasib dan takdir dalam konteks pernikahan dan cinta.

Pernikahan, dalam banyak budaya dan tradisi, sering kali dianggap sebagai sebuah nasib. Nasib adalah sesuatu yang dapat kita rencanakan, sesuatu yang berada dalam jangkauan kontrol kita, meskipun tidak sepenuhnya. Kita dapat memilih siapa yang akan kita nikahi, kita dapat merencanakan upacara pernikahan, kita dapat memutuskan kapan dan bagaimana kita akan menjalani hidup berumah tangga. Dalam konteks ini, pernikahan menjadi sebuah keputusan yang dipertimbangkan matang-matang, melibatkan keluarga, budaya, dan harapan pribadi.

Namun, di balik keputusan tersebut, terdapat elemen yang sering kali diabaikan, yaitu takdir. Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan sepenuhnya. Ia datang tanpa diduga, tanpa perencanaan, dan sering kali tanpa alasan yang jelas. Mencintai seseorang adalah bagian dari takdir. Cinta datang dengan sendirinya, tidak peduli seberapa keras kita mencoba mengendalikannya. Kita bisa berusaha mencintai seseorang yang kita rencanakan untuk dinikahi, namun pada akhirnya, hati memiliki jalannya sendiri.

Cinta sebagai takdir membawa kita pada pengalaman emosional yang dalam dan mendalam. Ia tidak mengenal batasan, tidak mengenal waktu, dan tidak mengenal alasan. Kita bisa saja bertemu dengan seseorang yang tidak pernah kita bayangkan akan kita cintai, namun perasaan tersebut tumbuh dan berkembang tanpa kita sadari. Inilah keindahan dari cinta, keajaiban yang membuat hidup kita lebih bermakna dan penuh warna.

Di sisi lain, pernikahan sebagai nasib adalah sebuah kontrak sosial dan emosional yang memerlukan komitmen dan tanggung jawab. Kita memilih pasangan hidup kita berdasarkan berbagai pertimbangan rasional: kecocokan, nilai-nilai yang sama, latar belakang keluarga, dan lain-lain. Pernikahan adalah upaya untuk membangun kehidupan bersama, berbagi suka dan duka, serta berjuang bersama menghadapi tantangan hidup.

Namun, betapa pun kita merencanakan pernikahan kita, cinta tidak bisa dipaksa atau diatur. Kita bisa saja menikah dengan seseorang yang sangat kita hormati dan kagumi, namun cinta yang sejati tidak selalu hadir. Sebaliknya, kita bisa saja jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah kita bayangkan akan menjadi bagian dari hidup kita. Cinta hadir tanpa peringatan, ia datang seperti angin, membawa kita ke arah yang tidak pernah kita duga.

Hal ini membawa kita pada sebuah paradoks: kita dapat mengendalikan nasib kita dalam hal pernikahan, tetapi takdir cinta berada di luar kendali kita. Ini adalah refleksi yang mendalam tentang kehidupan manusia. Kita adalah makhluk yang terus berusaha merencanakan dan mengontrol kehidupan kita, namun ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita yang mengatur hati dan perasaan kita.

Menghadapi kenyataan ini, kita sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Apakah kita harus menikahi seseorang yang kita cintai, meskipun mungkin tidak sesuai dengan harapan rasional kita? Atau apakah kita harus memilih pasangan hidup berdasarkan pertimbangan yang lebih rasional dan praktis, meskipun tanpa cinta yang mendalam? Tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan ini, karena setiap individu memiliki jalan hidup dan kepercayaannya sendiri.

Yang jelas, penting untuk memahami dan menerima bahwa cinta dan pernikahan adalah dua hal yang berbeda namun saling melengkapi. Pernikahan memerlukan komitmen, kerjasama, dan pengorbanan. Tanpa elemen-elemen ini, pernikahan tidak akan bertahan lama. Namun, cinta adalah bahan bakar yang memberikan makna dan kehangatan dalam hubungan tersebut. Tanpa cinta, pernikahan bisa menjadi hambar dan hanya menjadi sebuah kontrak sosial belaka.

Untuk menemukan keseimbangan antara nasib dan takdir, kita perlu belajar untuk menerima kenyataan hidup dengan lapang dada. Menerima bahwa ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Menerima bahwa cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga, dan bahwa kita harus siap untuk mengikuti arusnya. Pada saat yang sama, kita juga harus bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang kita buat dalam hidup, termasuk keputusan untuk menikah.

Mungkin, solusi terbaik adalah dengan menggabungkan kedua konsep ini. Kita bisa merencanakan pernikahan kita dengan hati-hati dan bijaksana, sambil tetap membuka hati untuk cinta yang sejati. Kita bisa memilih pasangan hidup yang kita anggap cocok secara rasional, sambil berharap dan berdoa bahwa cinta akan tumbuh dan berkembang dalam hubungan tersebut. Dengan cara ini, kita menggabungkan nasib dan takdir, menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis.

Pada akhirnya, hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan kejutan dan ketidakpastian. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, siapa yang akan kita cintai, atau siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita. Yang bisa kita lakukan adalah menjalani hidup dengan tulus, mengikuti hati kita, dan membuat keputusan yang bijaksana. Dengan cara ini, kita dapat menemukan kebahagiaan sejati, baik dalam cinta maupun dalam pernikahan.

Dalam refleksi ini, kita belajar bahwa cinta dan pernikahan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Keduanya penting dan saling melengkapi, membentuk fondasi kehidupan yang bermakna dan bahagia. Dengan memahami dan menerima peran nasib dan takdir dalam hidup kita, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh makna, menciptakan hubungan yang tulus dan langgeng dengan pasangan kita.

Baca Juga  Dawuh Gus Mus tentang Keagungan dalam Kerendahan Hati