Dawuh Gus Mus tentang Kemanusiaan dan Keseimbangan

Dawuh Gus Mus
Sumber : Google

“Malaikat tidak pernah salah, setan tidak pernah benar. Manusia bisa salah dan benar, maka kita dianjurkan saling mengingatkan bukan menyalahkan.”

KH. Ahmad Musthofa Bisri

Kemanusiaan dan Keseimbangan: Belajar dari Kesalahan dan Kebenaran

KH. Ahmad Musthofa Bisri, seorang ulama dan budayawan ternama di Indonesia, pernah berkata, “Malaikat tidak pernah salah, setan tidak pernah benar. Manusia bisa salah dan benar, maka kita dianjurkan saling mengingatkan bukan menyalahkan.” Pernyataan ini memberikan wawasan yang mendalam tentang sifat dasar manusia dan pentingnya saling mengingatkan dalam mencapai kebaikan bersama. Artikel ini akan mengeksplorasi makna dari quote tersebut dan menghubungkannya dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan ajaran Islam.

Dalam ajaran Islam, malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah yang selalu patuh dan tidak pernah melakukan kesalahan. Mereka menjalankan perintah Allah dengan sempurna dan tanpa cela. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6: “Mereka (malaikat) tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Sebaliknya, setan adalah makhluk yang selalu membangkang dan tidak pernah berbuat benar. Setan menggoda manusia untuk melakukan dosa dan menjauh dari jalan Allah. Dalam surat Al-A’raf ayat 16-17, Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”

Manusia berada di antara dua kutub ini. Manusia memiliki kemampuan untuk berbuat baik dan benar seperti malaikat, tetapi juga memiliki potensi untuk berbuat salah seperti setan. Inilah yang membuat manusia unik dan diberi kehendak bebas oleh Allah untuk memilih jalannya sendiri. Manusia bukan makhluk yang sempurna, tetapi mereka diberi kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan terus berusaha menuju kebenaran.

Kesalahan adalah bagian dari sifat dasar manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun manusia bisa berbuat salah, mereka memiliki peluang untuk memperbaiki diri dengan taubat dan belajar dari kesalahan tersebut.

Mengakui bahwa manusia bisa salah dan benar, KH. Ahmad Musthofa Bisri mengajarkan bahwa kita dianjurkan untuk saling mengingatkan, bukan menyalahkan. Saling mengingatkan adalah tindakan yang dilandasi oleh kasih sayang dan kepedulian. Ini adalah bentuk dukungan sosial yang membantu individu untuk tetap berada di jalan yang benar dan memperbaiki kesalahan mereka.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surat Al-Asr ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” Ayat ini menekankan pentingnya saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.

Menyalahkan sering kali dilakukan dengan nada yang negatif dan merendahkan, yang dapat membuat seseorang merasa diserang dan defensif. Ini dapat mengakibatkan konflik dan memperburuk hubungan. Sebaliknya, mengingatkan dilakukan dengan niat yang baik dan penuh kasih, dengan tujuan membantu orang lain menyadari kesalahan mereka dan memperbaiki diri.

Pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih sayang dalam mengingatkan orang lain adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung. Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, mengatakan, “Nasihat yang baik adalah seperti cermin, ia menunjukkan kepada kita apa yang tidak bisa kita lihat sendiri.” Nasihat yang disampaikan dengan cara yang baik dapat membantu seseorang melihat kesalahannya tanpa merasa diserang.

Untuk membangun budaya saling mengingatkan yang positif, kita perlu mempraktikkan beberapa prinsip dasar. Pertama, kita harus melakukannya dengan niat yang tulus untuk membantu, bukan untuk merendahkan. Kedua, kita harus memilih waktu dan tempat yang tepat untuk memberikan nasihat, sehingga orang tersebut merasa nyaman dan terbuka untuk mendengarkan. Ketiga, kita harus menggunakan kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang.

Selain itu, penting juga untuk menerima nasihat dengan hati terbuka. Menjadi pribadi yang mau menerima kritik dan saran adalah tanda kedewasaan dan keinginan untuk terus belajar dan berkembang. Dalam surat Az-Zumar ayat 18, Allah berfirman, “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”

Gus Dur, presiden keempat Indonesia dan ulama besar, juga sering menekankan pentingnya saling mengingatkan dalam kebaikan. Beliau pernah mengatakan, “Kita harus saling mengingatkan dalam kebaikan, bukan saling menjatuhkan. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis dan beradab.” Pernyataan ini sejalan dengan ajaran KH. Ahmad Musthofa Bisri, menunjukkan bahwa saling mengingatkan adalah kunci untuk mencapai harmoni sosial.

Soe Hok Gie, seorang aktivis dan intelektual Indonesia, pernah berkata, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.” Mengingatkan orang lain adalah bagian dari keberanian untuk menyuarakan kebenaran, bahkan jika itu tidak populer atau menghadapi penolakan.

Untuk mengaplikasikan prinsip saling mengingatkan dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa memulainya dari lingkup keluarga dan teman-teman terdekat. Ciptakan lingkungan yang terbuka untuk kritik dan saran yang membangun. Selalu ingat untuk memberikan nasihat dengan cara yang baik dan menerima nasihat dengan hati yang lapang.

Selain itu, dalam komunitas yang lebih luas, kita bisa berperan aktif dalam memberikan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya saling mengingatkan dalam kebaikan. Misalnya, melalui kegiatan sosial, pengajian, atau diskusi kelompok yang membahas cara-cara untuk saling mendukung dan memperbaiki diri.

KH. Ahmad Musthofa Bisri dengan bijak mengingatkan kita bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berbuat salah dan benar. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk saling mengingatkan dengan kasih sayang dan niat yang tulus, bukan menyalahkan. Malaikat yang selalu benar dan setan yang selalu salah menjadi simbol bagi kita untuk memahami bahwa manusia adalah makhluk yang seimbang, dengan potensi untuk belajar dan berkembang.

Dengan mengikuti ajaran ini, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga membantu orang lain untuk menjadi lebih baik. Membangun budaya saling mengingatkan dalam kebaikan adalah langkah penting menuju masyarakat yang harmonis dan beradab. Mari kita renungkan dan terapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa hidup dalam kasih sayang dan saling menghargai, sesuai dengan ajaran agama yang sejati.

Baca Juga  Nasihat Mbah Nun tentang Perjalanan Menuju Keabadian