Quote Sujiwo Tejo tentang Doa dan Penantian

Quote Sujiwo Tejo
sumber : google

“Dulu aku bangga doaku cepat terkabul aku merasa tuhan sayang aku banget belakangan kurenung-renung pengamen kalo ndak enak dan nyebelin cepet dikasih duit agar cepat nyingkir. Pengamen baik ditunggu sampai selesai kalo perlu imbuh lagi.”

Sujiwo Tejo

Refleksi Mendalam tentang Doa dan Penantian: Sebuah Renungan Spiritualitas

Dalam kehidupan spiritual, hubungan kita dengan Tuhan sering kali ditentukan oleh bagaimana kita melihat dan merasakan jawaban atas doa-doa kita. Banyak orang merasa bangga dan bahagia ketika doa mereka cepat terkabul, menganggap itu sebagai tanda bahwa Tuhan sangat menyayangi mereka. Namun, Sujiwo Tejo, melalui kutipannya, menawarkan perspektif yang lebih dalam dan reflektif tentang bagaimana kita seharusnya memahami respon Tuhan terhadap doa-doa kita.

Awalnya, Sujiwo Tejo menceritakan pengalaman pribadinya ketika ia merasa sangat bangga karena doanya selalu cepat terkabul. Ia merasa Tuhan benar-benar menyayangi dirinya, memberikan jawaban cepat atas permohonannya. Perasaan ini mungkin dialami oleh banyak orang yang merasakan hal serupa, di mana kecepatan jawaban doa dianggap sebagai bukti cinta dan perhatian Tuhan yang luar biasa.

Namun, seiring berjalannya waktu, Sujiwo Tejo mulai merenungkan kembali pandangan tersebut. Ia menganalogikan situasi tersebut dengan pengamen yang menyanyi di jalan. Ketika pengamen itu tidak enak didengar dan mengganggu, orang-orang cenderung memberinya uang cepat agar segera pergi. Sebaliknya, ketika pengamen itu baik, orang-orang menunggu hingga ia selesai, bahkan mungkin memberikan imbuhan sebagai apresiasi. Melalui analogi ini, Sujiwo Tejo mengajak kita untuk berpikir lebih dalam tentang makna dari cepat atau lambatnya doa kita terkabul.

Renungan ini membawa kita pada pemahaman baru tentang hubungan kita dengan Tuhan. Apakah cepat terkabulnya doa benar-benar merupakan tanda kasih sayang yang lebih besar? Ataukah mungkin ada makna yang lebih dalam di balik penantian dan kesabaran? Dalam analogi pengamen, Tuhan mungkin memberikan jawaban cepat atas doa kita bukan karena sayang, tetapi justru karena kita belum mencapai kualitas spiritual yang diharapkan. Doa yang cepat terkabul bisa diibaratkan seperti memberikan uang kepada pengamen yang tidak enak didengar agar cepat pergi.

Di sisi lain, ketika doa kita membutuhkan waktu lebih lama untuk terkabul, mungkin itu adalah tanda bahwa Tuhan sedang menguji kita, membiarkan kita menyelesaikan ‘nyanyian’ kita, dan mengapresiasi usaha dan kesabaran kita. Penantian ini adalah waktu di mana kita dapat merenung, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas spiritual kita. Tuhan, seperti penonton yang baik, akan menunggu hingga kita selesai dan mungkin memberikan ‘imbuhan’ yang lebih besar sebagai tanda penghargaan.

Melalui perspektif ini, kita diajak untuk melihat penantian bukan sebagai bentuk penolakan atau ketidakpedulian Tuhan, tetapi sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan memperbaiki diri. Kesabaran dalam menunggu jawaban doa adalah bagian dari proses spiritual yang mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk memahami rencana-Nya yang lebih besar, dan untuk mempercayai kebijaksanaan-Nya.

Penantian juga mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Ketika doa kita tidak segera terkabul, kita belajar untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Kita menyadari bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta ini, dan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang mengatur segala sesuatu. Kerendahan hati ini membuat kita lebih bijaksana dalam menjalani hidup, lebih menerima apapun yang terjadi, dan lebih bersyukur atas setiap jawaban yang diberikan, baik itu cepat atau lambat.

Lebih dari itu, penantian mengajarkan kita tentang kepercayaan. Dalam masa-masa penantian, kita belajar untuk mempercayai bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, meskipun kita mungkin tidak segera melihat hasilnya. Kepercayaan ini membangun iman kita, membuat kita lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup, dan memberikan kita ketenangan batin. Kita belajar untuk melihat segala sesuatu dari perspektif yang lebih luas, memahami bahwa setiap penundaan memiliki tujuan yang baik, dan bahwa Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan kita.

Dalam refleksi ini, kita juga melihat bahwa kualitas doa kita penting. Bukan hanya tentang seberapa cepat doa kita terkabul, tetapi tentang bagaimana kita berdoa, apa yang kita minta, dan niat di balik doa kita. Doa yang baik adalah doa yang tulus, yang datang dari hati yang bersih, dan yang mencari kehendak Tuhan di atas kehendak kita sendiri. Doa semacam ini mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk terkabul, karena Tuhan ingin kita belajar, bertumbuh, dan mencapai kualitas spiritual yang lebih tinggi.

Renungan Sujiwo Tejo mengajarkan kita untuk tidak tergesa-gesa dalam meminta atau menerima jawaban atas doa kita. Ia mengajak kita untuk melihat setiap jawaban, cepat atau lambat, sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar dan lebih baik. Ia mengajak kita untuk merenungkan kualitas spiritual kita, untuk selalu berusaha menjadi ‘pengamen’ yang baik, yang nyanyiannya dinikmati dan diapresiasi, bukan yang ingin segera diusir.

Pada akhirnya, kita diajak untuk merangkul setiap penantian dengan hati yang sabar, penuh kepercayaan, dan penuh kerendahan hati. Kita diajak untuk melihat setiap penantian sebagai kesempatan untuk bertumbuh, belajar, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan cara ini, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga mengalami hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cepat, termasuk jawaban atas doa kita. Namun, melalui refleksi ini, kita diajak untuk menghargai proses penantian, untuk melihatnya sebagai bagian dari perjalanan spiritual kita. Kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, meskipun itu mungkin tidak sesuai dengan keinginan atau rencana kita. Kita diajak untuk selalu berdoa dengan hati yang tulus, dengan niat yang murni, dan dengan kepercayaan penuh kepada kebijaksanaan Tuhan.

Dengan demikian, refleksi ini mengubah cara kita melihat doa dan penantian. Kita belajar untuk melihat setiap doa yang terkabul cepat bukan sebagai tanda kasih sayang yang lebih besar, tetapi mungkin sebagai tanda bahwa kita perlu memperbaiki diri. Sebaliknya, kita melihat setiap penantian sebagai tanda cinta Tuhan yang besar, yang menginginkan kita untuk bertumbuh dan mencapai kualitas spiritual yang lebih tinggi. Inilah makna terdalam dari doa dan penantian, yang mengajarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan hati yang sabar, penuh kepercayaan, dan penuh kerendahan hati.

Baca Juga  Nasihat Mbah Nun tentang Membiasakan Tirakat