Nasihat Ning Jazil tentang Cinta Diri

Nasihat Ning Jazil
sumber : google
“Sebaik-baiknya “love yourself” adalah menjaga diri dari api neraka. dan sebaik-baiknya “insecure” salah merasa bodoh dalam urusan agama.”
Ning Jazilah An Nahdliyah

Cinta Diri yang Sesungguhnya dan Makna Insecure dalam Agama: Refleksi bagi Milenial dan Gen-Z

Dalam era di mana self-love dan self-care menjadi mantra yang diulang-ulang, penting bagi kita untuk merenungkan kembali esensi sejati dari mencintai diri sendiri. Sebuah kutipan dari Ning Jazilah An Nahdliyah mengingatkan kita bahwa sebaik-baiknya “love yourself” adalah menjaga diri dari api neraka. Apa maksudnya dan bagaimana hal ini relevan dengan kehidupan kita sekarang, terutama bagi generasi milenial dan gen-Z?

Pertama, mari kita lihat fenomena self-love dalam konteks modern. Saat ini, konsep mencintai diri sendiri seringkali diartikan sebagai merawat tubuh, menghargai diri, dan melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia. Media sosial dipenuhi dengan gambar-gambar yang mempromosikan perawatan diri, liburan mewah, dan berbagai bentuk kebahagiaan yang instan. Namun, kita sering lupa bahwa cinta diri yang sesungguhnya lebih dalam dari sekadar memanjakan diri.

Mencintai diri sendiri sejatinya berarti menjaga diri kita dari hal-hal yang merusak, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam Islam, menjaga diri dari api neraka adalah bentuk tertinggi dari self-love karena itu berarti kita peduli terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan kita di kehidupan yang abadi. Api neraka melambangkan hukuman atas dosa-dosa dan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Oleh karena itu, mencintai diri sendiri berarti hidup sesuai dengan nilai-nilai agama yang menjauhkan kita dari perbuatan dosa.

Bagi generasi milenial dan gen-Z, hal ini bisa berarti menjaga diri dari perbuatan yang merusak seperti kecanduan media sosial, perilaku konsumtif yang berlebihan, atau pergaulan yang tidak sehat. Di zaman digital ini, godaan untuk terlibat dalam aktivitas yang tidak bermanfaat sangat besar. Mencintai diri sendiri dengan cara menjaga diri dari api neraka berarti membuat pilihan yang bijak dan bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri.

Baca Juga  Quote Sujiwo Tejo tentang Menghargai Proses

Selanjutnya, kita juga perlu membahas tentang rasa insecure atau rasa tidak percaya diri yang sering dialami oleh banyak orang. Ning Jazilah An Nahdliyah mengatakan bahwa sebaik-baiknya “insecure” adalah merasa bodoh dalam urusan agama. Ini adalah pengingat penting bahwa merasa tidak tahu atau kurang dalam pengetahuan agama adalah rasa tidak aman yang positif. Mengapa demikian?

Di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak dari kita merasa tidak cukup baik dalam berbagai aspek kehidupan. Kita merasa tidak cukup pintar, tidak cukup sukses, atau tidak cukup menarik. Namun, dalam konteks agama, rasa insecure yang baik adalah merasa kita selalu bisa belajar lebih banyak tentang agama kita dan selalu ada ruang untuk perbaikan diri. Rasa insecure ini mendorong kita untuk terus mencari ilmu, memperdalam pemahaman kita, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Generasi milenial dan gen-Z hidup dalam era informasi yang sangat cepat. Kita bisa dengan mudah mengakses berbagai informasi dari seluruh dunia hanya dengan sekali klik. Namun, ironisnya, kita seringkali kurang mendalami ilmu agama kita sendiri. Rasa insecure dalam urusan agama seharusnya memotivasi kita untuk memanfaatkan teknologi untuk belajar lebih banyak tentang ajaran agama, menghadiri kajian-kajian online, membaca buku-buku agama, dan berdiskusi dengan orang-orang yang lebih berpengetahuan.

Dalam kehidupan sehari-hari, rasa insecure yang sehat dalam hal agama bisa mendorong kita untuk selalu introspeksi dan memperbaiki diri. Misalnya, ketika kita merasa kurang dalam memahami ajaran shalat yang benar, kita bisa belajar dari sumber yang terpercaya atau bertanya kepada ustadz/ustadzah. Ketika kita merasa kurang dalam melaksanakan ibadah puasa dengan sempurna, kita bisa mencari tahu cara-cara untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.

Baca Juga  Dawuh KH. Abdul Hamid Pasuruan: Berpakaianlah yang Rapi dan Baik

Kutipan dari Ning Jazilah An Nahdliyah ini sebenarnya memberikan kita dua pedoman penting dalam menjalani kehidupan yang penuh makna. Pertama, mencintai diri sendiri dengan menjaga diri dari perbuatan dosa dan segala hal yang bisa merusak baik fisik maupun spiritual. Kedua, merasa insecure dalam hal pengetahuan agama yang seharusnya memotivasi kita untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Bagi generasi milenial dan gen-Z, pesan ini sangat relevan karena kita hidup dalam era yang penuh dengan distraksi dan godaan. Kita harus bisa memilah mana yang benar-benar baik untuk diri kita dan mana yang hanya memberi kebahagiaan sementara. Kita juga harus sadar bahwa pengetahuan agama adalah landasan penting dalam membentuk karakter dan moral kita.

Kesimpulannya, self-love dalam perspektif agama adalah upaya untuk menjaga diri dari perbuatan yang bisa menjauhkan kita dari rahmat Allah. Ini berarti kita harus hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Sementara itu, rasa insecure dalam pengetahuan agama adalah motivasi yang baik untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Dengan begitu, kita bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna dan berkualitas, tidak hanya untuk kebahagiaan di dunia, tetapi juga untuk keselamatan di akhirat.

Maka, mari kita jadikan cinta diri yang sejati dan rasa insecure yang sehat sebagai bagian dari perjalanan hidup kita. Dengan begitu, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan ini.