Biografi dan Riwayat Hidup KH Muhammad Ilyas Bagian 4

Biografi dan Riwayat Hidup KH Muhammad Ilyas
sumber : google

Oleh : Bagas Arya Muttaqin

Setelah pernikahannya dengan Nyai Shofurah beliau berpindah tempat ke daerah Juritan, Kecamatan Prajurit Kulon, lalu membangun mushala yang saat ini menjadi Masjid Al-Mubarak. Selain dipakai untuk tempat berjamaah, mushala juga dimanfaatkan sebagai tempat melakukan belajar mengaji dan aktifitas keagamaan lainnya.

Namun, selama berdakwah KH. Muhammad Ilyas mengalami banyak resistensi dari masyarakat Prajurit Kulon yang dimana saat itu dengan pendidikan agama atau pesantren masih belum familiar dan juga masih sukar untuk diajak shalat berjama’ah. Kemudian beliau akhirnya pindah ke Sinoman kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon.

Di daerah Sinoman pun tidak jauh berbeda dengan tempat sebelumnya, dimana penduduk sekitar sukar untuk mempelajari dan mengetahui Islam. KH. Muhammad Ilyas kemudian memohon arahan dan bimbingan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala, dan alhasil mendapatkan isyarah untuk berpindah ke Desa Penarip. Di sini, penduduk menerima dengan baik kemunculan KH. Muhammad Ilyas sehingga beliau memutuskan untuk tinggal sampai akhir hayatnya.

Pada awal singgah di Penarip beliau membangun sebuah mushala yakni untuk berjamah dan mengaji, pada waktu itu sebelum terbentuknya pondok secara struktural banyak santri-santri kiriman yang datang dari luar daerah yakni dari gurunya Kiai Asro’ di Cirebon.

Dukungan baik dari masyarakat atas kegiatan yang dilakukan beliau dan banyak pula masyarakat yang juga mengikutinya, akhirnya beliau memutuskan untuk membuat masjid di dekatnya untuk mendukung dan melanjutkan aktivitas dakwah beliau.

Salah satu ciri khas KH. Muhammad Ilyas adalah tidak pernah mengkritik makanan dan merupakan pribadi yang sabar. Salah seorang santrinya mengatakan “Saya sudah lama mengabdi kepada Mbah Kiai Ilyas tetapi beliau tidak pernah membentak saya, padahal saya melenceng”.

Baca Juga  Biografi Lengkap KH. M. Arwani Amin Beserta Ajarannya

Misalnya, jika nasi yang saya masak terlalu kering, saya sampaikan kepada Kiai Ilyas dan beliau berkata, “Ternyata beberapa hari ini saya butuh nasi gosong”. Salah satu muridnya juga berkata, “Saya sudah mengabdi kepada Mbah Kiai Ilyas selama 22 tahun dan tidak pernah melihatnya tertawa” karena dia tidak suka tertawa. Sangat rendah hati dan berterima kasih kepada pengunjung.

KH. Muhammad Ilyas kadang-kadang memberi nasihat pada dirinya sendiri, “Wahai tubuh, aku telah membasuhmu, aku telah memberimu makanan, mengapa masih sulit untuk beribadah?”. Hingga salah satu muridnya beranggapan bahwa KH. Muhammad Ilyas telah mencapai tingkat perwalian dan bukan hanya manusia biasa.

Ketika membaca wirid KH. Muhammad Ilyas melakukan secara perlahan (tanpa terburu-buru), sering shalat tahajud dengan surah Yasin dia rakaat pertama dan kedua surah Al-Mulk, serta kerap menjalankan puasa sunnah.

Karomah KH. Muhammad Ilyas sangat dikagumi dan diakui oleh masyarakat. Ini beberapa karomahnya: Warga Penarip dilarang ikut orkestra, wayang, dan kelompok lain. Jika berlebihan, rumah akan dibakar, dijual, atau orang tersebut akan mati.

Ini telah dibuktikan sejauh ini. Waktu di KH. Muhammad Ilyas membangun masjid dimana orang-orang kasar suka mengoceh tentang orang-orang yang melewati rumahnya. Ia kemudian berteriak, “Hai Muhsin, kemarilah,” dan Mbah yai menjawab, “Ada apa?” Mbah yai kemudian berkata, “Mulai sekarang, kamu adalah penjaga masjid dan tukang sapu.” Sejak saat itu, Muhsin tidak lagi nakal dan menjaga masjid hingga meninggal dunia, tugas yang kini diemban oleh anak-anaknya.

Sesaat sebelum meninggal, sorban, sejadah, dan jubah/gamis dibagikan kepada para santri, hanya tongkat yang digunakan untuk pergi ke Mushallah untuk mengabarkan sambil menabuh bedug disebut-sebut diminta oleh Kiai Thohir Ngoro Jombang. Meski telah digunakan berkali-kali, tongkat tersebut tetap kembali ke posisinya di belakang pintu. Menurut sejumlah santri, dia hafal 40 kitab dan tidak
pernah membawa kitab ketika mengaji.

Baca Juga  Nyai Ahmad Dahlan: Penggerak Perempuan Muhammadiyah

Sekian.

Wallahu’alam….