Silsilah Keluarga KH Ahmad Masduki Mahfudz
Silsilah Keluarga KH Ahmad Masduki Mahfudz – KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz lahir pada tanggal 1 Juli 1935 di Desa Saripan (Syarifan), Jepara, Jawa Tengah. Beliau adalah putra dari pasangan Kyai Machfudz dan Nyai Chafsoh.
Pada tanggal 7 Juli 1957, dalam usia 22 tahun, KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz menikah dengan Nyai Chasinah Hamzawi, putri dari KH. Chamzawi Umar. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai sembilan orang anak, yaitu: Drs. KH. Mushoddaqul Umam, M.Si., KH. Muhammad Luthfillah, MM., Dr. KH. Moch. Shpbachun Niam, M.Kes, Sp.B-KBD., KH. M. Taqiyyuddin Alawiy, MT., Nyai Hj. Dra. Roudlatul Hasanah, M.Pd., KH. Dr. Muhammad Isyroqun Najach, M.Ag., Nyai Hj. Dra. Badiatus Shidqoh, Nyai Hj. Fauchatul Fithriyyah, S.Ag, S.Psi., dan KH. Achmad Shampton, M.Ag.
Jalur Keturunan dari Ayah
Jika dilihat dari jalur keturunan Ayah ini, tidak dapat diketahui secara terperinci tetapi yang jelas seluruh keluarga beliau adalah termasuk orang-orang yang gigih berjuang dalam mensyiarkan agama Allah. Jalur keturunan ayah ini terputus hingga kakek beliau saja
.
Kakek beliau ini termasuk tokoh agama yang disegani dalam lingkungan masyarakat mereka. Perjuangannya tidak hanya terhadap orang awam saja, melainkan kepada seluruh lapisan masyarakat bahkan yang jahat sekalipun. Beliau bahkan dengan gigih menaklukkan orang-orang jahat yang banyak berkeliaran saat itu. Hingga beliau mampu merubah pola tingkah laku mereka itu menjadi orang yang taat menjalankan agama Allah.
Semangat jihad, fanatik dan ketaatan menjalankan agama serta keberanian membela kebenaran ini secara terus menerus ditempa dan ditekankan oleh Kyai Machfudz, Kyai Masduqi. Maka tidak heran bila sifat-sifat tersebut sangat melekat pada diri Kyai Masduqi dalam menegakkan agama Allah.
Jalur Keturunan dari Ibu
Bila ditelusuri dari garis keturunan ibu ini dapat dilihat dari Syeikh Abdullah al Asyik Ibn Muhammad. Beliau adalah seorang Jogoboyo dari kerajaan Mataram. Alkisah salah satu keampuhan beliau adalah setiap ada mara bahaya yang akan mengancam kerajaan, beliau memukul bedug untuk mengingatkan penduduk dari cukup dari rumahnya. Suara bedug ini terdengar keseantero kerajaan Mataram. Pada makamnya yang terletak di Tayu Pati, tertulis “Makom niki dipun bangun Bagus Salman bongso jin” (makam ini dibangun Bagus Salman bangsa Jin).
Dari Syeikh Abdullah al Asyik inilah menurunkan nenek KH. Achmad Masduqi Machfudz yaitu Nyai Taslimah. Dikalangan masyarakat Nyai Taslimah sebagai seorang pewaris perjuangan Syeikh Abdullah al Asyik Ibn Muhammad, dikenal sebagai seorang penyebar agama. Ditangannya tidak sedikit orang yang diislamkan. Mereka yang asalnya belum beragama dengan baik akhirnya menjadi santri Nyai Taslimah.
Dari pernikahannya dengan Kyai Asmo Dul, Nyai Taslimah dikaruniai dua rang putri, yaitu Chafshoh dan Masfufah. Beliau juga mengangkat seorang anak angkat yang bernama Suyuti.
Putri beliau yang pertama; Chafsoh dipersunting oleh Kyai Machfudz, putra dari Bapak Arso Husein dengan Ibu Saumi. Dari pernikahan ini, keduanya dikarunia 14 putra-putri. Mereka ini adalah: Muainamah (Alm), Achmad Fahrurrazi (Alm), Khadijah (Alm), Achmad Masduqi (Malang), Sa’adah (Jepara), Achmad Said (Alm), Sofiyah (Alm), Achmad Shohib (Alm), Achmad Zahid (Malang), Ahmed Mas’udi (Jakarta), Achmad Zahri (Alm), Achmad Maskuri (Alm), Aslihah (Malang), dan Achmad Mujab (Jepara).
Dari keempat belas putra-putri Nyai Chafsoh ini, tujuh diantaranya meninggal dunia ketika masih kecil dan remaja. Kyai Masduqi merupakan putra keempat dan merupakan putra sulung yang hidup.
KH Ahmad Masduki Mahfudz Mendirikan Pesantren Nurul Huda
Pada tahun 1960, KH. Achmad Masduqie mendirikan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda di Malang, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Islam dan mendidik generasi muda dalam ilmu agama. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini berkembang pesat dan menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di wilayah tersebut.
Selain mengasuh pesantren, KH. Achmad Masduqie juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan dan sosial. Beliau dikenal sebagai sosok yang berdedikasi dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dan kesejahteraan umat. Kontribusinya dalam dunia pendidikan dan dakwah telah memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Pada tanggal 10 Februari 2025, KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz wafat. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, santri, dan masyarakat yang telah merasakan manfaat dari pengabdiannya. Namun, warisan ilmu dan dedikasinya terus hidup melalui pesantren yang didirikannya dan para santri yang telah dibimbingnya.
Pesantren Sebagai Ladang Dakwah
Keluarga besar KH. Achmad Masduqie melanjutkan perjuangan dan dedikasi beliau dalam dunia pendidikan dan dakwah. Anak-anaknya aktif dalam mengelola pesantren dan terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan serta sosial. Mereka berkomitmen untuk meneruskan visi dan misi yang telah dirintis oleh KH. Achmad Masduqie, memastikan bahwa nilai-nilai Islam dan pendidikan berkualitas tetap terjaga dan berkembang.
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda kini menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern. Hal ini sejalan dengan cita-cita KH. Achmad Masduqie untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berkompeten dalam berbagai bidang. Dengan dukungan keluarga dan masyarakat, pesantren ini terus berkembang dan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai seorang ulama dan pendidik, KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz telah memberikan teladan tentang pentingnya integritas, dedikasi, dan komitmen dalam menjalankan amanah. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam mengabdikan diri untuk kebaikan umat dan bangsa. Warisan yang ditinggalkannya akan terus dikenang dan menjadi pendorong bagi generasi selanjutnya untuk terus berjuang dalam kebaikan.
***
Sumber : diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah
media keislaman by : dawuhguru.co.id
baca juga : Silsilah Keluarga KH. Nurul Huda Djazuli