Nasihat Prof Quraish Shihab tentang Menemukan Cinta Sejati

Nasihat Prof Quraish Shihab
Sumber : Dawuh Guru
“Kalau mau menikah jangan tanya akal. Akal akan selalu mencari kekurangan pasangan dan kadang melupakan kekurangan diri sendiri. Tanyakan pada hati, kalau sudah klop, tinggal cari pembenarannya melalui akal.”
Prof. Dr. M. Quraish Shihab
“Kalau mau menikah jangan tanya akal. Akal akan selalu mencari kekurangan pasangan dan kadang melupakan kekurangan diri sendiri. Tanyakan pada hati, kalau sudah klop, tinggal cari pembenarannya melalui akal.” Kutipan ini menyoroti keseimbangan antara hati dan akal dalam mengambil keputusan penting seperti pernikahan. Pernikahan adalah ikatan yang kompleks dan mendalam yang memerlukan lebih dari sekadar penilaian rasional; dibutuhkan juga koneksi emosional dan intuisi.

Menikah adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup, dan sering kali kita terjebak dalam pencarian kesempurnaan. Akal cenderung kritis dan analitis, mencari kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam pasangan. Sementara itu, hati menawarkan perspektif yang lebih dalam dan intuitif, melihat melampaui kekurangan dan fokus pada koneksi emosional yang ada. Menerima nasihat ini, kita diingatkan untuk menyeimbangkan pertimbangan rasional dengan perasaan hati.

Bung Hatta, salah satu pendiri Republik Indonesia, dalam pernikahannya dengan Rahmi Rachim, menunjukkan contoh yang baik. Bung Hatta dikenal sebagai seorang yang cerdas dan analitis, namun dalam memilih pasangan hidupnya, ia juga mempercayai hatinya. Kisah mereka menunjukkan bahwa cinta sejati tidak hanya didasarkan pada penilaian rasional tetapi juga pada ikatan emosional yang kuat. “Cinta itu tidak perlu dicari, ia akan datang dengan sendirinya jika hati kita terbuka,” ungkap Bung Hatta.

Memilih pasangan hidup berdasarkan hati bukan berarti mengabaikan logika dan akal sehat. Setelah hati merasa cocok, akal dapat membantu dalam mencari pembenaran dan memastikan bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik. Akal berfungsi untuk memvalidasi pilihan hati dengan mempertimbangkan faktor-faktor penting seperti nilai-nilai, visi hidup, dan kesesuaian karakter. Ini menciptakan keseimbangan antara emosi dan logika dalam proses pengambilan keputusan.

Baca Juga  KH. Abdullah Kafabihi Mahrus : Akal yang sehat tidak suka dengan kebodohan, akal juga termasuk bagian dari anggota kita.

Sebuah pernikahan yang sukses membutuhkan lebih dari sekadar kecocokan emosional. Akal berperan dalam mempertimbangkan aspek praktis kehidupan bersama, seperti keuangan, tanggung jawab keluarga, dan tujuan jangka panjang. Dengan menggabungkan pandangan hati dan akal, pasangan dapat membangun dasar yang kuat untuk hubungan yang sehat dan harmonis. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mengajarkan pentingnya menyeimbangkan antara logika dan spiritualitas dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pernikahan. “Dalam pernikahan, kebijaksanaan adalah menemukan keseimbangan antara hati dan akal,” kata beliau.

Namun, penting untuk diingat bahwa akal sering kali terlalu kritis dan fokus pada kekurangan pasangan, sementara melupakan kekurangan diri sendiri. Sikap ini bisa merusak hubungan karena menciptakan ketidakseimbangan dan ketidakadilan. Sebaliknya, dengan mendengarkan hati, kita lebih mampu melihat kelebihan dan potensi pasangan, serta memahami dan menerima kekurangan mereka dengan lebih bijaksana. Ini menciptakan ruang untuk empati dan pengertian dalam hubungan.

Mendengarkan hati juga mengajarkan kita tentang pentingnya intuisi dalam membuat keputusan. Intuisi adalah suara batin yang sering kali memberikan panduan yang benar meskipun tidak selalu bisa dijelaskan secara rasional. Dalam konteks pernikahan, intuisi membantu kita untuk merasakan apakah pasangan adalah orang yang tepat untuk berbagi hidup. Gus Dur, mantan Presiden Indonesia, sering menekankan pentingnya mendengarkan hati nurani dalam setiap keputusan. “Hati nurani adalah kompas yang tak pernah salah dalam menuntun kita menuju kebaikan,” kata Gus Dur.

Selain itu, pernikahan yang dibangun atas dasar cinta dan koneksi emosional yang kuat cenderung lebih tahan lama dan bahagia. Ketika pasangan saling mencintai dan merasa terhubung secara emosional, mereka lebih mampu menghadapi tantangan dan rintangan yang datang dalam kehidupan. Cinta memberikan kekuatan dan motivasi untuk bekerja sama dan mendukung satu sama lain dalam segala situasi. Kartini, pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita, mengajarkan tentang kekuatan cinta dalam menghadapi tantangan. “Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah dunia,” katanya.

Baca Juga  Quote Fahruddin Faiz tentang Melewati Kesalahan

Namun, ini tidak berarti kita harus mengabaikan akal sepenuhnya dalam membuat keputusan tentang pernikahan. Akal membantu kita untuk tetap realistis dan bijaksana, memastikan bahwa keputusan kita didasarkan pada pertimbangan yang matang dan rasional. Setelah hati merasa yakin, akal berperan dalam mengevaluasi dan memastikan bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk jangka panjang. Kombinasi antara hati dan akal menciptakan keputusan yang seimbang dan bijaksana.

Pernikahan juga memerlukan komitmen dan dedikasi yang kuat. Komitmen adalah kunci untuk menjaga hubungan tetap kuat dan bertahan lama. Dengan komitmen yang kuat, pasangan mampu melewati masa-masa sulit dan tetap bersama dalam segala situasi. Komitmen ini tidak hanya didasarkan pada perasaan cinta tetapi juga pada keputusan sadar untuk bersama dan mendukung satu sama lain. Soekarno, proklamator kemerdekaan Indonesia, menekankan pentingnya komitmen dalam pernikahan. “Pernikahan adalah ikatan suci yang memerlukan komitmen dan pengorbanan,” katanya.

Selain komitmen, komunikasi yang baik juga merupakan fondasi penting dalam pernikahan. Komunikasi yang terbuka dan jujur memungkinkan pasangan untuk saling memahami, menghargai, dan mendukung satu sama lain. Dengan komunikasi yang baik, pasangan dapat mengatasi perbedaan dan menemukan solusi bersama untuk setiap masalah yang dihadapi. Hal ini juga membantu untuk menjaga keintiman emosional dan membangun hubungan yang lebih kuat. Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia, mengajarkan pentingnya komunikasi dalam membangun hubungan yang sehat. “Komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan hati dan pikiran,” katanya.

Mengambil keputusan untuk menikah dengan menggabungkan hati dan akal membantu menciptakan keseimbangan yang diperlukan untuk hubungan yang sehat dan bahagia. Hati memberikan koneksi emosional yang mendalam, sementara akal memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan yang bijaksana dan rasional. Dengan mendengarkan hati dan menggunakan akal, kita dapat membuat keputusan yang seimbang dan bijaksana dalam memilih pasangan hidup.

Baca Juga  Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Keharuman Sholawat

Menikah adalah tentang menemukan seseorang yang kita cintai dan yang mencintai kita, seseorang yang kita rasa cocok secara emosional dan yang kita yakin dapat berbagi hidup bersama. Dengan menggabungkan hati dan akal, kita dapat membangun dasar yang kuat untuk pernikahan yang bahagia dan harmonis. Hati memberikan kekuatan cinta dan koneksi emosional, sementara akal memastikan bahwa keputusan kita didasarkan pada pertimbangan yang bijaksana dan realistis.

Sebagai penutup, mari kita ingat kata-kata dari B.J. Habibie, mantan Presiden Indonesia, yang menunjukkan keseimbangan antara cinta dan logika dalam pernikahan. “Cinta itu bukan hanya perasaan, tapi juga keputusan,” kata Habibie. Dengan menggabungkan hati dan akal, kita dapat membuat keputusan yang bijaksana dan membangun pernikahan yang kuat dan bahagia.