Dawuh Mbah Moen tentang Wasilah Menuju Surga

Dawuh Mbah Moen
sumber : dawuh guru

“Demi Allah Dzat Yang Maha Agung, pondok bukan wasilah ke surga. Yang menjadi wasilah adalah ngajinya!”

KH. Maimun Zubair

Belajar Menjadi Wasilah Menuju Surga

KH. Maimun Zubair, seorang ulama besar yang dikenal dengan kebijaksanaannya, menyampaikan sebuah pesan mendalam yang berakar dari keyakinan religius yang kuat: “Demi Allah Dzat Yang Maha Agung, pondok bukan wasilah ke surga. Yang menjadi wasilah adalah ngajinya!” Dalam kalimat ini terkandung makna yang dalam dan luas, yang menggugah setiap insan beriman untuk merenungkan makna sebenarnya dari perjalanan spiritual dan tujuan akhir kehidupan di dunia ini.

Pernyataan tersebut mengandung dua konsep utama: pondok pesantren dan ngaji. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia, tempat santri menimba ilmu agama di bawah bimbingan kiai atau ulama. Pondok pesantren telah menjadi institusi penting dalam pembentukan karakter dan pengetahuan keagamaan bagi umat Islam di Indonesia. Namun, KH. Maimun Zubair mengingatkan bahwa keberadaan di dalam pondok pesantren itu sendiri bukanlah jaminan untuk mendapatkan surga. Surga, dalam pandangan Islam, adalah tempat kenikmatan abadi yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Maka, apa yang sesungguhnya menjadi jembatan atau wasilah menuju surga?

Jawabannya ada pada “ngaji”. Ngaji, atau belajar agama, merupakan proses pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran-ajaran Islam. Melalui ngaji, seorang muslim mempelajari Al-Qur’an, hadits, fiqh, aqidah, dan berbagai disiplin ilmu agama lainnya. Proses ini tidak hanya melibatkan pengetahuan teoretis, tetapi juga pengamalan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ngaji bukan sekadar aktivitas belajar di ruang kelas, melainkan mencakup pembentukan akhlak, penguatan iman, dan penerapan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan.

KH. Maimun Zubair menekankan bahwa nilai dari proses ngaji itulah yang menjadi wasilah atau sarana menuju surga. Pondok pesantren hanyalah sebuah tempat, sebuah fasilitas yang memfasilitasi proses belajar tersebut. Namun, yang benar-benar penting adalah bagaimana seorang santri atau muslim menjalani proses belajar itu dengan sungguh-sungguh, bagaimana mereka menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan mereka, dan bagaimana mereka memperbaiki diri dan berusaha menjadi lebih dekat kepada Allah.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, pesan ini mengandung pelajaran yang sangat penting. Terlalu sering, manusia terjebak dalam ritual dan simbol-simbol keagamaan, tanpa memahami atau menghayati makna sebenarnya di baliknya. Misalnya, seseorang mungkin merasa bahwa dengan tinggal di pesantren atau mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, mereka secara otomatis mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Namun, jika aktivitas tersebut tidak disertai dengan kesungguhan dalam belajar, pemahaman yang mendalam, dan pengamalan yang tulus, maka itu semua tidak akan bermakna.

Proses ngaji adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kerendahan hati. Setiap muslim yang menjalani ngaji harus sadar bahwa ilmu agama tidak hanya untuk diketahui, tetapi lebih penting lagi untuk diamalkan. Misalnya, belajar tentang zakat tidak hanya berarti mengetahui aturan-aturannya, tetapi juga melaksanakannya dengan benar dan ikhlas. Demikian juga, memahami konsep sabar tidak hanya berhenti pada pengertian teoretis, tetapi harus tercermin dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

Pesan KH. Maimun Zubair juga mengandung dimensi lain yang sangat penting, yaitu esensi dari pendidikan agama yang sebenarnya. Pendidikan agama bukan hanya transfer ilmu dari guru ke murid, tetapi juga pembinaan karakter dan penanaman nilai-nilai luhur. Seorang guru agama atau kiai memiliki peran yang sangat besar dalam membimbing murid-muridnya tidak hanya secara akademis, tetapi juga secara moral dan spiritual. Keberhasilan seorang santri tidak diukur dari seberapa banyak kitab yang telah mereka pelajari, tetapi seberapa besar perubahan positif yang terjadi dalam diri mereka.

Di era modern ini, tantangan untuk menjalani ngaji dengan baik semakin besar. Godaan duniawi, teknologi, dan berbagai distraksi lainnya sering kali membuat fokus belajar menjadi terpecah. Oleh karena itu, pesan KH. Maimun Zubair menjadi relevan dan penting untuk selalu diingat. Setiap muslim harus selalu mengingat tujuan akhir dari perjalanan hidupnya, yaitu meraih ridha Allah dan masuk ke dalam surga-Nya. Proses ngaji adalah jalan untuk mencapai tujuan tersebut, dan harus dijalani dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

Selain itu, pondok pesantren sebagai institusi juga perlu terus beradaptasi dan mengembangkan metode pendidikan yang efektif untuk menghadapi tantangan zaman. Meskipun pesantren memiliki tradisi yang kuat dan berakar dalam budaya Islam, inovasi dalam metode pengajaran, penggunaan teknologi, dan pendekatan yang lebih inklusif terhadap berbagai disiplin ilmu dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren. Hal ini akan membantu para santri untuk tidak hanya menjadi ahli agama yang mumpuni, tetapi juga individu yang mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

Pada akhirnya, pesan KH. Maimun Zubair adalah panggilan untuk refleksi diri bagi setiap muslim. Apakah kita telah menjalani proses belajar agama dengan sungguh-sungguh? Apakah kita telah mengamalkan ilmu yang kita pelajari dalam kehidupan kita? Apakah kita telah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada dalam benak kita, mengingatkan kita bahwa perjalanan menuju surga bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha yang terus-menerus dan niat yang tulus.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari pesan bijak ini, dan menjalani hidup dengan penuh kesungguhan dalam belajar dan mengamalkan ajaran agama, sehingga kita dapat menjadi hamba yang diridhai oleh Allah dan meraih kebahagiaan abadi di surga-Nya.

Baca Juga  Nasihat Ning Jazil tentang Cinta Diri