Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Kehormatan Manusia

Nasihat Habib Umar Bin Hafidz
Sumber : Dawuh Guru
“Didiklah mata hati supaya jangan memandang hina pada orang lain walaupun dengan ahli maksiat.”
Habib Umar Bin Hafidz

Memahami Hakikat Kehormatan Manusia: Perspektif Habib Umar Bin Hafidz

Habib Umar Bin Hafidz, seorang ulama besar dan sufi terkemuka dari Hadramaut, Yaman, menekankan pentingnya menjaga pandangan hati kita agar tidak memandang hina kepada sesama manusia, bahkan terhadap mereka yang mungkin terjebak dalam dosa dan maksiat. Pernyataan ini mengandung pesan moral yang sangat dalam, mengingatkan kita untuk selalu memupuk rasa hormat dan kasih sayang kepada semua orang tanpa terkecuali.

Memandang hina atau merendahkan orang lain merupakan perilaku yang tidak hanya merugikan orang yang dipandang rendah, tetapi juga merusak karakter dan jiwa kita sendiri. Dalam Islam, setiap manusia memiliki martabat dan kehormatan yang diberikan oleh Allah SWT sejak dilahirkan. Menghormati orang lain berarti menghormati ciptaan Allah dan kehendak-Nya. Habib Umar mengingatkan kita untuk tidak mudah terjebak dalam kesombongan dan merasa lebih baik daripada orang lain, meskipun kita mungkin melihat kesalahan atau dosa dalam hidup mereka.

Pentingnya ajaran ini dapat kita kaitkan dengan pesan dari tokoh nasional kita, Gus Dur (Abdurrahman Wahid), yang juga menekankan pentingnya menghargai keberagaman dan kemanusiaan. Gus Dur pernah mengatakan, “Tidak penting apa agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.” Kalimat ini selaras dengan pesan Habib Umar yang mendorong kita untuk melihat kebaikan dan potensi dalam diri setiap individu tanpa terpengaruh oleh latar belakang atau kesalahan mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mudah terjebak dalam penilaian negatif terhadap orang lain. Misalnya, ketika kita melihat seseorang yang terjerat dalam kebiasaan buruk atau perbuatan maksiat, kita cenderung langsung memberikan label buruk pada mereka. Namun, kita sering lupa bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup dan perjuangan masing-masing. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang telah mereka lalui dan apa yang ada dalam hati mereka. Oleh karena itu, memandang hina seseorang hanya berdasarkan perilaku luarnya adalah sebuah ketidakadilan.

Baca Juga  Dawuh KH. Ahmad Djazuli Ustman: Cara Menghadapi Orang yang Memusuhi Kita

Habib Umar mengajarkan kita untuk melatih mata hati, yang berarti kita harus memperdalam pemahaman dan kasih sayang kita, melihat dengan mata batin yang lebih bijaksana dan penuh empati. Mata hati yang terdidik akan mampu melihat kebaikan yang mungkin tersembunyi di balik dosa-dosa yang tampak. Mata hati yang terdidik juga akan mengingatkan kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri.

Sikap tidak memandang hina ini juga berkaitan erat dengan konsep taubat dan rahmat dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa pintu taubat selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin kembali kepada jalan yang benar. Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang, selalu siap menerima taubat hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Dengan demikian, kita juga harus meniru sifat Allah ini dalam perlakuan kita terhadap sesama manusia. Tidak ada seorang pun yang berhak menghakimi atau menentukan nasib orang lain berdasarkan kesalahan masa lalunya.

Selain itu, sikap memandang hina sering kali berakar dari rasa sombong dan superioritas. Rasa ini bisa muncul karena merasa diri lebih suci, lebih baik, atau lebih beriman dibandingkan orang lain. Namun, dalam pandangan Islam, kesombongan adalah salah satu dosa besar. Kisah iblis yang diusir dari surga karena kesombongannya menjadi pelajaran penting bahwa merasa lebih tinggi dari makhluk lain adalah sikap yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Oleh karena itu, menjaga kerendahan hati dan selalu ingat bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu tentang hamba-hamba-Nya, menjadi fondasi penting dalam menjalani kehidupan yang penuh rahmat dan berkah.

Habib Umar juga mendorong kita untuk selalu mengingat pentingnya dakwah bil hikmah, yaitu berdakwah dengan kebijaksanaan dan kebaikan hati. Dalam berdakwah, kita tidak hanya dituntut untuk menyampaikan kebenaran, tetapi juga melakukannya dengan cara yang lembut, penuh kasih sayang, dan tanpa menghakimi. Hal ini penting untuk menyentuh hati orang lain dan membawa perubahan positif dalam diri mereka. Ketika kita menyampaikan nasihat atau mengajak kepada kebaikan dengan cara yang merendahkan, kemungkinan besar pesan tersebut tidak akan diterima, dan bahkan bisa membuat orang tersebut semakin menjauh dari kebenaran.

Baca Juga  Dawuh Mbah Arwani Kudus

Kehidupan Rasulullah SAW juga memberikan contoh nyata bagaimana bersikap terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan. Rasulullah selalu menunjukkan kasih sayang, kesabaran, dan pengampunan. Beliau tidak pernah memandang hina orang lain, bahkan terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Sikap mulia ini berhasil menyentuh hati banyak orang dan membawa mereka kepada cahaya Islam. Sikap penuh kasih ini seharusnya menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.

Di Indonesia, sebagai bangsa yang majemuk, sikap menghargai dan tidak memandang hina orang lain sangat penting untuk menjaga kerukunan dan persatuan. Menghormati perbedaan dan mengakui martabat setiap individu adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Pesan Habib Umar dan Gus Dur mengingatkan kita bahwa kebaikan dan kemanusiaan adalah nilai-nilai universal yang harus kita junjung tinggi dalam setiap interaksi sosial.

Habib Umar Bin Hafidz dan Gus Dur, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, mengajarkan prinsip yang sama tentang kemanusiaan dan penghormatan terhadap sesama. Mereka berdua memahami bahwa inti dari kehidupan bermasyarakat adalah saling menghargai dan membantu satu sama lain dalam kebaikan. Pandangan mereka memberikan inspirasi bagi kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, yang tidak mudah menghakimi, tetapi selalu siap memberikan dukungan dan kasih sayang.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan, pesan-pesan moral seperti ini menjadi semakin relevan. Kita diingatkan untuk selalu memperbaiki diri dan memandang sesama dengan hati yang bersih dan penuh empati. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi pada terciptanya dunia yang lebih baik, di mana setiap individu dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang dan berubah menuju kebaikan.

Dengan mendidik mata hati kita untuk tidak memandang hina orang lain, kita sebenarnya sedang membangun fondasi yang kokoh untuk kehidupan yang lebih adil, harmonis, dan penuh berkah. Mari kita terus belajar dan mengamalkan ajaran mulia ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi orang lain.