“Salah satu penyakit hati yang berbahaya adalah hasud. Hasud jika dikombinasikan dengan sifat ghaflah atau lalai akan memunculkan sikap sombong.”
Habib Luthfi Bin Yahya
Bahaya Hasud dan Sifat Lalai: Menjaga Hati dari Kesombongan
Habib Luthfi Bin Yahya dalam salah satu nasihatnya mengatakan, “Salah satu penyakit hati yang berbahaya adalah hasud. Hasud jika dikombinasikan dengan sifat ghaflah atau lalai akan memunculkan sikap sombong.” Pernyataan ini mengandung peringatan yang penting tentang bahaya hasud (dengki) dan ghaflah (kelalaian) dalam kehidupan seorang Muslim. Kedua sifat ini, jika dibiarkan tumbuh dalam hati, dapat membawa seseorang pada sikap sombong, yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
Hasud, atau dengki, adalah perasaan iri hati terhadap kenikmatan atau keberhasilan orang lain, disertai keinginan agar orang tersebut kehilangan nikmat yang dimilikinya. Hasud bukan hanya merusak hubungan antar manusia, tetapi juga merusak hati dan jiwa orang yang mengalaminya. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memperingatkan kita tentang bahaya hasud. Dalam Surah Al-Falaq ayat 5, Allah memerintahkan kita untuk berlindung dari kejahatan orang yang dengki, “dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
Hasud adalah penyakit hati yang sangat berbahaya karena dapat menghancurkan kebaikan yang ada dalam diri seseorang. Ketika seseorang merasa dengki, ia tidak bisa melihat kebaikan dan keberhasilan orang lain sebagai sesuatu yang positif. Sebaliknya, ia merasa terganggu dan ingin agar orang tersebut kehilangan nikmatnya. Perasaan ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri karena membuat hati menjadi tidak tenang dan selalu merasa tidak puas.
Sifat ghaflah, atau lalai, adalah ketidakpedulian atau kelalaian terhadap kewajiban-kewajiban agama dan spiritual. Sifat ini membuat seseorang lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya dan menjadikan dunia sebagai fokus utama. Ketika seseorang lalai, ia tidak lagi mengingat Allah dalam setiap langkah hidupnya. Kelalaian ini membuat hati menjadi keras dan sulit untuk menerima kebenaran. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surah Al-A’raf: 205).
Ketika hasud dan ghaflah berkombinasi, mereka menciptakan lingkungan yang subur bagi tumbuhnya kesombongan. Hasud membuat seseorang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya dan iri terhadap orang lain, sementara ghaflah membuatnya lupa akan Allah dan kewajiban spiritualnya. Kombinasi ini membuat seseorang merasa lebih baik dari orang lain, meremehkan keberhasilan dan nikmat orang lain, dan akhirnya menjadi sombong. Kesombongan ini sangat berbahaya karena membuat seseorang merasa tidak membutuhkan nasihat dan petunjuk, baik dari sesama manusia maupun dari Allah SWT.
Kesombongan adalah salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Surah An-Nisa: 36). Kesombongan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah dan membuatnya sulit untuk menerima kebenaran. Seorang yang sombong akan selalu merasa benar dan tidak mau menerima kritik atau nasihat dari orang lain. Ia juga akan sulit untuk merendahkan diri dan mengakui kesalahannya.
Untuk mencegah hasud dan ghaflah tumbuh dalam hati, kita perlu melakukan beberapa langkah penting. Pertama, kita harus selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Syukur adalah kunci untuk menghilangkan perasaan hasud. Ketika kita bersyukur, kita fokus pada nikmat yang kita miliki dan tidak membandingkannya dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam hal duniawi), dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu. Itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian.” (HR. Muslim).
Kedua, kita harus selalu mengingat Allah dalam setiap langkah hidup kita. Dzikir dan doa adalah cara yang efektif untuk menjaga hati agar tetap ingat kepada Allah dan terhindar dari kelalaian. Ketika kita selalu mengingat Allah, hati kita menjadi tenang dan tidak mudah tergoda oleh dunia. Dzikir juga membantu kita untuk selalu merasa dekat dengan Allah dan mendapatkan kekuatan spiritual untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.
Ketiga, kita harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas iman kita. Belajar dan mengamalkan ajaran agama adalah cara yang efektif untuk mencegah kelalaian. Ketika kita selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, hati kita menjadi lebih lembut dan mudah menerima kebenaran. Dengan demikian, kita akan terhindar dari sikap sombong dan selalu merasa rendah hati di hadapan Allah.
Keempat, kita harus selalu berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Salah satu cara untuk menghilangkan perasaan hasud adalah dengan berbuat baik kepada orang yang kita iri. Ketika kita membantu dan mendoakan kebaikan bagi orang lain, hati kita menjadi lebih lapang dan tidak mudah tergoda oleh perasaan iri. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kelima, kita harus selalu introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki sifat hasud atau lalai, kita harus segera bertaubat dan berusaha untuk memperbaikinya. Taubat adalah cara yang efektif untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit spiritual. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (Surah An-Nur: 31).
Pada akhirnya, menjaga hati dari hasud dan ghaflah adalah tanggung jawab setiap Muslim. Hasud dan ghaflah adalah penyakit hati yang sangat berbahaya karena dapat membawa seseorang pada sikap sombong yang sangat dibenci oleh Allah. Dengan selalu bersyukur, mengingat Allah, memperbaiki diri, berbuat baik kepada orang lain, dan introspeksi diri, kita dapat menjaga hati kita agar tetap bersih dan terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan hidayah untuk menjaga hati kita agar tetap bersih dan terhindar dari hasud, ghaflah, dan kesombongan.