Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Hati yang Tunduk

Nasihat Habib Umar Bin Hafidz
Sumber : Dawuh Guru
“Mata yang memandang rendah terhadap orang lain adalah mata yang tidak layak untuk memandang Rasulullah.”
Habib Umar bin Hafidz

Mata yang Menunduk, Hati yang Tunduk: Belajar dari Keteladanan Rasulullah

Habib Umar bin Hafidz menyampaikan sebuah nasihat yang mendalam: “Mata yang memandang rendah terhadap orang lain adalah mata yang tidak layak untuk memandang Rasulullah.” Pernyataan ini mengajak kita untuk merenungkan kembali sikap kita terhadap sesama manusia dan bagaimana kita memperlakukan mereka. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal kesederhanaan, kerendahan hati, dan kasih sayang kepada semua orang tanpa memandang status sosial, ras, atau agama. Menghormati beliau berarti juga menghormati nilai-nilai yang beliau ajarkan.

Memandang rendah orang lain adalah cerminan dari kesombongan hati. Kesombongan adalah salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (QS. Luqman: 18). Kesombongan bukan hanya merusak hubungan kita dengan sesama manusia, tetapi juga merusak hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita memandang rendah orang lain, kita secara tidak langsung menganggap diri kita lebih baik dari mereka, sebuah sikap yang bertentangan dengan ajaran Islam tentang kesetaraan dan persaudaraan.

Rasulullah SAW selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap rendah hati dan menghormati semua orang. Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial atau latar belakang mereka. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan” (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya menjauhkan diri dari sikap sombong dan merendahkan orang lain. Rasulullah adalah teladan dalam hal ini; beliau selalu menunjukkan kasih sayang dan penghargaan kepada semua orang, termasuk mereka yang dianggap rendah oleh masyarakat.

Baca Juga  Dawuh Mbah Moen tentang Takdir yang Mempertemukan

Salah satu tokoh nasional Indonesia yang juga menekankan pentingnya kerendahan hati dan menghargai sesama adalah Haji Agus Salim. Haji Agus Salim adalah seorang diplomat dan pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan sikap rendah hati dan bijaksananya. Dalam salah satu ucapannya, beliau mengatakan, “Seorang pemimpin harus menjadi pelayan bagi rakyatnya, bukan penguasa yang menindas.” Kata-kata ini mencerminkan nilai-nilai Islam tentang kepemimpinan dan hubungan antara individu dalam masyarakat. Menghormati dan melayani sesama adalah cerminan dari hati yang tulus dan rendah hati.

Kerendahan hati juga merupakan cerminan dari iman yang kuat. Orang yang beriman memahami bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah pemberian dari Allah dan bisa diambil kapan saja. Oleh karena itu, mereka tidak merasa lebih baik dari orang lain. Sebaliknya, mereka merasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan dan selalu berusaha untuk berbagi dengan sesama. Ketika kita memandang orang lain dengan penuh hormat dan kasih sayang, kita mencerminkan keindahan hati yang dipenuhi dengan iman.

Memandang rendah orang lain juga bisa berdampak negatif pada diri kita sendiri. Ketika kita memandang rendah orang lain, kita cenderung fokus pada kelemahan dan kekurangan mereka, sementara kita mengabaikan kelemahan dan kekurangan kita sendiri. Ini bisa membuat kita menjadi pribadi yang arogan dan tidak mau introspeksi. Sebaliknya, ketika kita memandang orang lain dengan penuh hormat, kita lebih mampu melihat kebaikan dan potensi dalam diri mereka, dan ini juga membantu kita untuk melihat kebaikan dan potensi dalam diri kita sendiri.

Rasulullah SAW selalu menunjukkan kasih sayang dan penghargaan kepada semua orang, termasuk mereka yang dianggap rendah oleh masyarakat. Beliau adalah sosok yang sangat menghargai kemanusiaan dan selalu berusaha untuk mengangkat derajat orang-orang yang lemah dan tertindas. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah ketika beliau bergaul dengan para sahabat dari berbagai latar belakang sosial. Beliau tidak pernah memandang rendah siapa pun, dan selalu memberikan perhatian dan penghargaan yang sama kepada semua orang. Ini adalah teladan yang sangat penting bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Baca Juga  Quote Gus Dur tentang Kekuatan Memaafkan

Dalam konteks modern, memandang rendah orang lain bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk diskriminasi rasial, prasangka sosial, dan penindasan ekonomi. Dalam banyak masyarakat, masih ada kecenderungan untuk memandang rendah orang berdasarkan warna kulit, status sosial, atau kekayaan materi. Ini adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh umat manusia. Kita perlu belajar dari teladan Rasulullah SAW dan tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim untuk menghormati dan menghargai semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.

Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, adalah contoh lain dari tokoh nasional yang selalu menunjukkan penghargaan dan kasih sayang kepada semua orang. Sebagai seorang ulama dan mantan Presiden Indonesia, Gus Dur dikenal dengan sikap inklusifnya yang merangkul semua golongan masyarakat, termasuk minoritas. Beliau pernah berkata, “Tidak ada toleransi untuk ketidakadilan.” Ucapan ini mencerminkan komitmen beliau untuk memperjuangkan keadilan dan penghargaan terhadap semua manusia, terlepas dari latar belakang mereka. Gus Dur adalah contoh nyata dari seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerendahan hati dan penghargaan terhadap sesama.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mulai dengan tindakan-tindakan kecil untuk menghargai dan menghormati orang lain. Misalnya, berbicara dengan sopan, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Tindakan-tindakan kecil ini bisa memberikan dampak besar dalam menciptakan lingkungan yang penuh dengan rasa hormat dan kasih sayang. Ketika kita memperlakukan orang lain dengan hormat, kita juga mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada anak-anak dan generasi muda, yang pada akhirnya akan menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih adil.

Selain itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi dan memperbaiki diri. Mengakui bahwa kita juga memiliki kelemahan dan kekurangan akan membantu kita untuk lebih rendah hati dan tidak mudah memandang rendah orang lain. Introspeksi juga membantu kita untuk terus belajar dan berkembang, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam Islam, introspeksi adalah bagian penting dari proses spiritual dan peningkatan diri. Dengan selalu introspeksi, kita bisa menjaga hati kita tetap bersih dan penuh kasih sayang.

Baca Juga  Dawuh Gus Baha' tentang Menemukan Kebebasan

Sebagai penutup, mari kita renungkan kembali pesan dari Habib Umar bin Hafidz: “Mata yang memandang rendah terhadap orang lain adalah mata yang tidak layak untuk memandang Rasulullah.” Pesan ini mengajak kita untuk selalu menjaga hati dan lisan kita, serta memperlakukan semua orang dengan penuh hormat dan kasih sayang. Dengan mengikuti teladan Rasulullah SAW dan tokoh-tokoh nasional seperti Haji Agus Salim dan Gus Dur, kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil, harmonis, dan penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Mari kita berusaha untuk selalu memandang orang lain dengan mata yang penuh kasih sayang, sehingga kita bisa mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti jejak Rasulullah yang mulia.